Senin, 01 Agustus 2011

Selamat Ulang

Hampir 1 Abad Berkarya dan Melayani Umat Surabaya

Kamis lalu (21/7) suasana Gereja Katolik Hati Kudus Yesus Keuskupan Surabaya tidak seperti biasa. Sore itu banyak umat berdatangan untuk menghadiri perayaan HUT Gereja Katolik Hati Kudus Yesus.

"Gereja yang berdiri pada tahun 1921 merupakan bangunan peninggalan Belanda ini telah berusia 90 tahun tepatnya 21 Juli 2011."

Menyambut perayaan HUT ke-90, panitia menggelar syukuran dengan perayaaan ekaristi, lomba tumpeng, dan nasi kuning. Lomba diadakan di halaman gereja. Selepas perayaan ekaristi.

Sebagai ucapan syukur, panitia membagikan post card. Dengan gambar gedung gereja 4 generasi mulai dari tahun 1921 hingga 2011. Dan, dibaliknya terdapat tulisan visi dan misi Gereja Keuskupan Surabaya; "Gereja Keuskupan Surabaya sebagai persekutuan murid-murid Kristus yang semakin dewasa dalam Iman, Guyub, Penuh Pelayanan, dan Misioner" serta Lima Tugas Gereja, diantaranya Diakonia, Koinonia, Liturgia, Martyria, dan Kerygma. (asep)


Ilustrasi : www.images.google.com

OASE


LEWAT PANGAN ORGANIK,
ORANG MEMULIAKAN ALLAH


Helarius Sunardi (55) petani kecil warga Sidoharjo, Sine Ngawi, istrinya sakit maag akut. Ia mengorbankan banyak hal untuk kesembuhan istrinya, mulai dari menjual ternak dan sebagian tanahnya. Ia berpuasa minta petunjuk untuk kehidupan keluarganya yang sulit.

Lama setelah itu Sunardi mendapatkan mimpi didatangi Ratu berkilau sinar, mengatakan supaya taat pada 10 perintah Allah. Lalu Ratu itu juga memberikan sesuatu: sebuah piring
yang sangat bersih.

Sunardi akhirnya menulis di ruang utama rumahnya yang sederhana sepuluh perintah Allah dalam Bahasa Jawa. Ia berharap setiap melakukan kegiatan di rumah, ia dan keluarganya melihat tulisan itu dan mengingatnya untuk dilakukan. Tetapi mengenai piring yang sangat bersih itu ia belum tahu apa maksudnya.

Bertahun-tahun kemudian Sunardi diajak rekannya bergabung dalam kelompok Tani Mulya. Ia mendengar, dengan menjadi anggota ia akan mendapatkan modal untuk pertaniannya. Ia juga mendengar bahwa yang akan
dilakukan dalam kelompok adalah belajar bertani organik. Mengenai yang terakhir ini ia tidak begitu antusias.

Ia memang mendapatkan pinjaman modal untuk beli ternak. Tetapi lama-kelamaan yang menarik baginya adalah pertanian organik. Pelatihan pertanian organik tiap bulan menarik hatinya. Dengan bertani organik ia memuliakan ciptaan Allah. Allah dimuliakan lewat pangan organik. Ia membuat kompos dan obat hama dari bahan organik. Ia mempraktekkan pertanian organik tanpa kimia sama sekali.

Saat ini ia sudah dua kali tanam organik murni. Panennya naik, dari 4 kuintal menjadi 5,3 kuintal. Panennya terbaik di tempatnya sebab yang lain diserang wereng. Ia memenuhi lumbungnya dengan hasil panen dan menjualnya sedikit sisanya ke orang lain ketika ada yang minta. Keluarga penting baginya untuk bisa menikmati beras sehat itu. Anak istrinya senang.

Sunardi mengatakan kepada saya, mungkin inilah yang dimaksud dengan piring yang sangat bersih itu; menyajikan pangan sehat di piring Sunardi yang sederhana. (ton_nur_net)

BIAK Paroki St. Stefanus Surabaya










Live In di Stasi St. Yosef TSI
(Taman Siwalan Indah) Surabaya


Kegiatan Live In ini diikuti oleh 67 anak BIAK dari umur SD kelas 3 sampai kelas 6. Kegiatan ini bertempat di Stasi St. Yosef TSI (Taman Siwalan Indah) Surabaya, Sabtu-Minggu lalu (11-12/6) dan diikuti oleh BIAK dari paroki, stasi TSI dan PBI. Acara ini dibuka dengan pelepasan balon oleh Ketua DPP Paroki St. Stefanus Surabaya, didampingi Ketua Stasi TSI dan Ibu Duti Phidiastantri selaku Ketua Panitia Live In. Pastor Kepala Paroki St. Stefanus Surabaya Rm. Kholik, Pr sangat mendukung kegiatan ini. Beliau baru menghadiri acara ini pada Sabtu malam dan rela tidur di Stasi.

Sebelum anak-anak diantar ke keluarga tempat live in, mereka dikumpulkan di kapela dan dibekali dengan materi oleh Fr. Alfons Kolo dari Seminari Tinggi Giovanni Malang. Tema dalam kegiatan ini adalah “Ya, Aku Mau, Aku Bisa”. Dengan tema ini anak-anak dibimbing dan dimotivasi agar menanamkan dalam dirinya bahwa “Aku Bisa”. Anak-anak dimotivasi bahwa untuk sukses dalam mencapai cita-cita serta sukses menjadi anak Katolik yang baik perlu menanamkan dalam dirinya bahwa “Aku Bisa”. Di sini dibutuhkan kemauan dan kehendak yang kuat.

Anak-anak juga dibimbing untuk menanamkan sikap jujur dalam diri mereka. Mereka dimotivasi bahwa apa saja yang kita lakukan tidak akan benar-benar sukses jika tidak dilandasi oleh KEJUJURAN. Jika benar-benar ingin berhasil dalam hidup, kejujuran adalah satu-satunya acuan. Untuk melatih anak-anak dalam hal kejujuran, panitia menyediakan “Kios Kejujuran’. Kios kejujuran ini tidak dijaga. Anak-anak dapat belanja tanpa ada yang menjaga. Mereka adalah penjual sekaligus pembeli. Di sinilah anak-anak dilatih untuk jujur.

Setelah anak-anak dibekali dengan materi, mereka kemudian diantar ke keluarga tempat live in. Di sana mereka dilatih untuk hidup bersama dan mengalami suasana kekeluargaan dalam keluarga baru. Dari sharing pengalaman, anak-anak mengatakan bahwa ada suasana kekeluargaan dan kebersamaan yang mereka alami di keluarga baru, misalnya kebersamaan dalam doa bersama, makan bersama, cuci piring bersama, olahraga bersama, ke Kapela untuk Misa bersama, dan pengalaman kebersamaan lainnya. Anak-anak sangat senang dengan kegiatan ini dan mengharapkan agar kegiatan ini diadakan lagi karena ini baru pertama kali diadakan oleh Paroki St. Stefanus Surabaya. (Fr. Alfons Kolo)

Gemma Inventa

Gelar Konser Reuni Tribute to Alumni

Melangkah sampai 30 tahun di dunia musik liturgi. Perjalanan yang tidak singkat untuk mereka lalui bersama. Itulah kelompok musik liturgi Gemma Inventa. Gemma Inventa, salah satu kelompok musik liturgi yang lebih dikenal dengan GI (baca : je-i).

“GI berasal dari bahasa Latin Gemma artinya “mutiara” dan Inventa artinya “yang ditemukan”.

Awal mulanya beberapa mahasiswa-mahasiswi yang terpanggil untuk melayani perayaan ekaristi khusus mahasiswa-mahasiswi se Keuskupan Surabaya. Tanggal 22 September 1982, keberadaan GI dikukuhkan oleh alm. Rm. J. Sastropranoto, CM (pastor mahasiswa).

Senada yang dikemukan oleh salah satu pendiri GI, Heru bahwa GI artinya mutiara yang ditemukan” wujud konkritnya membentuk kelompok musik liturgi dengan tujuan sebagai pengabdian kepada Gereja. Bukan sekedar hanya melayani Gereja. Hingga GI diharapkan selalu mengabdikan dirinya untuk Gereja semakin tumbuh dan hidup seiring kemajuan jaman saat ini. Bahkan tidak hanya bernyanyi, tetapi juga berorganisasi, jabar Heru.

Heru juga menambahkan bahwa GI juga mempuanyai tiga pendiri selain saya, diantaranya Bambang Hartanto dan Emanuel Kristanto, tambahnya.

Anggota GI benar-benar dilakukan dengan sepenuh hati. Pengabdiannya tidak berporos pada vertikal saja, melainkan horizontal juga bagian dari pengabdiannya.

Dengan mengembangkan dan mengaktualisasikan diri, merealisasikan potensi-potensi yang ada dalam diri GI di bidang musik liturgi, kepemimpinan, manajemen, dan komunikasi organisasi, hubungan antar pribadi, kerja sama, kreatifitas, dan homaniora.

Untuk merayakan 30 tahun GI digelar konser reuni, Sabtu lalu (9/7) (di balai paroki Santa Maria Tak Bercela bertajuk “Our Journey to Serve”.

Leonard Danaro, ketua pelaksana menjelaskan konser reuni merupakan langkah awal. Untuk persiapan anggota menyongsong konser 30 tahun GI. Pada konser ini, panitia juga mengadakan reuni, jelas Danaro.

Untuk itu, GI perlu mengadakan konser ini yang terbagi dalam 2 babak. Babak pertama dilantunkan 4 lagu gereja. Diantaranya Hallelujah, Amen dari Judah Maccabaeus, Tea for Two, Aint No Moutain High Enough, dan Festival Sanctus.

Di sela-sela, memasuki babak kedua alumi GI juga menyumbangkan 2 buah lagu yang dikonduktori oleh Ronny Kleden.

Seperti yang ditutur oleh MC, Lusi bahwa di babak kedua anggota GI menyanyikan lagu-lagu pilihan dan favorit mereka yang pernah dinyanyikan saat pelayanan dan lomba-lomba. Diantaranya Di Batas Kerinduan, Nuasa Bening, Gusti Memberkati, Naik Delman, dan Hymne GI yang digarap oleh Matheus Hermawan Budiadi dan dibantu dengan Pudji.

Hymne GI menjadi penutup dari keseluruhan rangkaian konser reuni. Konser ini semakin lengkap atas kepiawaian sang konduktor, Aditya Sukmawan dan sang pianisnya, Fansiska Kartika Rantri. (asep)

Sharing

Bukan.............
Sekedar Luar Biasa

Stephanie Santoso sekarang duduk di kelas XII untuk kedua kalinya. Teman-teman sering lupa bahwa saya harus mengenyam pendidikan SMA selama 4 tahun. Bukan karena saya tidak naik kelas, lho! Sebaliknya, saya mengambil cuti sekolah selama setahun karena saya terpilih dalam program pertukaran pelajar Youth Exchange and Studies (YES) ke negeri Paman Sam, tutur Stephanie.

Stephanie menjelaskan program YES adalah program beasiswa yang diprakarsai oleh pemerintah Amerika Serikat untuk menjembatani upaya perdamaian dengan belasan negara bermayoritas muslim di dunia, termasuk Indonesia. Tahun ini kurang lebih empat ratus pelajar SMA dan sederajat dari seluruh dunia berpartisipasi dalam program ini. Lewat Yayasan Bina Antarbudaya, Indonesia berhasil mengirimkan 101 pelajarnya untuk menimba ilmu dan pengalaman sebanyak-banyaknya di AS selama kurang lebih sebelas bulan.

Selama setahun di Amerika Serikat “lebih dari sekedar luar biasa” karena memang hal ini yang sesungguhnya Stephanie rasakan. Stephanie belajar namun bukan sekedar belajar di sekolah tapi juga mendalami ritmik hidup, jalan pikir, dan pola kebiasaan orang Amerika. Ilmu yang didapatkan bukan hanya pelajaran formal di sekolah tetapi juga pelajaran nilai hidup di rumah hostfamily. Salah satu pengalaman yang terpatri paling dalam di hatinya pengalaman menjadi seorang kakak, tuturnya.

Di keluarga naturalnya, Stephanie adalah anak bungsu yang memiliki dua orang kakak laki-laki. Sudah perempuan sendiri, anak bungsu pula. Anda pasti bisa membayangkan betapa dimanjakannya . Tak pernah terbayang sebelumnya bahwa Stephanie akan merasakan rasanya menjadi seorang kakak. Di hostfamily, Stephanie memiliki adik perempuan berusia 6 tahun dan kakak laki-laki berusia 18 tahun. Sang kakak tinggal di tempat lain sejak ia berusia 16 tahun, sehingga adiknya sudah terbiasa menjadi ‘anak tunggal’ di rumah. Mungkin dia juga tak pernah menyangka akan punya kakak perempuan seperti Stephanie. Tahun ini adalah pengalaman pertama bagi kami untuk memiliki seorang sister.

Namanya Brookelyn. Rambut pirang sebahu membingkai pipinya yang bersemu merah di kulitnya yang putih seperti tipikal orang Amerika pada umumnya. Badannya tergolong sangat tinggi untuk anak seumuran dirinya. Sekarang ia duduk di kelas satu di sekolah dasar swasta, Washington state. Sepintas Brookelyn sama dengan teman-teman sebayanya, namun ia sebenarnya menderita sensory disorder, cerita Stephanie.

Kelainan ini membuat dirinya terkadang tak bisa mengendalikan atau menyadari seberapa besar kekuatan yang ia kerahkan pada objek di sekitarnya. Misalnya saja maksud ia untuk memeluk tetapi terasa seperti cengkeraman, atau dorongan terasa seperti pukulan. Karena ini pengalaman pertama Stephanie bersama anak berusia 6 tahun, Stephanie kurang tahu apakah hal ini biasa terjadi pada anak seumurannya. Dari pengamatan Stephanie, dia tidak terlalu berbeda dari teman-temannya; hanya saja ia mengambil occupational teraphy setiap minggu sekali untuk membantu dirinya menguasai dan mengontrol kekuatannya.

Bersama Brookelyn, kami bersama-sama belajar untuk mengerti satu sama lain sekaligus tumbuh berkembang untuk mencapat tingkat kedewasaan yang lebih tinggi. Stephanie belajar untuk menjadi kakak yang baik, meski hal itu gampang-gampang susah. Sebelumnya Stephanie merasa bahwa sudah cukup dewasa, namun ternyata kedewasaan itu tidak cukup untuk meladeni Brookelyn, hingga suatu saat hampir lepas kendali saking geregetannya. Seringkali keegoisan menjadi alasan utama yang menghambat proses Stephanie dan Brookelyn. Stephanie juga disibukkan oleh 3 peran saya sebagai siswa, anak, dan saudara perempuan sehingga mungkin Stephanie tidak sempat menghabiskan seluruh waktu Stephanie bersama Brookelyn.

Stephanie juga menambahkan persoalan membagi waktu dan prioritas: harus belajar, sedangkan dia meminta untuk menemaninya bermain. Namun di balik semua itu Stephanie banyak memiliki pengalaman berharga bersama Brookelyn. Rasanya ada kepuasan tersendiri sebagai seorang kakak ketika melihat senyumnya setelah ia bangun tidur di pagi hari, ketika tahu bahwa Stephanie dibutuhkan olehnya, ketika Stephanie berhasil mengesampingkan kepentingan pribadi dan mengalah, ketika Stephanie berhasil mengajari dia tentang sesuatu, ketika berhasil menjawab segudang pertanyaan penuh rasa ingin tahu, ketika berhasil memperkenalkan ‘dunia’ kepadanya, atau mungkin sekedar keberhasilan untuk menamatkan satu level di game kesayangan bersama-sama, tambahnya.

Stephanie mengatakan rasa cuti sekolah setahun itu terbayar dengan pengalamannya menjadi kakak karena tak pernah ada sekolah untuk menjadi seorang kakak. Pengalaman langka ini mungkin hanya bisa didapatkan sekali seumur hidup dengan ikut program pertukaran pelajar. Stephanie terharu ketika mendengar kata-kata Brookelyn yang diucapkannya tiap hari selama satu minggu terakhir sebelum pulang ke tanah air. “I don’t want Stephanie to go,” katanya. Yang hanya bisa Stephanie katakan adalah : “I am not going anywhere. I am staying in your heart as your first and last sister. We will meet again for sure.(asep)

Senin, 27 Juni 2011

Pelepasan Siswa Kelas XII

Tetap Teguh, SERVIAM

Setelah
menempuh Ujian Sekolah dan Nasional Tahun Pelajaran 2010/2011, siswa-siswi kelas XII menunggu hasil akhir yang selama 3 tahun dipenuh di sekolah. Senin lalu (16/5) siswa-siswi kelas XII telah menerima pengumuman dan hasilnya lulus 100%.

Untuk mensyukuri kelulusan ini, sekolah mengadakan acara pelepasan kelas XII, Rabu (18/6) di aula Santa Maria. Pelepasan ini diawali dengan perayaan ekaristi yang dipersembahkan oleh RD. Nuroto. Usai perayaan ekaristi dilanjutkan pelepasan yang diawali dengan menyanyikan lagu Indonesia dan Serviam.

Tak lama kemudian, sambutan perwakilan kelas yang diwakili oleh Lukas Surya Atmaja, XII IPS 1, Orang tua siswa-Pak Budi, dan dilanjutkan Kepala Satuan Pendidikan, Sr. C. Fitri Murniati, OSU. Sr. Fitri mengatakan bahwa semangat adalah dorongan yang mampu membuat hidup menjadi lebih hidup. Dan, semangat juang merupakan salah satu resep rahasia kesuksesan.

"Tetaplah semangat di mana pun kalian belajar dan pertahanan serta kembangkan terus sikap melayani karena kalian mempunyai semangat Serviam," pesan Sr. Fitri.

Tak lengkap, bila hanya sambutan dalam acara pelepasan. Di pelepasan ini, sekolah juga memberikan penghargaan. sebelumnya dibacakan Surat Keputusan dari Kepala Satuan Pendidikan memutuskan pemberian penghargaan nilai akademik kepada siswa-siswi kelas XII jurusan Bahasa, IPS, dan IPA. Siswa-siswi terbaik aktif dan berprestasi selama 3 tahun, siswa-siswi yang aktif mengikuti perlombaan dan menjadi juara dalam mengharumkan nama sekolah. Diantaranya di bidang Seni Budaya, Olah Raga, Jurnalistik, Komputer, dan Sains. Sekolah juga memberikan penghargaan pengurus OSIS periode 2008-2010 untuk kelas XII.

Acara yang diawali dengan perayaan ekaristi ini meninggalkan kesan mendalam bagi siswa-siswi kelas XII. Terlebih saat pemutaran slide yang berisi tentang kilas balik perjalanan kelas XII selama 3 tahun menempuh pendidikandi SMA Santa Maria. (sep)

Bidik

Replika Burung Berterbangan
di Citra Land-G Walk

Sabtu, 25 Juni 2011

The Coffee Shop


Coffee . Tea . Freezy

The Coffee Shop, salah satu café gaul tempat tongkrongannya anak muda gaul. Café ini terletak di sebelah kanan kampus UNESA lama dari arah Rumah Sakit Islam dan salah satu plaza. Café buka mulai 13.00 hingga tengah malam.

Café ini bernuasana klasik modern dipenuhi warna merah dan coklat kehijauan. Dihiasi poster dari produk-produk yang dihasilkan. Dilengkapi dengan layar LCD dan musik MP3. Di sebelah kanan saat memasuki café ini terlihat sofa krem, meja coklat dan bangku hitam. Dan di sebelah kiri dilengkapi puzzle. Puzzle ini menampilkan logo dari The Coffee Shop.

“Begitu romantis dan menggoda untuk berlama-lama menikmati keunikkan dari café ini. Nuasana soft dan gelap menampilkan berbagai inspirasi untuk para pengunjung.”

Bahkan pengelola dan petugasnya memakai seragam hitam yang dikombinasi putih beserta logonya.

Tidak hanya itu, seperti yang dituturkan Febry'e Hamz, salah satu pengelola bahwa café ini juga menyediakan layanan internet yang sering disebut-sebut oleh kalangan orang IT, yakni WIFI. Dan, pengunjung dimanjakan dengan berbagai menu yang menarik. Tidak kalah menariknya dengan café lainnya. Diantaranya tea, smoothies, food, hot dan iced coffee. (asep)

Senin, 13 Juni 2011

Oase


REVITALISASI PANCASILA

Reformasi politik 13 tahun lalu, selain membawa dampak positif, juga membuat sebagian bangsa kita lupa daratan. Termasuk lupa pada dasar negara, falsafah, dan pandangan hidup yang telah digali dengan susah payah oleh para bapak bangsa: Pancasila. Setelah Orde Baru tumbang, kita jarang mendengar politisi, termasuk pejabat-pejabat, bicara dan (lebih-lebih) mengamalkan Pancasila.

Maka, jangan heran muncullah tawaran ideologi macam-macam yang anti-Pancasila, antikemajemukan, antitoleransi, bahkan antikemanusiaan. Indonesia yang dulu dikenal sebagai bangsa yang ramah-tamah, toleran, punya tenggang rasa... berubah menjadi sangat beringas. Bom meledak di mana-mana ibarat petasan anak-anak. Begitu banyak tidak kekerasan yang membuat citra bangsa kita yang humanis makin dipertanyakan masyarakat dunia.

Gesekan dalam kehidupan umat beragama pun terjadi di mana-mana. Hampir setiap minggu ada gereja yang ditutup. Sejumlah umat minoritas tidak bisa bebas lagi melaksanakan ibadah karena dihantui unjuk rasa dan pembubaran paksa oleh massa yang beringas. Sementara aparat keamanan, seperti biasa, kewalahan menghadapi gempuran massa.

Di mana gerangan Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI yang menjadi payung bagi kita semua untuk hidup bersama di bumi Indonesia ini? Yah, empat pilar ini perlahan, tapi sistematis coba dihapuskan oleh para politisi yang nota bene diberi kepercayaan dan tanggung jawab untuk mengurus negara yang diproklamasikan pada 17 Agustus 1945 itu.

Kita masih ingat gerakan sistematis untuk menggusur empat pilar NKRI ini. Tak lama setelah reformasi, terjadi pertarungan politik yang alot di Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) saat amandemen UUD 1945. Cukup banyak kekuatan politik yang ingin mengubah Pasal 29 dengan muatan yang berlawanan dengan Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. Meski gerakan politik ini gagal, semangat untuk mengubur Pancasila masih tetap menyala di sejumlah kalangan, termasuk elite politik di parlemen dan pemerintahan. Kita bisa dengan mudah mengidentifikasi politisi dan partai-partai yang 'setengah hati' menerima Pancasila.

Maka, peringatan Hari Lahir Pancasila, 1 Juni 2011, kiranya bisa menjadi momentum bagi kita semua, sesama anak bangsa, untuk kembali memperkuat empat pilar kebangsaan itu: Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI. (jub)

Minggu, 05 Juni 2011

Panggilan


“Badai Panggilan”
Oleh: Yohanes Basticovan
(Siswa Seminari Menengah St.Vincentius A Paulo – Garum)


“Badai panggilan,” merupakan dua kata yang menjelaskan bagaimana keadaan umat Allah pada zaman sekarang.

Panggilan Allah merupakan anugerah besar yang diberikan Allah kepada seseorang (ciptaanya). Panggilan ini tidak sembarang panggilan, tidak semua orang mendapatkan anugerah ini. Panggilan Allah erat kaitanya dengan hidup bagi seorang calon imam, bruder, suster atau seseorang yang mengabdikan dirinya pada Gereja. Bukan hanya mengabdikan diri pada Gereja saja, melainkan juga berani mengorbankan diri, meskipun harus mempertaruhkan nyawa sekalipun. Dengan kata lain, panggilan Allah juga dapat disebut sebagai pelayanan diri pada Allah. Sebenarnya, Allah memanggil orang pilihanya, guna menguji sampai dimana pelayanan dan kesetiaan yang dilakukan manusia terhadap penebusnya. Selain itu, umat Allah juga dituntut untuk tumbuh dan berkembang dalam kehidupan Kristiani mengenai penghayatan diri pada Kristus.

Pada zaman sekarang, panggilan Allah dihadapkan pada zaman yang semakin berkembang dan maju. Dimana telah banyak terjadi perubahan pada pemikiran umat Kristiani, yang tidak peduli pada panggilan Allah dan cenderung pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih. Jadi dapat dikatakan, bahwa pada zaman ini Allah telah di nomor duakan dan dibandingkan dengan kemajuan zaman dan teknologi. Banyak umat Allah yang sekarang semakin tidak memperdulikan tentang perkembangan Gereja. Kenyataan yang tidak diragukan ini, menjadi tantangan bagi Gereja untuk menyadarkan kembali umat Allah dalam menanggapi panggilan Allah. Tantangan ini juga membuat Gereja lebih memperhatikan keadaan umatnya yang semakin terbawa arus perkembangan zaman.

Persoalan-Persoalan Dalam Menanggapi “PANGGILAN ALLAH”
Banyak persoalan-persoalan yang mempengaruhi umat Allah dalam menanggapi panggilan adalah sebagai berikut. Pertama, kurang paham dan kurang mengerti terhadap apa yang dinamakan “Panggilan Allah.” Kebanyakan umat memahami panggilan Allah, sebagai tanggapan untuk menjadi imam atau suster. Sehingga sedikit sekali ditemukan orang yang secara tulus memberikan bantuan untuk Gereja. Misalnya, memberikan sumbangan bagi umat Allah yang lemah dan kurang mampu. Atau bahkan menyediakan diri setiap hari untuk menjadi misdinar (bagi kaum muda), menjadi lektor, atau bahkan menjadi asisten imam. Hal-hal kecil ini dapat menjadi permulaan yang baik bagi umat Allah yang mencintai Kristus. Namun, sekarang sedikitlah yang memberikan dirinya untuk melayani Tuhan.

Kedua, kemajuan zaman yang semakin mejauhkan umat Allah terhadap panggilan Allah sendiri. Dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih, membuat umat Kristiani lupa terhadap tugas-tugasnya sebagai umat Kristiani, seperti menggunakan handphone ketika misa. Zaman yang semakin modern, menjadikan umat tidak setia lagi pada Allah.

Ketiga, sikap dan kesadaran kaum muda yang kurang aktif dan kurang perhatian pada panggilan Allah, misalnya tidak adanya kemauan untuk menjadi imam atau suster. Hal ini berimbas pada jumlah siswa seminari, yang semakin tahun semakin sedikit. Tidak hanya itu saja, kadang juga ada orang tua yang melarang anaknya untuk menjadi imam atau suster, walaupun anak tersebut ingin menanggapi panggilan Allah.
Keempat, bagi umat yang ingin menjadi imam atau suster, lawan jenis merupakan tantangan yang selalu menyelimuti dalam kehidupan sehari-hari. Banyak umat yang meninggalkan panggilan Allah hanya gara-gara permasalahan dengan lawan jenis. Persoalan ini memang sepele, namun sulit sekali untuk dihilangkan. Bagi yang imanya kuat, ia akan mampu untuk tetap setia pada panggilan Allah.

Melihat berbagai macam persoalan yang telah ada, maka penting bagi umat Allah untuk membenahi diri, terutama dalam menjawab panggilan Allah, khususnya kaum muda yang diharapkan mempunyai semangat yang tinggi. Semangat inilah yang sebenarnya dibutuhkan oleh Gereja, terutama dalam membenahi masa depan. Dari persoalan-persoalan tadi, dampaknya dapat dilihat secara langsung pada calon seminaris yang mendaftar tiap tahunya, yang dirasa semakin berkurang. Misalnya, calon siswa Seminari St.Vincentius A Paulo – Garum yang mendaftar semakin sedikit. Pada tahun ajaran 2008/2009 yang mendaftar berjumlah 66 anak, namun itu hanya gelombang ke 1 dan tidak dibuka gelombang ke 2, karena dirasa sudah memenuhi. Pada tahun ajaran 2009/2010 yang mendaftar berjumlah 47 anak, sehingga dibuka gelombang ke 2 dengan 18 anak yang mendaftar. Tahun pelajaran berikutnya yang mendaftar semakin sedikit, yakni gelombang pertama 55 anak dan gelombang ke 2 hanya berjumlah 9 anak. Dan pada tahun pendaftaran ini, jumlah yang mendaftar semakin sedikit, yakni hanya 51 anak.
Secercah Harapan

Melihat jumlah calon seminaris yang semakin tragis tiap tahunya, sangat jelas sekali, bahwa panggilan pada zaman sekarang sangatlah minim dan mulai luntur. Tidak adanya perhatian kaum muda bagi Gereja, membuat Gereja semakin tertekan. Untuk itulah panggilan Allah perlu ditekuni. Hal ini juga tidak lepas dari persoalan-persoalan dalam menanggapi panggilan Allah, terutama dalam perkembangan zaman yang semakin modern.

Perlu adanya penggerak untuk menggairahkan kembali umat Allah, terutama kaum muda yang menjadi generasi penerus Gereja. Penggerak itu adalah orang tua sendiri, yang menjadi pendorong bagi kaum muda dalam menjawab panggilan Allah. Terlebih-lebih jika kita mengingat bagaimana perjuangan Yesus memanggul salib sampai di bukit Golgota dengan penuh darah yang melumuri tubuhnya. Memang kita tidak merasakan, namun sakitlah hati Yesus, jika kita tidak mau mengerti dan menanggapi panggilan Allah.

Jumat, 03 Juni 2011

Perayaan Syukur 40 Tahun Sekolah Tinggi Filsafat Teologi “Widya Sasana” Malang

Bertolak ke Tempat yang Dalam

Sore itu (6/5), kota Malang dihuyur hujan deras semenjak sore hari. Di tengah cuaca yang tidak mendukung ini, Sekolah Tinggi Filsafat Teologi (STFT) Widya Sasana mempunyai gawe besar untuk berkumpul. Sore itu, STFT-WS memulai perayaan Dies Natalis ke- 40. Acara diawali dengan reuni dan dilanjutkan esok hari dengan misa syukur bersama para uskup.

Hampir sekitar 200 tamu undangan datang dalam acara reuni ini. Mereka berasal dari berbagai tempat. Acara diselenggarakan di halaman kampus STFT Widya Sasana yang terletak di Jl. Terusan Rajabasa 2 Malang. Kemeriahan suasana semakin nampak ketika alumni berkumpul, bertemu, bertegur sapa bersama. Sudah lama mereka tidak bertemu. Mereka sangat senang karena akhirnya bisa berjumpa kembali dengan teman kuliah mereka dulu. Kali ini yang diundang adalah semua alumni mulai dari tahun berdiri yakni 1975 sampai dengan sekarang. Panitia mengangkat tema “Bersama Bertolak Ke Tempat yang Dalam”.

Hadir pula dalam reuni ini para Uskup partisipan (Surabaya, Malang, Denpasar, Pontianak, Ketapang, Samarinda, Tanjung Selor), pimpinan tarekat dan perwakilan keuskupan. Mereka sebelumnya mengadakan rapat bersama dengan staf STFT dan para dosen. Usai rapat, para Uskup berbaur dengan peserta reuni bersama. Ada

Acara reuni semakin meriah dengan berbagai tampilan dari mahasiswa dan juga persembahan dari seorang anak yang menyumbangkan suara emasnya. Meski hujan masih tetap mengguyur lokasi reuni, hal ini tidak membuat peserta beranjak dari tempat duduknya. Mereka berkumpul bersama dengan teman angkatan mereka. Senyum, canda dan tawa nampak dari raut wajah mereka. Acara usai sekitar pukul 21.30 WIB.

Bangga dan Bahagia
Ungkapan kebahagiaan terungkap bukan hanya dalam benak alumni, tapi juga para dosen. Hal itu dirasakan oleh Rm. Prof. Dr. Berthold Anton Pareira O.Carm (dosen senior yang juga adalah pengajar bidang ilmu Kitab Suci Perjanjian Lama). Mewakili para dosen lainnya, Rm. Pareira begitu akrab disapa, menyampaikan beberapa hal. “Saya sangat senang, bangga dan bahagia ada bersama-sama dalam acara ini. Saya bisa berkumpul bersama dengan para mantan murid-murid saya. Begitu banyak kenangan yang saya peroleh bersama dengan kalian. Ada tertawa, rasa jengkel, marah bercampur menjadi satu. 36 tahun adalah waktu yang cukup lama bagi saya untuk mengajar,” ucapnya dengan penuh kebahagiaan.

Lebih lanjut Rm. Pareira menyampaikan terima kasih atas kehadiran para undangan. Secara khusus malam itu, Rm. Pareira cukup senang karena bertemu dengan kawan lama waktu studi Roma yakni Mgr. H. Bumbun OFMCap (Uskup Keuskupan Agung Pontianak). “Malam ini saya sangat senang karena bertemu dengan kawan lama saya, yakni Mgr. Bumbun. Sudah 30 tahun lebih dia menjadi Uskup. Saya sangat senang sekali bisa bertemu malam ini,” katanya dengan penuh semangat.

Peristiwa malam ini bagi Rm. Pareira adalah peristiwa yang menggembirakan. Banyak alumni yang mengenalnya, tapi beliau tidak banyak mengingat satu-persatu. Beliau juga masih ingat gaya mahasiswa, cara mengajar dan “penderitaan” yang dialami oleh para mahasiswa dulu. Sesekali para mahasiswa dianggap “bodoh” karena tidak dapat mengerti sesuatu hal mengenai bahan kuliah. Rm. Pareira juga bangga karena banyak mahasiswanya yang berhasil. Sebagian besar dari mereka menjadi dosen di STFT-WS ini pula.

Pada akhir sambutannya, Rm. Pareira mengajak semua yang hadir untuk bekerja bersama. Lembaga ini perlu terus dikembangkan. Bangsa dan Gereja masih harus terus dibangun. Hal ini merupakan tugas semua pihak mulai dari STFT, dosen, mahasiswa dan para alumni yang hadir.
Rm. F.X. E. Armada Riyanto CM selaku Ketua STFT-WS juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak atas terselenggaranya acara ini. Ucapan terima kasih juga diucapkan kepada para Uskup, pimpinan tarekat, perwakilan keuskupan, tamu undangan dan juga alumni yang berkenan hadir dalam acara syukur ini. Hal ini tak terlepas dari kerjasama semua pihak yang mau bekerja keras demi acara ini. Para alumni juga diundang lewat internet (salah satunya facebook).

Hasil Kerjasama
STFT Widya Sasana Malang merupakan salah satu lembaga pendidikan calon imam yang terletak di pulau Jawa. Selain di Malang, ada juga tempat pendidikan calon imam di Jakarta, Bandung dan Yogyakarta. STFT-WS (dulunya bernama Institut Filsafat Teologi) didirikan oleh Kongregasi Misi dan Ordo Karmel. Kedua tarekat ini bekerjasama untuk mendidik calon-calon imam mereka dalam wadah “Seminari Tinggi Bersama”. Seiring berjalannya waktu, bergabung juga beberapa tarekat (SVD, CP, CSE, CDD, SMM, OSM, MSF) dan juga para calon imam dari berbagai keuskupan (Surabaya, Malang, Denpasar dan keuskupan di regio Kalimantan). Mereka mengirimkan para calonnya untuk mengenyam pendidikan filsafat dan teologi di tempat ini.

Sampai saat ini sudah ratusan lulusan yang dicetak oleh lembaga ini. Bukan hanya imam dan awam, melainkan juga para suster dan frater dihasilkan dari tempat ini. Mereka tersebar di berbagai tempat di penjuru Indonesia. Ada juga dari antara mereka yang bermisi ke berbagai tempat di negara lain. Lulusan-lulusan terbaik juga dicetak dari lembaga ini. Diantaranya mereka mengabdikan diri dalam almamater tercinta dengan menjadi dosen pengajar dan pimpinan di STFT tercinta.

Pendidikan calon imam tak terlepas dari kerjasama yang solid dari semua pihak. Mereka antara lain adalah STFT, seminari, pimpinan tarekat dan yayasan. Hal yang membanggakan adalah perkembangan dalam hal akademis. Lembaga ini telah diakreditasi oleh BAN-PT dan meraih akreditasi “A”. Hal yang membanggakan pula adalah, mulai didirikannya Program Pascasarjana Magister Filsafat Sistematis dan Filsafat Teologis.

Syukur atas Rahmat Tuhan
Rasa syukur dan terima kasih akhirnya diwujudkan dalam perayaan ekaristi syukur. Semua alumni yang hadir, mahasiswa STFT, para tamu undangan bersyukur bersama dalam misa. Sekitar pukul 09.00 WIB, para tamu undangan mulai berdatangan di aula Misiologi SVD, tempat dilangsungkannya misa. Mereka yang hadir bukan saja alumni, tetapi juga para biarawan-biarawati dari wilayah Malang dan sekitarnya. Sekitar 500 orang ikut serta dalam misa syukur ini.

Misa Syukur dipimpin langsung oleh Bapak Uskup Malang, Mgr. H.J.S. Pandoyoputro, O.Carm. Hadir juga beberapa uskup lain: Mgr. V. Sutikno Wisaksono (Surabaya), Mgr. Silvester San (Denpasar), Mgr. Hieronymus Bumbun OFMCap (Pontianak), Mgr. Blasius Pujaraharja (Ketapang), Mgr. Florentinus Sului MSF, Mgr. Yustinus Harjosusanto MSF (Tanjung Selor). Ikut serta juga mendampingi para uskup, yakni Rm. F.X. Armada Riyanto CM (ketua STFT) dan Rm. Berthold Anton Pareira O.Carm (dosen senior).

Ikut serta dalam selebrasi misa yakni para dosen, imam (alumni), mantan dosen, vikaris jenderal beberapa keuskupan regio Kalimantan. Beberapa pimpinan tarekat yang tampak hadir: Rm. L. Joko Purnomo O.Carm (Provinsial Ordo Karmel Indonesia) dan Rm. Robertus Widjanarko CM (Visitator Kongregasi Misi Indonesia).

Masuk dalam Kedalaman Hidup
Dalam kotbahnya, Mgr. Harjo mencoba menyadari bahwa dirinya saat menyampaikan kotbah tidak berada dalam dunia pedalaman Kalimantan Timur (tepatnya wilayah Tanjung Selor), yang sangat jarang dijumpai tenaga pastoral. Saat menyampaikan kotbahnya, Monsinyur menyadari bahwa dirinya berada di depan orang-orang penting. Banyak imam dan calon imam yang dijumpai ikut dalam acara ini. Berbeda halnya dengan di pedalaman, yang sangat jarang ditemui tenaga pastoral.

Menurutnya, usia 40 tahun merupakan usia yang cukup lama bagi lembaga ini untuk menjaring calon pewarta. Sekitar 500 imam sudah dihasilkan dari lembaga ini. “Saya percaya bahwa para alumni yang bukan imam pun tidak menjadi gelisah. Mereka pasti sangat senang pernah dididik di tempat ini. Anda telah tertangkap dalam lembaga ini. Anda juga mengalami perubahan dan perkembangan. Tentunya hal ini sangat berguna bagi Anda” ucap Mgr. Harjo.

Menurutnya, penjala manusia bertugas untuk membawa orang lain untuk bisa sampai kepada Kristus. Dalam Kitab Suci disebutkan, para murid bukan hanya menjadi penjala ikan tetapi akhirnya diutus oleh Yesus menjadi penjala manusia. “Orang diminta untuk mengarahkan orang lain sampai kepada Kristus dan menanamkan panggilan surgawi,” katanya. Lebih lanjut lagi, kita diajak untuk masuk pada kedalaman hidup. Itulah yang utama dan bukan malah berada dalam ambang kedangkalan hidup.

“Di zaman sekarang orang ditantang hidupnya. Ketika menyaksikan tayangan TV, akan kita lihat tayangan-tayangan yang superfisial. Orang tertarik hanya pada yang fisik, menyenangkan hati dan sesaat saja. Itulah realitasnya. Orang lebih mementingkan ekonomi, status kedudukan, prestise. Orang akan menjadi bangga kalau dirinya terkenal, namanya tersohor dan menjadi orang hebat. Padahal yang dituju manusia sebenarnya bukan itu. Orang diajak untuk masuk dalam kedalaman hidup. Yang pokok adalah kita menghidupi kedalaman itu dan tidak terseret dalam kedangkalan hidup,” pesannya.

Sebagai calon pewarta, harapannya orang-orang yang berada dalam lembaga ini semakin siap menjalankan tugasnya. Harapannya para mahasiswa semakin bertumbuh dan berkembang. Lebih lanjut, Mgr. Harjo menambahkan bahwa di zaman sekarang diperlukan kesaksian hidup kita semua. Kesaksian adalah sarana untuk semakin meyakinkan orang yang akan kita bahwa untuk sampai kepada Kristus.

Misa syukur ini berjalan semakin meriah berkat suara emas paduan suara mahasiswa-i STFT Widya Sasana. Mereka yang tergabung dalam “Widya Sasana Choir” adalah orang-orang pilihan. “Mereka bukan hanya memiliki suara-suara yang bagus, tapi lebih dari itu yakni kemauan untuk terus berlatih dan melayani. Percuma saja kalau mereka mau bergabung tetapi tidak memiliki komitmen untuk setia berlatih. Para calon anggota yang seperti ini biasanya tidak kami terima,” ucap Fr. A. Puri Anggoro (Keuskupan Surabaya), salah satu anggota tim penyeleksi paduan suara.

Tarian perarakan masuk dan persembahan juga semakin memeriahkan perayaan ekaristi siang ini. Nuansa yang diangkat adalah dari Bali dan Flores. Petugas pembawa persembahan berasal dari beberapa tarekat frater yang mengenyam pendidikan di STFT.

Sebelum berkat penutup, Rm. Armada mengucapkan banyak terima kasih atas kehadiran para tamu undangan dan kesuksesan kerja semua pihak dalam acara ini. Selanjutnya, Rm. Armada berharap para mahasiswa semakin bersemangat karena dicintai oleh para Uskup. Kehadiran mereka disini merupakan salah satu bukti cinta kepada lembaga ini. “Kamu diajari bersyukur oleh para pendidik kami. Usia 40 tahun adalah salah satu langkah kami untuk terus berkembang. Sudah muncul 4 generasi dalam pendidikan calon imam di lembaga ini,” kata Rm. Armada (juga alumni STFT-WS) yang sekarang menjabat Ketua STFT-WS.

Rm. Kutschruiter O.Carm (salah satu generasi dosen awal) juga diberi kesempatan menyampaikan kesan-kesan. Romo misionaris ini sangat senang karena diberi kesempatan untuk memberikan sesuatu pada saat misa ini. Baginya, STFT-WS adalah harapan Gereja dan bangsa. “Dengan jumlah dosen yang tidak banyak, dulunya, kami memberanikan untuk mendirikan Seminari Tinggi Bersama (diawali tahun 1970). Inilah zaman perintis. Seiring berjalannya waktu, bukan hanya dari Karmel dan CM yang mengirimkan calonnya, tetapi juga dari rumah studi lain. Partisipasi semakin meningkat,” kata Rm. Kutsch, demikian sapaan akrab beliau.

Kemeriahan Bersama
Usai misa, acara dilanjutkan dengan beberapa penampilan dari mahasiswa. Ada beberapa tampilan antara lain: musikalisasi puisi, drama, nyanyian dan beberapa tampilan lain. Mereka yang tampil adalah perwakilan dari beberapa rumah studi. Acara usai sekitar pukul 14.30 WIB.

Perayaan syukur ini bukan hanya dilaksanakan dalam dua hari ini. Beberapa kegiatan yang juga dilaksanakan dalam rangka Dies Natalis ke-40 ini: donor darah, diskusi ilmiah (Dialog “interfaith” dengan delegasi Islam-Kristen Lebanon), perlombaan OR bersama.
DHANI DRIANTORO

Rabu, 01 Juni 2011

PANCASILA


DASAR NEGARA KITA

Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia yang kita peringati pada hari 1 Juni sebagai hari lahirnya Pancasila. Nama ini terdiri dari dua kata dari Sansekerta: pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.

Lima sendi utama penyusun Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dan tercantum pada paragraf ke-4 Preambule (Pembukaan) Undang-undang Dasar 1945.

Dalam upaya merumuskan Pancasila sebagai dasar negara yang resmi, terdapat usulan-usulan pribadi yang dikemukakan dalam Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia yaitu Muhammad Yamin dan Sukarno.

Sukarno mengemukakan dasar-dasar sebagai berikut: Kebangsaan; Internasionalisme; Mufakat, dasar perwakilan, dasar permusyawaratan; Kesejahteraan; Ketuhanan. Nama Pancasila itu diucapkan oleh Soekarno dalam pidatonya pada tanggal 1 Juni itu, katanya: Sekarang banyaknya prinsip: kebangsaan, internasionalisme, mufakat, kesejahteraan, dan ketuhanan, lima bilangannya.

Namanya bukan Panca Dharma, tetapi saya namakan ini dengan petunjuk seorang teman kita ahli bahasa - namanya ialah Pancasila. Sila artinya azas atau dasar, dan diatas kelima dasar itulah kita mendirikan negara Indonesia, kekal dan abadi. (smbr:wikipedia.org)

SEJARAH SINGKAT


STFT WIDYA SASANA MALANG

Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Widya Sasana (STFT-WS) dilahirkan pada tanggal 1 Maret 1971 dari penyatuan Seminari Tinggi Karmel Regina Apostolorum, Batu-Malang, dengan Seminari Tinggi Lazaris (CM), Kediri. Proses kelahiran ini diawali dengan pendirian sebuah Yayasan oleh Pimpinan Ordo Karmel propinsi Indonesia dan Pimpinan Kongregasi Misi propinsi Indonesia. Demikian sketsa sejarah STFT-WS:

1 Maret 1971 STFT-WS lahir dari penyatuan SEMINARI TINGGI KARMEL, Regina Apostolorum, Batu, Malang dengan SEMINARI TINGGI KONGREGASI MISI (CM), Santo Yosef, Kediri. STFT-WS lahir pertama-tama dari buah kerjasama penuh pengorbanan dua tarekat O.Carm dan CM.

Tahun 1980-an, Serikat Sabda Allah (SVD) bergabung dengan Yayasan Widya Sasana. Tetapi yang kuliah di STFT-WS, lantas tidak hanya CM, O.Carm, SVD melainkan juga Pr, CDD, CP, beberapa tarekat dari para suster, dan awam. Ada sebelas (11) keuskupan yang mengirim para calon pastornya ke STFT-WS. Di tahun-tahun berikutnya juga SMM, dan beberapa tarekat religius lain.

1983 semula kampus berada di Jalan Talang 5, lantas pindah ke kampus baru di Jalan Terusan Rajabasa 2, Malang. Kampus yang lama menyatu dengan sekolahan Dempo. Yang baru berada di tempat yang lebih tenang, jauh dari keramaian kota.

1986 status “Terdaftar” untuk jurusan Filsafat Agama, Pro¬gram Studi Filsafat Agama Kristen. Status diiperbarui dengan SK Mendikbud No. 0477/0/1986, tg1.16 Juli 1986 untuk jenjang program Sarjana Strata Satu (S-l). Program studi: Filsafat Agama Kristen.

1993 Peningkatan ke status “Diakui” untuk jenjang program S-1 diperoleh STFT-WS berdasarkan SK Dirjen Dikti tertanggal 16Agustus 1993 No. 498/DIKTUKep/1993. Program studi: Filsafat Agama Kristen.

1998 STFT-WS dinilai “Terakreditasi” dengan nilai Akreditasi C (cukup) yang ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Badan Akreditasi Nasional - Perguruan Tinggi No. 002/BAN-PT/Ak - IUXIU 1998 tertangga122 Desember 1998.

2005 STFT Widya Sasana mendapat kualifikasi nilai maksimal “A” (skor 380) berdasarkan surat keputusan Ban PT tertanggal 7 Juli 2005, Nomor 010/BAN-PT/Ak-IX/S1/VII/2005.

2007 STFT Widya Sasana mendapat ijin penyelenggaraan pembukaan program Magister Filsafat dengan dua konsentrasi: Filsafat Teologis dan Filsafat Sistematis. SK Diknas, Dirjen Dikti No. 4018/D/T/2007.
[Sumber: www.stftws.org]

Selasa, 31 Mei 2011

PMKRI Cabang Surabaya


Lantik Pengurus Baru

Masa kepengurusan Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Santo Lucas Cabang Surabaya periode 2010-2011 berakhir pada hari Sabtu lalu (14/5). Sejak hari itulah PMKRI melantik pengurus baru periode 2011-2012. Pelantikan tersebut diadakan di Aula Wisma Pastoran Hati Kudus Yesus Surabaya.

Nurita Yuliati terpilih sebagai ketua dalam kepengurusan baru. Ita, panggilan akrab dari Nurita Yuliati, dipilih oleh anggota PMKRI cabang Surabaya pada tanggal 18 Maret 2011. Dalam pemilihan tersebut, Ita mengalahkan Ignas Tungga dan Juventia Gratia. Walaupun kalah, Ignas Tungga dan Juventia Gratia tetap duduk di kepengurusan baru sebagai Sekretaris Jenderal dan koordinator Presidium Pendidikan.

Pelantikan pengurus baru dan penonaktifan pengurus lama dilakukan oleh ketua Presidium Pusat PMKRI periode 2009-2011 Stefanus Asat Gusma. Pelantikan pengurus tersebut disaksikan langsung oleh Wakil Walikota Surabaya Bambang Dwi Hartono, Vikjen Keuskupan Surabaya Romo Agustinus Tri Budi Utomo, PMKRI Komda 3, PMKRI cabang Madiun, Denpasar, dan Semarang.

Ketua PMKRI cabang Surabaya periode 2010-2011 Aloisius Angang mengaku tidak mudah membangun kembali gelora PMKRI yang telah memudar. “Tapi bersama pengurus lainnya saya berjuang semaksimal mungkin untuk menjadikan PMKRI menjadi lebih maju walaupun masih banyak kekurangan yang dialami” kata Luis, panggilan dari Aloisius Angang.

Sebagai ketua baru, Ita ingin menjadikan kader-kader PMKRI yang berkualitas, bermutu, berbhineka tunggal Ika, mandiri, dan berwirausaha. Untuk menjadikan kader-kader PMKRI yang berkulitas, Ita mengatakan akan mengadakan pelatihan-pelatihan dan merekrut anggota PMKRI yang baru di kampus-kampus.

Perempuan kelahiran Surabaya 17 Juli 1990 ini mengatakan, program yang direncanakan tidak hanya bergerak di bidang politik dan sosial saja melainkan di bidang olahraga, musik, dan kewirausahaan. Ita juga berusaha mengubah citra PMKRI yang selama ini dikatakan sebagai organisasi yang dihuni oleh orang-orang Indonesia bagian Timur. Selain itu, program kaderisasi yang merupakan program lanjutan dari pengurus lama tetap dijalankan terus oleh Ita.

“Diharapkan program kaderisasi tidak berhenti di tengah jalan. Kalaupun berhenti, bidang yang ada di kepengurusan PMKRI akan menerima sanksi dari formatur” tegasnya. Ita akan mengadakan lagi Latihan Kepemimpinan Kader (LKK) yang selama ini tidak diadakan lagi di Surabaya. “Kurang lebih sejak tahun 2007 pelatihan LKK tidak ada” ujar mahasiswi Universitas Katolik Darma Cendika Surabaya itu ketika ditemui sebelum acara pelantikan dimulai.

Pelatihan pengembangan pribadi menjadi pribadi yang bermutu dan intelektual, cara berkomunikasi di depan umum juga akan dikerjakan dalam kepengurusan PMKRI yang baru. Mahasiswi jurusan teknik industri angkatan 2008 ini menargetkan, setiap pengurus dan DPC mampu memberikan materi yang lebih dan diskusi, mampu berbicara di depan umum, mampu menyampaikan tujuan yang jelas, dan minimal membentuk dua komisariat di kampus.

Kepengurusan PMKRI yang baru juga menjalin kerjasama dengan organisasi masyarakat Katolik seperti Pemuda Katolik, WKRI, FMKI, ISKA. “Rencananya akan ada sharing antar anggota dan pengurus ormas Katolik tersebut untuk mengadakan program bersama-sama” jelas Ita.

Dalam sambutannya, Wakil Walikota Surabaya Bambang D.H. mengatakan, kader-kader PMKRI yang masih mahasiswa agar menjadi mahasiswa yang intelektual. Selain intelektual, kader PMKRI harus mempunyai perilaku yang baik di mata masyarakat. “Boleh berunjuk rasa tapi jangan membuat kerusuhan” tegasnya.

Bambang D.H. mengharapkan PMKRI menjadi organisasi masyarakat berbhineka Tunggal Ika. “PMKRI harus bisa menjembatani masyarakat lintas agama, budaya, etnis” harapnya. Jangan ada kesenjangan sosial dan ketidakadilan di masyarakat lagi. Itulah yang harus disuarakan oleh PMKRI.

“Jangan minder jadi minoritas, harus ada gerakan perubahan yang berguna bagi bangsa dan negara, adakan kerjasama dengan ormas-ormas lainnya, harus punya tujuan yang jelas, target-target yang rasional” kata orang nomor dua di pemerintah kota Surabaya itu.

Vikjen Keuskupan Surabaya Romo Agustinus Tri Budi Utomo mengharapkan, kader-kader PMKRI harus semangat dan tidak putus asa dalam menjalankan tugasnya walaupun selama ini sempat cooling down. Seorang kader pemimpin bukan ditentukan oleh keadaan tapi ditentukan oleh visi, impian ke depan.

Romo Didik, panggilan dari Romo Agustinus Tri Budi Utomo, menekankan kepada PMKRI untuk memperhatikan jiwa masyarakat terhadap NKRI yang semakin merosot, kurangnya kesadaran dalam Bhinneka Tunggal Ika.

“Kader PMKRI harus mempelajari dan hafal segala prioritas program Arah Dasar Keuskupan Surabaya terutama kaum muda dan kerasulan awam. Jika tidak, bagaimana bisa menyuarakan motto Pro Ecclesia Et Patria dimana PMKRI mendukung gereja dan masyarakat” ujar Romo Didik ketika menyampaikan sambutan dalam acara pelantikan.

Untuk menyukseskan program ardas, PMKRI dapat bekerjasama dengan komisi kepemudaan, komisi Kerasulan Awam. “Di Komisi kerasulan awam, PMKRI diminta untuk mensosialisasikan Ajaran Sosial Gereja (ASG), terlibat dalam pergantian tokoh-tokoh politik dan pemerintah yang beragama Katolik agar mempunyai arah yang jelas” tambahnya.

Selama ini PMKRI juga kebingungan dimana organisasinya berpijak di dalam hirarki gereja. Romo Agustinus Tri Budi Utomo menjelaskan, secara organisasi kader Katolik, PMKRI berada di bawah naungan Komisi Kerasulan Awam. Dalam pendampingan rohani, PMKRI ada di bawah Pastoral Pelayanan Mahasiswa.

Harapan dari Romo Didik, kader PMKRI harus menjadi pribadi yang berkompeten, bermutu dan religius. Selain itu, jadilah mahasiswa yang tidak meninggalkan ataupun melupakan studi saat aktif berorganisasi. “Boleh ikut organisasi boleh tapi ingatlah akan studi. Lulus tepat waktu dan meraih prestasi” jelasnya. (chard)

Hari Minggu Panggilan 2011


Panggilan itu Unik dan Mulia

Mendengar dan membaca kata panggilan itu unik. Keunikan di sini berkaitan dengan pilihan seseorang dalam menjalani hidup. Terutama panggilan untuk menjadi biarawan dan biarawati. Dan, tergolong dalam panggilan khusus. Saat ini, gereja lokal sangatlah membutuhkan biarawan biarawati. Mengapa demikian? Dikarenakan gereja lokal saat ini telah berkembang sampai 41 paroki di keuskupan kita. Namun kuota untuk gembala sangatlah minim.

Hal ini menjadi keprihatinan Gereja. Gereja sangatlah khawatir akan iman umatNya. Bila gembalaNya sedikit. Bahkan kalau kita mendengar dan melihat berapa Orang Muda Katolik yang berkeinginan masuk ke sekolah pendidikan para biarawan biarawati. Tahun demi tahun, Orang Muda Katolik yang masuk ke seminar tidak bertambah banyak jumlahnya. Umat diajak untuk memikirkan duka, kecemasan, dan harapan ini bahwa Gereja membutuhkan orang-orang yang mau, mampu, dan boleh mengabdikan dirinya kepada Gereja. Menjadi biarawan biarawati dan pilihan ini bagian panggilan khusus di mata hati Gereja.

Dan, sangatlah pas yang dikatakan di Kitab Suci bahwa tuai memang banyak, tetapi pekerjanya sedikit. Kalimat ini menjadi salah satu sorotan tersendiri bagi Bapa Paus Benediktus XVI di hari panggilan ke-48 se dunia.

Hari panggilan ke-48, kita peringati pada Masa Paskah, Minggu ke-4, Minggu lalu (15/5). Di Minggu panggilan, Bapa Paus menekankan pada kebutuhan Gereja Lokal dan menjadikan tema, yakni “Mendorong panggilan dalam Gereja Lokal”. Tujuh puluh tahun yang lalu, Venerabilis Paus Pius XII mendirikan sebuah Serikat Kepausan untuk Panggilan Imam. Serikat-serikat serupa, yang dipimpin oleh para imam dan anggota-anggotanya adalah kaum awam, secara berturut-turut didirikan oleh para uskup di banyak keuskupan, sebagai suatu tanggapan atas panggilan.

Panggilan biarawan biarawati pertama-tama dan terutama adalah buah dari kontak yang terus menerus dengan Allah yang hidup. Karena semakin cinta kepada umatNya. Dan, umatNya mau dan merelakan anaknya untuk dipanggilan Tuhan menjadi biarawan biarawati.

Namun, panggilan yang satu ini. Janganlah menjadi paksaan oleh siapa pun. Karena panggilan ini merupakan bagian dari keterikatan antara pribadi yang mau berserah diri kepadaNya. Untuk menjadi pelayanan domba-dombaNya.

Seperti yang dikatakan Tuhan di kitab suci bahwa pilihanmu sungguh mulia. Karena kalian, Orang Muda Katolik mau bersimpu kepadaNya menjadi pejala manusia. “Mari, ikutilah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia” (Mat.4:19).

Ayat ini merupakan suatu “tanda” yang menunjukkan kasih-Nya kepada manusia dan anugerah belas kasih Bapa. Melalui Sabda dan cara hidup-Nya, Ia mempersiapkan mereka untuk melaksanakan karya keselamatan-Nya.

Ini merupakan undangan teristimewa dari Tuhan bagi Orang Muda Katolik untuk diajak mengikuti Dia. Untuk itu dibutuhkan suatu tempat pembinaan yang tepat bagi semua orang yang ingin mempersiapkan diri untuk pelayanan imamat dan hidup bakti (religius atau biarawan-biarawati) di bawah bimbingan para pejabat Gereja yang kompeten.

Maka setiap umat Kristiani, setiap anggota Gereja, secara sadar harus merasa bertanggung-jawab demi memajukan panggilan. Sangatlah penting untuk mendorong dan mendukung mereka yang telah menunjukkan tanda-tanda yang jelas atas panggilan imamat dan hidup bakti dan membantu mereka merasakan kehangatan seluruh jemaat sehingga mereka mampu menjawab “ya” kepada Allah dan kepada Gereja.

Dan, sangatlah pas sekali di tahun 2011 ini, keuskupan kita mempunyai tahun anak dan katekese. Di tahun anak ini, keluarga ditekan untuk menumbuhkembangkan iman, kasih, dan harapan akan benih panggilan biarawan biarawati. Dengan mendampingi anak-anaknya untuk pergi bersama ke gereja. Apalagi mendaftarkan anaknya menjadi anggota misdinar. Dari situ benih-benih panggilan akan semakin tumbuh sering kemauan anaknya.

Tidak hanya mengajak pada kegiatan menggereja, tetapi di tahun katekese ini keluarga juga perlu mempastorali diri dengan berdoa dan membaca kitab suci bersama. Kemudian setiap ayat diulas sedikit sebagai bahan refleksi.

Sehingga Gereja menjadi semakin peka dan perhatian terhadap reksa pastoral panggilan, khususnya dalam membantu anak-anak dan kaum muda di setiap keluarga menumbuhkan suatu persahabatan yang sejati dan penuh kasih kepada Tuhan, mengolahnya dalam doa-doa pribadi maupun liturgis (bersama); tumbuh dalam keakraban dengan Kitab Suci dan karenanya mendengarkan Firman Tuhan dengan penuh perhatian dan menghasilkan buah yang melimpah; memahami bahwa masuk ke dalam kehendak Allah itu tidaklah menghancurkan diri pribadi, melainkan sebaliknya justru menghantar seseorang mencapai pada penemuan kebenaran yang terdalam tentang diri sendiri.

Dan, akhirnya mampu membangun relasi dengan orang lain secara jujur dan penuh rasa persaudaraan, karena hal itu terjadi bila kita mau terbuka terhadap kasih Allah hingga kita mampu menemukan kegembiraan yang sejati dan meraih cita-cita kita.

Bahkan di keuskupan kita, sekarang membangun seminar tinggi PROVIDENTIA DEI. Dengan adannya seminar tinggi ini, umat kristiani diajak untuk semakin menghidupi Gereja sebagai anggota tubuhnya yang penuh keberanian, melalui perhatian terhadap keprihatinan akan panggilan, untuk menunjukkan cara mengikuti Kristus yang menantang ini, karena maknanya sungguh kaya dan melibatkan seluruh hidup seseorang.

Untuk menanggapi tantangan ini, saatnya calon para gembala berbaur bersama Orang Muda Katolik yang lainnya. Karena ini bagian dari proses panggilan dan kedewasaannya mengikuti Tuhan menjadi penjala manusia. (sep.) ILUSTRASI :image.google.com

SNMPTN 2011


Hindari Joki

Tim panitia SNMPTN 2011, sejak Senin sore (30/5) telah mempersiapkan tempat ujian bagi anak-anak SMA dan SMK baik swasta maupun negeri. Seperti pantauan bloggers di Institut Tekoloni Adhi Tama Surabaya, gedung G dan H telah tertata kursi dengan rapi dan di depan pintu terdapat nomer ujian berdasarkan programnya. SNMPTN merupakan jalur ujian tertulis dan keterampilan. Didahului dengan pembayaran dan pendaftaran SNMPTN 2011 jalur ujian tertulis dan keterampilan dilaksanakan pada tanggal 2-5 Mei 2011.

Para calon mahasiswa negeri yang menggunakan PIN tersebut untuk mendaftar berasal dari tiga kelompok program studi. Seperti IPA , IPS, dan IPC. IPC adalah peserta yang memilih kelompk IPA dan IPS.

Untuk pelaksanaannya, ujian tertulis dilaksanakan Selasa, 31 Mei dan Rabu, 1 Juni 2011. Dilaksanakan secara serentak di seluruh Indonesia yang akan dikoordinasi melalui 39 panitia lokal, menggunakan ruang ujian sebanyak 22.660 kelas dan melibatkan sedikitnya 45.320 pengawas ujian.

Mengenai daya tampungnya, secara nasional SNMPTN 2011 jalur ujian tertulis dan keterampilan akan menampung 110.149 peserta di 60 perguruan tinggi negeri (PTN) dan akan diumumkan pada 30 Juni 2011.

Untuk menghindari perjokian, panitia membedakan per angkatan. Seperti angkatan tahun 2009 disendiri melalui ruang tersendiri. Sehingga pantauan efisien dan kemungkinan besar sistem joki tidak akan terjagi. (sep)

5 TAHUN LUMPUR LAPINDO





FAM UNAIR GELAR TEATERIKAL EMPATI

Para mahasiswa yang tergabung dalam Forum Advokasi Mahasiswa (FAM) Universitas Airlangga menggelar aksi teaterikal empati di depan Gubernur Suryo, Minggu lalu (29/05) bertepatan dengan 5 tahun lumpur Lapindo. Teaterikal ini dikemaskan dalam performance art dengan melumuri tubuh mereka dengan lumpur yang sudah 5 tahun ini dirasakan oleh warga Porong dan sekitarnya.

Salah satu mahasiswa juga berorasi mengingatkan kembali penderitaan rakyat selama 5 tahun ini. Mereka terombang-ambing dan hidup dalam ketidakpastian karena ulah ABURIZAL BAKRIE dengan menginjak-injak warga korban lumpur panas Lapindo.

Ini adalah teatrikal yang menggambarkan warga Porong dan sekitarnya yang diinjak-injak oleh BAKRIE pemilik PT Minarak Lapindo Jaya karena proses ganti rugi tidak segera diselesaikan. Bahkan, korban terus bertambah.

Tidak hanya itu, dampak dari Lumpur Lapindo ini sejumlah warga Porong dan sekitarnya menderita penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA). Hal ini dibenarkan oleh aktivis lingkungan hidup, yakni Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Jawa Timur. Bahkan WALHI mengadakan pemeriksaan gratis. Untuk penyakit infeksi ini dan tahun demi tahun tidak semakin sedikit. Malahan semakin banyak jumlahnya.

“Jumlah penderita penyakit ISPA di Kecamatan Porong dan sekitarnya apabila dihitung sejak 2008 hingga 2010 bisa mencapai ratusan ribu orang.”

Bahkan saat ini, pihak Lumpur Lapindo berencana mengadakan pengeboran di Sidoarjo. Namun pemerintah provinsi bersikap tegas menolak pengeboran di daerah tersebut. Tapi apa boleh buat, kalau pemerintah pusat mengizinkan pengeboran. Pemerintah provinsi tidak bisa berbuat apa-apa. Dan, menjadi dilema bagi kami. (sep)

Foto : suarasubaya.net dan grafer sep.

Senin, 30 Mei 2011

5 Tahun Lumpur LAPINDO

FAM UNAIR GELAR AKSI TEATERIKAL KORBAN LAPINDO

Para mahasiswa yang tergabung dalam Forum Advokasi Mahasiswa (FAM) Universitas Airlangga menggelar aksi teaterikal di depan patung Gubernur Suro, Minggu (29/05) bertepatan dengan 5 tahun lumpur LAPINDO. Aksi ini bagian dari kepekaan dan kepdulian terhadap warga lumpur LAPINDO. Di aksi teaterikal ini, mereka melumuri tubuhnya dengan lumpur yang sudah 5 tahun ini dirasakan oleh warga Porong dan sekitarnya.

Penderitaan ini akibat dari perbuatan yang tidak adil karena ABURIZAL BAKRIE yang mementingkan keuntungan belaka. Tampak melihat dampak terhadap warga sekitar. Bahkan saat ini udara di sekitar Porong telah bercampur gas-gas beracun dari semburan Lumpur LAPINDO.

Dan, diberitakan di televisi swasta bahwa meningkatnya jumlah orang yang menderita pernafasan akut (ISPA) di Porong. Hal ini juga diungkapkan oleh Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI). Tidak hanya itu, pihak LAPINDO berencana akan mengadakan pengeboran kembali di Sidoarjo. Pengeboran ini tidak disetujui oleh pemerintah provinsi Jawa Timur, tetapi tidak tahu lagi kalau pemerintah pusat mengizinkan pelaksanaan tersebut. (sep)

Sabtu, 28 Mei 2011

Fakultas Kedokteran UKWM Surabaya Diresmikan


Maknai Profesi Dokter, Pengabdi Masyarakat

“Mgr Vincentius Sutikno Wisaksono mengharapkan mahasiswa yang akan menempuh pendidikan di fakultas kedokteran UKWS bukan sekedar gagah-gagahan saja, tetapi menjadi sesuatu yang berguna, menyumbangkan tenaga dan pikiran bagi masyarakat. Lulusan dokter dari Fakultas Kedokteran UKWMS dapat menjadi dokter yang berarti bagi pelayanan masyarakat, memberikan referensi kepada masyarakat, dan sungguh-sungguh berbakti dalam melayani masyarakat”.

Berdasarkan Surat Keputusan (SK) Menteri Pendidikan Nasional Nomor 49/E/O/2011 tertanggal 23 Maret 2011. Fakultas Kedokteran UKWMS baru diresmikan di Le Ballroom Pakuwon City pada hari Minggu lalu (1/5).

Sebelum diresmikan terlebih dahulu diawali dengan perayaan ekaristi peletakan batu pertama bangunan kampus UKWMS baru oleh Mgr. Vincentius Sutikno Wisaksono. Bangunan kampus UKWMS yang baru berdampingan dengan Seminari Tinggi Providentia Dei Surabaya ini berlokasi di Pakuwon City. Dengan dilengkapi sarana dan prasarana pembelajaran. Direncanakan bangunan akan selesai dibangun pada tahun 2012.

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya Prof. W.F. Maramis, dr., Sp.KJ (K) menuturkan nilai jual fakultas ini proses pembelajaran dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Untuk pendidikan kedokteran dasar yang berlaku secara nasional ditambah dengan muatan khusus geriatrik (ilmu kedokteran-orang usia lanjut).

“Adanya muatan khusus geriatrik ini karena di Indonesia pertumbuhan usia lanjut bukannya semakin berkurang seperti piramida tetapi malah semakin banyak”, tutur Prof. Maramis.

Nantinya para calon mahasiswa Fakultas Kedokteran juga dibekali praktek di skill lab, simulasi cara merawat pasien, dan menyuntik pasien. Tak hanya hard skill yang diberikan kepada mahasiswa. Mahasiswa juga mendapatkan soft skill, baik interpersonal maupun intrapersonal.

Soft skill mahasiswa diasah dengan mengumpulkan 100 poin kegiatan Program Kegiatan Kemahasiswaan (PK2) dan 20 poin untuk diskusi-diskusi, seminar-seminar yang diadakan di kampus. Selain itu, Fakultas Kedokteran berorientasi pada kesehatan keluarga dan etika kedokteran.

Program-program yang ingin dikerjakan oleh Dekan Fakultas Kedokteran membentuk tiga paradigma baru. Diantaranya paradigma proses belajar mengajar, paradigma hubungan pasien dengan dokter, dan hubungan mahasiswa dengan dosen. “Saya ingin mengubah paradigma lama dimana dosen yang aktif dalam proses perkuliahan menjadi paradigma baru dimana mahasiswa yang harus lebih aktif daripada dosennya. Lulusan mahasiswa kedokteran nantinya juga ditumbuhkembangkan pendidikan karakter yang melayani dengan kasih kepada pasien, memiliki kepribadian yang baik, peka, dan peduli dengan sesama” tutur Prof. Maramis.

Prof. Maramis menambahkan bagi calon mahasiswa yang kurang mampu ingin kuliah di Fakultas Kedokteran, pihak kampus memberikan beasiswa dengan kreteria memiliki nilai yang baik. Ada beasiswa setiap semester jika mahasiswa yang telah kuliah di Fakultas Kedokteran memiliki IPK yang baik, anak dari staf non kependidikan dan kependidikan UKWMS yang akan kuliah di Fakultas Kedokteran juga akan mendapat keringanan biaya.

Sisi Lain
Rektor UKWMS Prof. Dr. J.S. Ami Soewandi menjelaskan bagi staf kependidikan akan diadakan pembinaan-pembinaan untuk mengasah kemampuan mengajar maupun ilmu kedokteran. Pembinaan yang dilakukan tergantung kebutuhan. Bisa dalam jangka waktu satu tahun diadakan 2 kali pembinaan.
Nantinya, ada sekitar 30 dosen yang mengajar di Fakultas Kedokteran. Dosen-dosen yang mengajar sudah lulus pendidikan S2. Namun, beberapa diantaranya masih ada dokter muda yang saat ini lagi menempuh pendidikan S2, jelas Rektor UKWMS.

Sejarah Singkat
Dalam acara launching Fakultas Kedokteran UKWMS, ketua Yayasan Widya Mandala Surabaya Prof. V. Henky Supit, SE., Ak. memaparkan perjalanan didirikannya Fakultas Kedokteran UKWMS sudah ada sejak tahun 1983. Ketika itu, para ahli dokter spesialis menghadap kepada yayasan untuk mendirikan Fakultas Kedokteran. Namun, karena kondisi berbagai macam hal pihak yayasan menolaknya.

Tanggal 21 Mei 2006, Yayasan Widya Mandala Surabaya mengadakan pertemuan dengan para dokter, jumlahnya 35 orang. Dengan dihadiri Administrator Diosesan Keuskupan Surabaya Alm. Romo Julius Haryanto, CM di rumah makan yang terkenal di Surabaya.

Pada waktu itu, Alm. Romo Haryanto, CM bertanya lagi kepada dokter-dokter yang hadir, “Apakah dokter masih mempunyai semangat yang ada pada tahun 1983? Untuk mendirikan fakultas kedokteran”, ujar Henky menirukan ucapan dari Romo Haryanto CM.

Setelah mendengar pertanyaan itu, Dokter-dokter yang hadir langsung menyatakan kesanggupannya untuk mendirikan fakultas kedokteran. Pada malam itu juga dibentuk panitia tujuh yang diketuai oleh Prof. Dr. W.F. Maramis, dr., Sp.KJ(K).

Setelah dibentuk, yayasan mengadakan rapat bersama panitia dengan Uskup Surabaya di Keuskupan Surabaya tanggal 23 Mei 2006. Saat itu juga yayasan menetapkan SK panitia pendirian Fakultas Kedokteran UKWMS. Namun pada saat itu banyaknya rintangan yang dihadapi, proposal pendirian Fakultas Kedokteran baru selesai pada tahun 2008.

Tanggal 16 April 2008, proposal itu diberikan kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional. Setelah dikoreksi, proposal dikembalikan untuk direvisi. Setahun kemudian, proposal dikembalikan ke dirjen Dikti setelah direvisi. Kemudian pada tanggal 22 dan 23 November 2009 datanglah tim KKI. Untuk mengadakan kunjungan yang pertama. Pada bulan Juli 2010, KKI mengadakan kunjungan kedua. Tanggal 23 Maret 2011 program studi pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran disetujui oleh Kementerian Pendidikan Nasional.

Dan, tanpa menunggu lama lagi pendaftaran mahasiswa baru Fakultas Kedokteran baru pun dibuka pada hari Senin (2/5) hingga akhir bulan Mei 2011. Pengumuman penerimaan mahasiswa baru, Kamis (7/7). Perkuliahan dimulai pada tanggal 9 Agustus 2011. (sep)