Minggu, 05 Oktober 2008

Paduan Suara Laetitia Luventae

Gelar Oratorium Maria















Paduan Suara Laetitia Luventae didirikan bersama dengan pentahbisan Uskup Surabaya, Mgr. J. Hadiwikarta (Alm.), pelayanan pertama kali Laetitia Luventae bertugas di Perayaan Ekaristi beliau. Tercatat dalam sejarah Keuskupan Surabaya, Laetitia Luventae berdiri tanggal 25 Juli 1994 yang didirikan oleh Anton Tjahjoanggoro, Albert Maramis, Anton Teguh, Marcellino Rudyanto, Matheus Suprat, Ardi Handojoseno (Pastor Ordo SJ), B. Sotyoanggoro, dan Edy Prast.
Usia ke-14 merupakan usia yang tidak singkat, berbagai suka duka telah dilalui, hingga mewarnai kehidupan liturgi gereja Katolik, khususnya di Keuskupan Surabaya. Bahkan karya-karya komponis besar, diantaranya Mozart, Bach, Beethoven, sampai Paul Widyawan dinyanyikan oleh Laetitia Luventae, baik itu melalui konser maupun perayaan ekaristi.
Nama Laetitia Luventae tidak hanya sekedar nama, karena nama pelindung ini mempunyai makna setiap katanya. Laetitia berarti sukacita, luventae adalah anak muda. Dengan melihat makna tersebut, Laetitia Luventae juga mempunyai motto “Per Laetitiam Luventae ad Caelestiam” seluruh anggota, pendiri dan alumnus selalu bersukacita dan bersemangat muda demi kerajaan Allah di surga. Konsep Paduan Suara Laetitia Luventae, sebuah Paduan Suara kader, artinya para anggotanya dituntut untuk belajar dan terus belajar dengan tujuan supaya dapat mengabdikan dirinya ke Bunda gereja. Sampai dengan tahun 2008 ini kurang lebih 100 alumni yang tersebar di Indonesia. Sampai semangat untuk memuji dalam bernyanyi tetap ditanamkan dalam diri mereka.
Berangkat dari tujuan paduan suara itu sendiri bahwa pengabdian kepada Bunda Gereja, Paduan Suara Laetitia Luventae (eLlu) menggelar “ORATORIUM MARIA”, Minggu Legi (31/8), di Gedung World Trade Center (WTC), ruang Mojopahit, lantai 3, tepatnya di jalan Pemuda 27-31.
Dalam sambutannya Anton J. Tjahjoanggoro, selaku Ketua Panitia, ORATORIUM MARIA kali pertama diadakan oleh eLlu, biasanya paduan suara lainnya hanya dan atau kadang mengadakan konser.
ORATORIUM MARIA jarang dilakukan oleh kelompok paduan suara lainnya, ORATORIUM MARIA ini devosi kepada Bunda Maria yang dimadahkan dalam pujian sekaligus mempunyai alur cerita. Melalui Maria, kita dibawah pada perantara menuju Yesus, Guru kita, sambut Anton.
“Kali ini Paduan eLlu dalam memadahkan ORATORIUM MARIA ini beranggota kurang lebih 26 anggota dengan didukung 10 pemain musik, diantaranya Biola, Violin, Saksofon, dan Organ, sebagai Conductor saat itu, yakni Matheus Suprat. Dihadiri oleh ratusan umat Katolik Keuskupan Surabaya.”
Dengan dibuka doa oleh Sr. Agatha, OK pertanda ORATORIUM MARIA dimulai dengan lagu pertama “Magnificat” selanjutnya Bunda Maria (Peace), Maria Penuh Rahmat, Benedicta Estu. Pujian pun dikumandangkan yakni Perawan Pilihan Allah, Mari Muliakan Allah, dan Ave Maria Schubert.
Sebagai devosi, Rm. Arnold Suhardi, SMM, romo dari SMM merupakan Serikat Maria Montfortan, tarekat hidp bakti tingkat kepausan yang didirikan St. Louis-Marie de Montfort (1673-1716). Mulai berkarya di Keuskupan Sintang, Kalimantan Barat, sejak 1939. Romo Arnold menyampaikan rahasia Maria, bukankah mengatakan sesuatu tentang Maria berarti masuk ke wilayah yang problematic? Kalau begitu mengapa menari masalah? Bukankah lebih aman dan lebih penting kalau beriman kepada Allah Tritunggal saja, tanpa perlu memperhatikan secara saksama bagaimana Allah Tritunggal ini telah keluar dalam ekonomi keselamatan untuk mewujudkan karya keselamatanNya dalam kegenapan waktu. St. Louis-Marie de Montfort (1673-1716) dengan lantang berkata : “Sahabatku, orang Kristen yang dipilih dan dicintai Allah, kepadamu kusampaikan sebuah rahasia. Rahasia ini telah disampaikan kepadaku oleh Yang Mahatinggi, jelas Romo Arnold.
