Jumat, 27 Februari 2009

Gelar Konser Amal Kasih


The Almighty Has Done Great Things For Me

Semenjak tahun 1990 subsidi dari luar negeri berhenti, YLKD mulai berusaha mandiri dengan mengoptimalkan karya kesehatan dan menghimpun dana dari para dermawan kecil.

Melalui Direktur Lembaga Karya Dharma Keuskupan Surabaya, J. Chrys Wardjoko bersama Sr. Liduine Marie, SPM dari Sasana Widya Musik Gereja ’Magnificat’ Surabaya menyampaikan gagasannya kepada Ketua Yayasan Lembaga Karya Dharma, Romo Yosef Eko Budi Susilo dengan mengadakan malam dana. Dan rencana ini disambut baik oleh alumni Seminari.

”Akhirnya gagasan ini disampaikan kepada Bapak Uskup. Bapak Uskup menyetujui malam dana tersebut,” jelas Ketua Yayasan Lembaga Karya Dharma.

Melaui proses, kerjasama, dan perjuangan yang tidak mengenak lelah dari panitia, akhirnya terlaksana Konser Amal Kasih ini. Konser Amal Kasih ini diadakan di Ballroom Supermal Pakuwon Indah, Sabtu (21/2) lalu dalam rangka malam dana dan 45 tahun Lembaga Karya Dharma Keuskupan Surabaya. Konser Amal Kasih ini bertajuk ”The Almighty Has Done Great Things For Me”, Lukas 1:49.

Seperti yang dituturkan oleh Ketua Panitia, Anton Teguh bahwa rencana semula konser ini bagian ‘konser rutin’ Sasana Widya Musik Gereja ’Magnificat’ Surabaya yang diagendakan setiap dua tahun sekali, tutur Ketua Panitia.

Akhirnya Konser kali ketiga ’Maginificat’ dikemas dalam Konser Amal Kasih untuk menumbuhkembangkan karya karitatif Yayasan Lembaga Karya Dharma pengembangan musik liturgi ‘Magnificat’.

Dan Anton Teguh mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prio Oetomo yang telah mempertemukan YLKD dengan ”Maginificat ” sehingga dapat kerja bareng, terang Anton.

Tidak hanya itu, Sr. Liduine Marie dari tarekat Santa Perawan Maria juga menuturkan bahwa puji syukur kami ungkapan dalam tim paduan suara Konser Amal Kasih. Karena Tuhan jugalah yang memberikan kepada kami kurang lebih 100 orang penyanyi yang rela datang dari Surabaya dan Malang, tutur Sr. Liduine.

Sebelum konser dimulai, panitia menayangkan kilas balik sejarah Yayasan Lembaga Karya Dharma dan dilanjutkan dengan pemotongan kue tar oleh Bapak Uskup didampingi oleh Romo Yosef Eko Budi Susilo, J. Chrys Wardjoko, Anton Teguh, dan Sr. Liduine Marie, SPM.

Usai pemotongan kue tar, Bapak Uskup memberkati empat cewek dalam prosesi Bunda Maria. Prosesi diiiringi oleh Community Singing ‘Magnificat ’ karya Mgr. Marco Frisina dengan conductor Rudyanto Marcellino.

Tak lama kemudian konser pembuka dibuka dengan koor anak BIAK Redemptor Mundi dan SDK St. Yusuf Karangpilang yang dipimpin oleh Victor Helmy. Lagu yang mereka bawahkan diantaranya if you are happy, alle jahre wieder, dan you paidi, you paida.

Langsung dilanjutkan dengan pelelangan lukisan sosok Bapak Uskup Surabaya, Mgr. Vincentius Sutikno Wicaksono oleh Laurentius Liem. Laurentius mengatakan bahwa pelukisnya ada diantara kita semua yang hadirin pada waktu itu. Pelukis bernama Jaya Laksana dari Bali.

Dengan kepandaiannya melelang lukisan itu, Bapak Lauren akhir mengumpulkan dana sebesar empat puluh lima juta rupiah. Lukisan tersebut diberikan kepada Johan Tedja dan diberikan langsung oleh Bapak Uskup. Bapak Uskup juga menandatangani lukisan tersebut.

Tak lengkap bila tema ini hanya sekedar tema, tema ini mengandung arti yang mendalam. Tema yang diambil dari Injil Luk 1:49 ini dalam bahasa Latinnya : “quia fecit mihi magna qui potens est.” Tema ini merupakan bagian dari Kidung ‘Magnificat’ di atas tatkala Bunda Maria menyebut salah satu alasan mengapa ia akan disebut “berbahagia” oleh segala keturunan.

Perbuatan amal kasih tidak pernah menemukan asal muasalnya dari inisiatif atau dorongan manusiawi semata. Tetapi selalu merupakan manifestasi sebuah kesadaran bahwa Yang Mahaskuasa telah bermurah hati kepada kita. Tindakan amal kasih wujud syukur dn terima kasih kita kepada Tuhan. Syukur dan terima kasih itu merupakan motivasi religius di balik sebuah tindakan sosial.

Melalui tindakan sosial ini diwujudnyatakan ke dalam konser amal kasih ini. Berbagai lagu dinyanyikan dengan merdu oleh peserta konser amal kasih, diantaranya Paduan Suara ’Magnificat’ (Gabungan), Laetttia Iuventae, Sanggar Musica Sacra, Purissima, dan Supraba.

Dari kelima paduan suara tersebut menyanyikan lima lagu, diantaranya You Raise Me Up, Great Day, Kyrie, Gloria (Misa Brevis Mozart), dan Heaven and The Earth Display (F. Mendelssohn). Tidak hanya itu kelima paduan suara ini semakin lengkap dengan campur para conductor, yakni Ibu Indung Susilowati, Mateus Suprat, Sr. Liduine Marie, SPM.

Selain kelima paduan suara tersebut, beberapa penyanyi solo turut mendukung konser amal kasih, yakni Anna Erika Risti, Monica Ratna Irmawati, Theodora Amabel Beatrice, dan Redempta Kinanthi Suksma Putri.

Puncak dari Konser Amal Kasih menampilkan Paduan Suara ‘Magnificat’ (Gabungan) melantunkan lagu ‘Magnificat’ dari Franz Schubert yang diconductori oleh A. J. Tjahjoanggoro. Paduan Suara ‘Magnifiat’ (gabungan) ini berjumlah kurang lebih 100 anggota. Saat sang conductor memulai dengan memberikan tanda kepada organis. Mulai terasa gaungnya dari Kidung ‘Magnificat’ ini. Perpaduan suara mulai sopra sampai bass membuat paduan suara semakin kompak dan mengeluarkan suara emas yang sangat merdu. Penonton terbius oleh nada dan suara Paduan Suara ‘Maginificat’. (sep.)

Seminari GARUM


Masuk Seminari, Siapa Takut?

“Mari ikutlah Aku, dan kamu akan kujadikan penjala manusia,” demikianlah perkataan Yesus ketika Dia memanggil murid-murid-Nya. Kira-kira seperti itulah yang terjadi di Seminari Garum pada 13-15 Februari 2009. Pada saat itu berlangsung seleksi penerimaan seminaris baru.

Sebanyak 47 calon dari SMP (ingin masuk SMAK Seminari) dan 5 calon dari SMA (masuk jalur Kelas Khusus atau KPA). Calon-calon seminaris baru ini tidak hanya berasal dari Keuskupan Surabaya, namun juga ada yang berasal dari Keuskupan Agung Jakarta dan dari Batulicin, Kalimantan Timur. Dengan langkah awal ini, calon seminaris baru ternyata berusaha menanggapi panggilan Yesus untuk menjadi imam.

Adapun sistematika seleksi adalah: tes akademis, tes wawancara, tes kesehatan, dan tes psikologi. Pada tes akademis, calon seminaris baru diharuskan untuk mengerjakan beberapa mata pelajaran (Bahasa Inggris, Matematika, Agama, Bahasa Indonesia, dan pengetahuan umum). Sedangkan untuk tes wawancara, tiap calon seminaris baru diwawancarai oleh Formator Seminari, dan untuk tes psikogi dibimbing oleh Bapak Gunawan.

Calon seminaris juga berbaur dengan seminaris Garum. Mereka juga melakukan kegiatan komunitas bersama-sama, seperti misa harian, completorium, makan bersama, dan rekreasi bersama. Yang menarik, pada 14 Februari--bertepatan dengan Hari Valentine--para calon seminaris juga disuguhi pergelaran kesenian khas Seminari Garum yang disebut DKSV Plus. Pada DKSV plus ini, selain pergelaran seni khas Garum, calon seminaris juga diperkenalkan mengenai dinamika dan makna kebersamaan dalam komunitas seminari.

Seluruh rangkaian acara berakhir pada pukul 13.00 dan ditutup dengan makan siang bersama. Seperti halnya yang pernah dikatakan oleh Yesus bahwa ”anggur yang baik harus berada pada tempat yang baik pula”, demikian juga yang dialami oleh calon seminaris, dan bahkan seminaris Garum. Dengan berada dan menjalani proses pembinaan untuk menjadi seorang imam di Garum, mereka telah memilih tempat yang baik itu dan sekaligus menjawab panggilan-Nya.

Nah, sekarang pertanyaan bagi kaum muda Keuskupan Surabaya: Anda tertarik menjadi seorang imam? Datanglah segera untuk menjawab panggilannya. Segera hubungi pastor paroki Anda atau segera konfirmasi ke Seminari Menengah St. Vincentius Garum. Sebab, seleksi gelombang kedua masih dibuka pada bulan Mei. Masuk Seminari dan jadi imam, siapa takut? (Vincentius Michael Garry)

Kamis, 26 Februari 2009

45 Tahun Yayasan Lembaga Karya Dharma Keuskupan Surabaya


Dari Merangkak Sampai Tubuh Dewasa

Yayasan Lembaga Karya Dharma Keuskupan Surabaya (YLKD Keuskupan Surabaya) merupakan salah satu organisasi karya sosial dan amal yang berada dinaungan Gereja Katolik Keuskupan Surabaya.

Seperti yang dituturkan Mgr. Vincentius Sutikno Wicaksono mengatakan bahwa YLKD Keuskupan Surabaya didirikan oleh Mgr. JAM Klooster, CM pada tanggal 1 September 1963, kata Uskup Surabaya.
”YLKD telah mempunyai akte notaris dari Anwar Mahajudin dengan Nomor 79 pada tanggal 24 Januari 1964. Sejak akte notaris dimiliki oleh YLKD dan tanggal tersebut ditetapkan sebagai hari ulang tahun YLKD”.

24 Januari yang lalu YLKD telah merayakan ulang tahunnya. Usianya hampir setengah abad, yakni 45 tahun. Lima tahun lagi, YLKD merayakan pesta emas.

Setelah menentukan hari ulang tahun YLKD, beberapa tahun kemudian merumuskan Anggaran Dasar (AD). AD beberapa kali mengalami perubahan. Akhir AD teakhir telah ditetapkan menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 juncto Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Yayasan. YLKD mempunyai maksud dan tujuan di bidang sosial dan kemanusiaan.

Sejak sinode Keuskupan Surabaya 1996, Visi dan Misi YLKD terus diperbaiki. Visinya diantaranya mewujudkan Cinta Kasih Allah bagi masyarakat tanpa memandang suku, ras, agama, dan golongan dengan melibatkan semua orang. Agar mampu mencintai dan rela berkorban untuk sesamanya.

Misinya mendukung dan mendorong usaha-usaha dari berbagai elemen dan masyarakat untuk mewujudkan kasih Allah melalui dan oleh unit-unit kegiatan bersama umat ditujukan kepada masyarakat.

YLKD , salah satu perpanjangan tangan LPPS-MAWI (Lembaga Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi – Majelis Agung Wali Gereja Indonesia) di Keuskupan Surabaya untuk menyalurkan bantuan dari USAID (United States of America Agency for International Development).

Tahun-tahun awal kegiatan YLKD memfokuskan diri pada korban bencana dan kelaparan. Karya sosial lainnya di bidang kesehatan dan pendidikan non-formal. Bidang kesehatan ini dikembangkan dengan mendirikan Balai Pengobatan atau Poli ”Alma Karya” tahun 1966 dan tahun 1967 bekerjasama dengan Puteri Kasih mendirikan Poli Don Bosco. Setahun kemudian Poli St. Anna. Berdirinya poli ini digunakan untuk masyarakat kurang mampu.

Alhasil, YLKD mengembangkan sayap dengan mencanangkan program padat karya (1975) dan program gizi (1976) di daerah-daerah, diantara Bojonegoro, Pacitan, Lumajang, Malang, Lamongan, Magetan, Madiun, Blitar, dan Kediri.

Tak lama kemudian, tahun 1977 YLKD ikut melahirkan Usaha Bersama Widya Dharma sebagai cikal bakal koperasi untuk unit-unit sosial. Proyek air bersih pun dicanangkan di enam desa yang mengalami kekeringan di Ponorogo dan Pacitan.

Tidak hanya memikirkan keprihatinan masyarakat tidak mampu. Tahun 1982 YLKD juga mendirikan koperasi bagi kesejahteraan karyawan dan pekerja sosialnya.

Berbagai upaya dilakukan YLKD dalam menumbuhkembangkan sayapnya. Dan perlu diketahui bahwa YLKD setingkat dengan Lembaga Swadya Masyarakat yang lingkupnya tidak bergerak di bidang pendidikan. Sampai akhirnya di tahun 2000 mendirikan unit Sosial Moroseneng. Unit ini dikatakan unit termudah dan YLKD merupakan Lembaga Swadya Masyarakat dibawah naungan Keuskupan Surabaya berkembangan pesat dan melebarkan sayap di bidang sosial kemasyarakatan dan pelayanana kesehatan bagi masyarakat kecil.

Akhirnya sejak tahun 1990 subsidi dari luar negeri berhenti, YLKD mulai berusaha mandiri dengan mengoptimalkan karya kesehatan dan menghimpun dana dari para dermawan kecil. Selain juga membuat program strategis di bidang sosial, kesehatan, pendidikan, dan koperasi. (sep, disarikan dari brosur YLKD).
ilustrasi diambil dari internet

GELAR DRAMA MUSIKAL “SAMSON AND DELILAH”

Happy Valentine 2009

ANTARA CINTA dan PRAHARA

Ide awal mula dari keprihatinan Orang Muda Katolik (OMK) di Gereja Katolik Paroki Kelahiran Santa Maria-Kepanjen (Kelsapa, red.) yang jarang sekali nampak di kegiatan Gereja. Sungguh menjadi kerinduan bagi mereka untuk berkumpul bersama untuk menumbuhkembangkan kebersamaan dalam membangun Gereja Kelsapa, papar Donata Yohanadiati, selaku pemerhati OMK.

“Perlu diketahui bahwa Gereja Kelsapa merupakan bangun cagar budaya dan menjadi gereja wisata. Tidak hanya itu dari segi arsitekur sangat indah dan klasik. Karena arsitekturnya bergaya Geothic.”

Alhasil, nantinya Gereja Kelsapa diwarisi kepada OMK. Kalau OMK tidak mempunyai kepedulian dan kepekaan terhadap Gerejanya. How, satu kata tanya yang layak direfleksikan bersama?

Dari latar belakang inilah, beberapa aktivis OMK Gereja Kelsapa mengelar Konser Drama Musikal. Drama Musikal ini diadakan Sabtu (14/2) yang lalu bertepatan dengan Hari Valentine. Momen ini sekaligus mengajak OMK untuk memberikan kasih sayang untuk Gereja Kelsapa. Bergerak bersama menumbuhkembangkan sinergi antar OMK yang lain dalam membangun dan memelihara Gereja Kelsapa.

Drama Musikal dihadiri oleh Romo Sapta, Romo Astanto, Romo Rudy CM, Dewan Paroki, yakni Bapak Daryana. Tidak hanya itu gedung Empire Palace dipadati oleh ratusan OMK dan orang tua.

Romo Antonius Sapta Widada, CM selaku Pastor Paroki Kelsapa dalam sambutannya mengatakan terselenggaranya drama ini bentuk dari usaha untuk mempersatuakan OMK, karena mengumpulkan dan mempersatukan OMK “jaman baru” ini tidak mudah. Karena gaya hidupnya berkumpul melalui hobby, status sosial, pekerjaan yang sama. Paling berbahaya, yakni gaya hidup yang hedonisme. Dengan adanya drama ini, Romo Sapta mendukung sekali karena tujuannya mulia sekali.

”Terima kasih semua, terutama di hari Valentine bagi semua OMK. Proficiat!,” seru Romo Sapta.

Sebelum digelar drama musikal, para hadirin dan undangan dimanjakan dengan santap malam bersama di di depan Hall lantai Empire Palace, Blauran 57-75. Tradisi mengatakan kalau setelah santap malam pasti terjadi katuk di benak hadirin dan undangan.

Dengan sigap panitia memanjakan hadirin dan undangan dengan band, yakni Amin Band, konser organis dari komunitas organis Kelsapa, Paduan Suara Mudika Bernadette Soubirous dengan conductor-Stephanus Slamet.

Menginjak inti dari konser ini dimulai Trio Stefani melalui suara apiknya dengan mengumandangkan lagu “Sejuta Tangan”. Melalui Sejuta Tangan hadirin dan undangan diajak untuk berbagi berkat dengan memberikan tali asih kepada anak-anak Panti Asuhan Don Bosco.

Tali asih langsung diberikan langsung kepada anak-anak Panti Asuhan Don Bosco melalui perwakilan dari Panti Asuhan, Sr. Gita, P.K.

Selang beberapa menit, drama musikal yang berjudul ”Samson dan Delilah”. Drama ini mengisahkan seorang anak muda itu bernama Samson yang menjalin kasih dengan seorang putri raja yang bernama Delilah.

Terjalinnya kasih sayang dengan Samson itu, karena Delilah ditolong pada saat di hutan. Delilah pada saat itu terancam oleh Singa. Semua prajurit keraajaan tidak ada yang bisa mengatasinya. Datang Samson menolong Delilah.

Akhirnya Samson mengalahkan Singa tersebut dengan kekuatannya. Pulanglah Delilah ke kerajaan. Dengan hati yang bergembira, Delilah menceritakan kepada ayahnya tentang kejadian di hutan yang menimpa diri Delilah. “Delilah selamat ayah, karena diselamatkan oleh anak muda yang cakep itu, ayah!”, cerita Delilah. Ayah bertanya kepada putri: “Siapakah anak muda tersebut?”. Dengan gembira Delilah mengatakan kepada ayahnya: “namanya-Samson.”

Usut punya usut, akhirnya Samson terketahui keberadaannya oleh penasehat kerajaan. Penasehat kerajaan memberitahukan kepada raja: ”Samson adalah anak muda dari buruh tani”. Dengan terkejut baginda raja menjawab itu memalukan bagi kerajaan.

Setelah diketahui oleh baginda raja. Sang baginda raja tidak setuju, anaknya menjalin cinta dengan anak muda tersebut. Akhir baginda raja mempunyai akal untuk memusnahkan Samson dengan memotong rambutnya. Karena letak kekuatannya berada di rambutnya.

Delilah dimanfaatkan oleh ayahnya dengan rayuan bahwa kalau ayah ingin awet muda harus dengan rambut samson. Maka ambil dan pangkaslah rambutnya, putriku!, pinta baginda raja.

Akhirnya Delilah dan Samson ngedit bertemu di taman pada saat bulan purnama. Dengan rayuan Delilah, Samson tertidur pulas dan saatnya Delilah melaksanakan amanat ayahnya.

Setelah memotong rambutnya, Delilah memberikan kepada ayahnya. Baginda raja memerintahkan penasehat dan serdadu untuk menangkap Samson. Samson tidak dapat berbuat apa-apa. Karena kehilangan kekuatannya.

Dari situlah Samson sadar bahwa perbuatannya hanya mementingkan dirinya sendiri. Melalui kesadarannya, Samson kembali memiliki kekuatannya dan memperjuangkan tanah leluhurnya.

Drama Musikal Samson dan Delilah diperankan oleh OMK Paroki Kelsapa. Peran sebagai Samson adalah Ignasius Suramin dan peran sebagai Delilah adalah Cecilia. Drama musikal berkat ide dari Bapak Prio Utomo selaku sutradara dan didampingi dua asisten sutradara, yakni Agus dan Dita.

Drama musikal lengkap sekali melalui nyanyian merdu dari Paduan Mudika Bernadette Soubirous dengan melantunkan lagu Haec Dies dan Sempurna dari Andra and The Backbone. (sep.)

Rabu, 25 Februari 2009

Seminar Kitab Suci


Siapa takut Menafsirkan Kitab Suci?

”Seringkali umat Katolik lupa bahwa gereja mempunyai kekayaan terbesar diantara Alkitab. Tetapi Alkitab kurang digeluti oleh umat katolik. Atau sibuk dengan urusannya mereka atau lebih familier dengan pujian syukur. Bahkan terbiasa dengan teks misa. Jadi tidak perlu membawa alkitab di saat ke gereja. Atau bahkan takut dan salah menafsirkan Alkitab.”


Melalui kalimat ini, umat katolik masih canggung untuk membuka dan membaca kitab suci. Mengapa demikian?, Mungkin karena takut menafsirkannnya salah atau gimana?. Dengan melihat ini Forum Studi Ilmiah Katolik (FOSIL Katolik) tergerak untuk mengadakan seminar kita suci sehari untuk menfasilitasi kebutuhan umat Katolik saat ini.

Seminar Kitab Suci diadakan di Catholic Center tepat di jalan Bengawan No. 3, Minggu lalu (8/2) dimulai pukul 09.00 wib. Seminar ini menghadirkan narasumber yang kompeten, yakni Romo Prof. Dr. H. Piedyarto G., O.Carm. Seminar Kita Suci bertajuk ”Cara Menafsirkan Alkitab Secara Katolik.

Romo Piedyarto mengatakan Alkitab satu kesatuan dengan Allah. Allah berbicara dengan kita melalui PuteraNya, yakni Yesus Kristus. Membaca kitab suci, kita juga membaca sejarah perjalanan Tuhan dengan Allah. Jadi, sebelum menafsirkan kita harus belajar banyak hal mengenai Alkitab. Tidak boleh tergesa-gesa pada saat membacanya, umat perlu menghayati dan mengimaninya ayat demi ayat, kata Romo Piedyarto.

Alhasil, bila kita hanya membaca sendiri tanpa pendampingan menjadi percuma. Terasa hambar rasanya. Pastor atau romo dapat membantu kita sebagai pendamping atau pembimbing, karena romo salah satu penganti para rasul. Para rasul merupakan seorang Magisterium (guru, red.) yang menjaga dan menafsirkan dengan setia sabda Allah, jelas Piedyarto.

Umat Katolik saatnya membangun budaya membaca Alkitab yang tinggi. Perlu diingatkan bahwa membaca Kita Suci dengan kecintaan hati yang tulus dan satu-kesatuan, tidak sepenggal-penggal atau “asal comot”.

Bila asal comot begitu saja, nantinya penafsirannya akan menjadi salah kaprah. Kesalahkaprahan akan membuat salah tafsir dan menjadi perdebatan yang “carut marut”.

Lebih jauh lagi, Romo Piedyarto juga membagikan lima prinsip penafsiran Alkitab, diantaranya prinsip penelitian ilmiah, prinsip roh kudus, prinsip isi dan kesatuan seluruh Alkitab, tradisi hidup seluruh Gereja, serta Analogi Iman.

Kelima prinsip ini harus kita kuasai dan umat diperbolehkan menafsirkan Alkitab. Jadi tidak hanya kaum hiraki saja yang mampu dan boleh menafsirkan Alkitab. Seluruh Gereja termasuk kaum awam boleh membaca dan menafsirkan Alkitab.

”Bahkan Komisi Kepausan Kitab Suci menyatakan bahwa kaum kecil dan tertindas sering kali mampu memahami Alkitab dengan baik. (bdk. Ucapan Yesus pada Mat 11:25; Luk 10:21).”

Untuk itu umat Katolik memerlukan petunjuk praktis lain dalam menafsirkan Alkitab, diantaranya berdoa sejenak, membaca teks dengan penuh perhatian dan teliti, melihat konteksnya, menganalisa kalimatnya (menurut subjek, predikat, dan objeknya), menganalisa makna kata dengan jalan melihat teks-teks lain yang memaknai kata yang sama, mencari gagasan penting suatu teks, dan mencoba melihat logika teks.

Selain beberapa petunjuk praktis, dalam menafsirkan Alkitab. Kita juga memerlukan beberapa penguatnya supaya semakin memahami ayat-ayatnya, diantaranya konkordasi dan kamus Alkitab.

Alhasil, Romo Piedyarto juga menjelaskan bahwa Alkitab memakai bahasa Perumpamaan. Di Alkitab banyak arti dan jenis-jenis perumpamaan. Kata ”perumpamaan” mengandung arti pembandingan suatu hal dengan hal lain. Dalam bahasa Yunani perumpamaan adalah parabole dan dalam bahasa Ibrani mashal. Misalnya ucapan ”Hai tabib, sembuhkanlah dirimu sendiri” disebut ”perumpamaan” (terjemahan LAI: ”pepatah”). Perumpamaan bisa juga berupa satu kisah yang cukup panjang, misalnya tentang penabur (Mat 13:24-29).

”Tujuan perumpamaan adalah menantang para pembaca agar ikut berfikir, mengambil sikap, dan mengubah cara hidup umat Katolik,” jelas Romo Pied. (sep.)

Ilustrasi diambil dari Internet.

Rabu, 18 Februari 2009

Prestasi


Siapa Takut Belajar Biologi

Siapa tak kenal ilmu biologi. Di Indonesia, mata pelajaran ini diperkenalkan kepada siswa sejak SD dalam mata pelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA). Karena cakupan bahasannya lebih dispesifikasikan, di SMP dan SMA, IPA "dicerai" menjadi bilogi, fisika dan kimia.

Ilmu biologi memang tidak termasuk mata pelajaran favorit bagi sebagian besar siswa. Gambarannya, jika satu kelas rata-rata berisi 30 siswa, hanya 5-6 siswa yang mencintai mata pelajaran tersebut. Mencintai di sini berarti siswa tertarik belajar lebih dalam. Misalnya, membaca buku-buku di luar buku yang ditetapkan sekolah dan mencari sumber lain seperti internet.

Kondisi itu bukan tanpa sebab. Yang sering menjadi kendala adalah cara belajar siswa yang masih suka menghafal, bukan memahami, dan cara mengajar para guru yang masih one way communications. Pengajar biologi juga minim (satu sekolah rata-rata hanya punya 3-4 guru). Selain itu, perangkat mengajar tidak memadai.

Itu masih ditambah penggunaan bahasa Latin pada penyebutan aneka jenis makhluk hidup, (siswa sering mengistilahkan serasa mimpi buruk) dan kurikulum yang masih sering "kejar tayang". Dampaknya, siswa enggan menikmati lebih banyak "menu" yang disediakan ilmu biologi.

Padahal, Indonesia dikenal dunia sebagai salah satu negara "kaya" karena punya jutaan spesies makhluk hidup. Bisa dibilang, potensi pembelajaran dan pengembangan ilmu biologi di Indonesia sangat besar. Ratusan peneliti asing juga hilir mudik ke Indonesia untuk melakukan riset tentang keanekaragaman makhluk hidup di Indonesia. Menurut Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), sejak 2003 hingga September 2005, tak kurang dari 654 peneliti asing mendapatkan izin meneliti di Indonesia. (http://www.geografiana.com/nasional/politik/perketat-izin-peneliti-asing-3.)

Tak ada asap kalau tak ada api. Tentu, tak selayaknya pula hanya bisa menyalahkan diri sendiri. Sudah saatnya kita mengubah cara mengajar agar dapat menelurkan siswa-siswi mandiri yang mencintai biologi.

Caranya? Main drama bisa jadi alternatif. Cara ini mungkin asing di sini. Namun, di kebanyakan negara maju yang telah menerapkan prinsip two way communications bahkan lebih, cara begitu bukan hal baru. Metode pengajaran yang digunakan adalah "metode apersepsi". Inti metode pengajaran tersebut adalah memotivasi siswa agar mereka tertarik secara mandiri untuk mempelajari, bahkan mengembangkan materi yang didapatkan di kelas. Depdiknas mulai memberikan arahan penggunaan metode ini pada 2000-an.

Saya menerapkan metode itu saat merangkum pokok materi tentang monera. Monera adalah salah satu kingdom dalam pengelompokan makhluk hidup, berisi organisme yang tidak memiliki membran intisel. Contoh paling mudah adalah bakteri.

Saya membagi 40 siswa dalam satu kelas menjadi empat kelompok, masing-masing diminta menyiapkan sebuah naskah drama tentang empat jenis bakteri. Salah satunya, bakteri Treponema Palladium (penyebab penyakit sifilis).

Di luar dugaan, siswa sangat berminat menyiapkan "pentas" tersebut, meski saya hanya memberikan waktu dua minggu. Bahkan, pengajaran yang semua bersifat presentasi kreatif siswa itu berkembang menjadi sebuah "opera sabun" menarik, lengkap dengan atribut pentas (meski masih minimalis).

Kelompok yang mendapatkan tugas bakteri Treponema Palladium membagi peran meliputi dokter, alat kelamin pria, alat kelamin wanita, hingga bakteri. Tak ayal, suasana kelas menjadi aktif dan siswa penuh semangat saling berinteraksi untuk memahami pokok bahasan ini.

Dari metode ini, setidaknya ada lima unsur proses belajar yang secara tidak langsung telah dilakukan oleh siswa secara mandiri dan kreatif. Yakni pengumpulan dan pencarian bahan, diskusi kelompok, proses kreatif pengimplementasian materi, pembentukan kepercayaan diri, dan seni. Metode pengajaran yang efektif tak selamanya harus "diadili" dalam selembar kertas ujian. Metode "opera sabun" di atas bisa menjadi ajang ujian kreatif untuk mengajak siswa mempelajari ilmu biologi dengan penuh semangat dan keceriaan.

Oleh: Birgitta Klara Krisdina Guru Biologi SMA Santa Maria Surabaya (Artikel ini juga dimuat di Media Harian Jawa Pos, Kamis 19 Februari 2009)

* foto : Bu Lia-Praktikum Biologi di Lab. SMA Santa Maria.

Selasa, 17 Februari 2009

Jelang Pesta Demokrasi 2009


Tidak Ada Kata Golput


Jumat (30/1) yang lalu ruang Romana dipenuh ratusan siswa-siswi SMA Santa Maria dan puluhan Guru di setiap unit Santa Maria. Usut punya usut, Kepala Satuan Pendidikan, Sr. Agatha Linda Chandra, MBA., OSU memberitahukan bahwa siang yang lalu diadakan Seminar Peta Politik Indonesia.

Seminar Peta Politik Indonesia dibagi menjadi dua gelombang. Gelombang pertama diperuntukkan bagi siswa-siswi yang mempunyai hak pilih dan gelombang kedua diperuntukkan bagi guru serta staf tata usaha Santa Maria.

Kurang lebih pukul 10.00 dimulai gelombang pertama, Seminar Peta Politik Indonesia dengan menghadirkan narasumber dari Jakarta, yakni Romo Benny Susetyo Pr, Sekretaris Eksekutif Konferensi Waligereja Indonesia (KWI).

Kita sebagai warga negara yang baik agar menggunakan hak pilih sebaik-sebaiknya, karena kita juga menentukan nasib masa depan negara.

”Sebagai warga negara, janganlah acuh tak acuh terhadap pesta demokrasi tahun 2009. Janganlah menjadi apatis terhadap perubahan dan sangat disayangkan bila kita ikut membudayakan budaya Golput”.

Golput salah satu sikap warga negara yang tidak mempunyai kesetiaan, kepedulian, dan kepekaan terhadap negara. Berilah yang terbaik diantara yang terbaik dari kemampuan kita. Jangan hanya meminta sesuatu, tetapi tidak pernah memberikan sesuatu kepada negara. (sep.)

Liga Sanmar 2009


Tubuh Kuat, Jiwa Sehat


“Mensana in corpore sano", Demikianlah ungkapan pepatah dalam bahasa latin, yang sangat familiar di telinga kita, yang artinya kira-kira: “Didalam tubuh yang kuat terdapat jiwa yang sehat”.

Sehingga tidak hanya pikiran kita yang genius, tetapi tubuh kita perlu sehat dan lebih sehat agar seimbang antara jiwa dan tubuh kita. Tubuh kita memerlukan stamina yang kuat untuk menjalankan aktifitas kita yang padat dari pagi hingga sore hari.

Untuk memperkuat stamina tubuh kita ini, OSIS SMA Santa Maria mengelar Liga Sanmar 2009 di lapangan Indoor KODAM Brawijaya mulai Senin sampai Rabu (16 – 18/02). Kegiatan Liga Sanmar ini, salah satu program OSIS bidang Presepsi, Apresiasi, Kreasi, Seni, dan Kesegaran Jasmani.

Salah satu anggota OSIS mengatakan Liga Sanmar ini dikemas dalam futsal. Setiap kelas mengirimkan satu tim yang terdiri lima orang dan dua orang cadangan. Bahkan setiap tim diwajibkan membuat kaos futsal yang unik.
“Untuk kelas XII tidak ikut berpratisipasi dalm futsal ini, karena mempersiapkan Ujian Nasional. Mungkin kalau nonton diperbolehkan oleh panitia”, kata Novita.

Untuk mensukseskan Liga Sanmar 2009, OSIS membentangkan spanduk yang bertuliskan : ”Sukseskan Liga Sanmar 2009”.

Lebih jauh lagi, liga sanmar yang dikemas futsal ini tidak siswa-siswi yang ikut bertanding. Guru dan Cleaning Service turut berpartisipasi memeriahkan liga sanmar 2009. (asep.)

Senin, 02 Februari 2009

Sekolah Pertama yang Mutu Pendidikan Diakui Asing

Suster menerima sertifikat ISO 9001:2000 dari Bapak Rudy Wijaya (URS)
(foto : suarasurabaya.net)

SMA Santa Maria Raih ISO

Manajemen Mutu pendidikan di Surabaya mulai diakui kalangan internasional. Pengakuan itu dibuktikan dengan prestasi mengagumkan yang diperoleh SMA Santa Maria Surabaya.

Tidak main-main, SMA Santa Maria mendapatkan pengakuan dari The United Kingdom Accreditation Service berupa International Organization for Standardization 9001:2000 (ISO 9001:2000) mengenai kualitas manajemen mutu.

Luar biasa bagi SMA Santa Maria, karena ribuan dari sekolah menengah atas yang ada di Surabaya. SMA Santa Maria pertama kali di Surabaya memperoleh ISO 9001:2000. Untuk memperolehnya itu hal yang tidak mudah, SMA Santa Maria berjuang memperbaiki dan menerapkan standar mutu yang terbaik, mulai dari penerimaan siswa baru, administrasi tata usaha, pengelolaan belajar, kualitas guru, dan output sekolah yang layak.

Kepala Satuan Pendidikan SMA Santa Maria, Sr. Agatha Linda Chandra MBA. OSU menuturkan untuk mendapatkan ISO 9001:2000 itu tidak mudah. Sekolah melakukan sejumlah perubahan pada tekanan pendidikan di antaranya mencakup kualitas guru dan model belajar siswa.

Setiap guru pada saat mengajar di kelas harus menuliskan semua yang diajarkan, mulai dari materi, jumlah siswa yang absen, menilai kepribadian, dan daya tangkap siswa. Padahal, dulu guru hanya melakukan pembelajaran secara lisan. “Perubahan ini cukup sulit, beberapa guru masih menyesesuaikan diri untuk memberikan laporan tertulis sebagai perkembangan terbaru pengajaran di kelasnya,” ujar Sr. Agatha.

Untuk meningkatkan dan mengontrol kualitas dan mutu pendidikan, pihak SMA Santa Maria mengangkat seorang Wakil Manajemen Mutu atau disebut WMM sekaligus Wakil Kepala Satuan Pendidikan bidang umum dan operasional.

Wakil Manajemen Mutu SMA Santa Maria, Ir. Marceline Prophylia akan langsung bertindak begitu sekolah mengalami penurunan kualitas.

Sr. Agatha menambahkan dengan adanya ISO 9001:2000 ini, SMA Santa Maria semakin diakui oleh perguruan tinggi di luar negeri untuk menjalin kerjasama. “Secara status kami sudah diakui kalangan internasional. Itu keuntungan yang bisa kami dapat,” tambahnya.

Kualitas dan perkembangan SMA Santa Maria ini tidak hanya berhenti di sini. Tetapi dikontrol perkembangnnya terus menerus. Bahkan tetap diaudit eksternal oleh United Regristear System (URS) dibawah lisensi United Kingdom Acreditation Services (UKAS).

Audit ISO yang melibatkan lisensi luar negeri ini merupakan yang pertama untuk sekolah di Surabaya. Peninjauan sendiri mulai dilakukan sejak awal tahun 2008. Mulai pertengahan tahun 2008 banyak perubahan yang mau tidak mau harus dilakukan oleh semua elemen di sekolah. Tidak hanya siswa, namun juga kebiasaan guru dan para karyawan.

”Kini budaya di sekolah mulai berlaih, dari budaya lisan menjadi tulisan,” terang Sr. Agatha.

Sabtu, (31/1) kemarin di aula Santa Maria, SMA Santa Maria mengelar Seminar Interatif ”Membangun Semangat Entrepreneurship” dan Penyerahan Sertifikat ISO 9001:2000. (sep/diambil dari Seputar Indonesia dan Surabaya Pagi)