Romo Arnold menegaskan kembali bahwa dia belum berhasil menemukannya di satu buku pun yang dia baca, baik yang lama maupun yang baru”. Jadi, Maria rupanya mempunyai suatu rahasia yang masih harus dikatakan lagi melalui ORATORIUM MARIA dan terus-menerus kepada seluruh umat beriman, karena rahasianya itu berkait dengan identitas rohani mereka (gereja).
Rahasia Maria, pertama-tama terletak pada Allah Tritunggal, karena sessungguhnya yang menjadi rahasia Maria itu sendiri adalah Allah Tritunggal. Tanpa Allah Tritunggal, Maria tidak ada artinya dan bukan siapa-siapa, tetapi karena Allah Tritunggal sendirilah yang menjadi dasar dari seluruh keberadaan, sumber kekuatan untuk seluruh perannya dan orientasi dari seluurh hidupnya. Sehingga Maria menjadi “sakti” karena Allah Tritunggal telah berkenan membentuknya secara khusus dalam rahim ibunya, memilihya untuk menjadi baitNya, membimbing pertumbuhan pribadi dan peziarahan imanya, dan dalam kegenapan waktu melibatkannya dalam misteri penjelmaan PuteraNya karena karya Roh Kudus. Itulah rahasia Maria yang membuat kita mengenal Maria. Sehingga selalu melakukan devosi-devosi Maria, jelas Romo Arnold.
“Perlu diketahui itu semuanya bukan semata-mata kemauan Maria, melainkan Allahlah yang telah menghendakinya!. Karena itu pribadi dan peran Maria tidak pernah menggantikan apa yang menjadi hakikat dan peran Allah Tritunggal. Maria juga tidak pernah menempatkan dirinya sejajar dengan Allah Tritunggal. Sesungguhnya, Maria sama sekali tidak ada artinya di hadapan Allah. Maka dari itu, Maria selalu tunduk dengan menunjukkan sikapNya melalui kelembutan hati, kerendah hatian, dan kesederhananNya.”
Rahasia Maria kedua yang hendak disingkapkan St. Montfort juga soal perannya kini dalam Gereja. Jadi rupanya Allah melibatkan Maria bukan hanya dalam misteri Kristus, tapi juga dalam misteri Gereja, karena hubungan pribadi dan kerjasamanya dengan Roh Kudus, yang merupakan Aktor utama kekudusan Gereja. Maria marupakan rahasia untuk “memperoleh” rahmat Allah agar kita bertumbuh dalam kekudusan. Dasarnya, bukan hanya oleh karena Maria merupakan anggota Gereja yang “unggul dan tunggal”, tapi berakar dalam kehendak Allah itu sendiri.
Rahasia Maria ketiga yang mau dinyatakan St. Montfort adalah suatu cara hidup yang baiknya dihayati untuk mengefektifkan peran Maria sebagai rahasia rahmat itu, yang disebutnya sebagai “Pembaktian Diri kepada Kristus lewat tangan Maria”. Ini adalah suatu seni hidup kristiani yang dihayati dalam kesadaran dan komitmen yang tinggi untuk pertumbuhan kekudusan, karena kita meniru dengan sempurna jalan yang ditempuh Allah Putera untuk datang kepada kita karena karya Roh kudus, sesuai dengan kehendak Bapa, seru romo dari SMM.
Lebih jauh, setelah firman dari Romo Arnold mengenai rahasia Maria dikumandangkan kembali pujian umat, diantaranya Ave Maria J.S. Bach, Ave Maria By Masha sampai lagu Ndherek Dewi Maria tak luput dikumandang oleh Laetitia Luventae. Akhirnya tak terasa ORATORIUM MARIA sudah selesai ditandai dengan berkat penutup dan lagu penutup Ave-ave berikut petikan lagunya Di Lourdes di gua sunyi terpencil, Tampaklah Maria perawan murni, Ave, Ave, Ave Maria. Melalui ORATORIUM MARIA dalam kerangka semangat Montfort, mendendangkan sebuah kehidupan yang indah dan bahagia, yang kunci rahasianya adalah Allah sendiri. Melalui lagu pujian, doa, dan pengajaran, eLlu seakan mau berkata kepada Anda semua, kepad kita semua, seperti yang telah dikatakan St. Montfort sendiri : “Kepadmu kusampaikan sebuah rahasia”, pesan Romo Arnold. (asep.)

Tidak ada komentar: