Kamis, 19 Juli 2012

Bermain dan Berdoa



Foto dibidik oleh Asep, Minggu lalu (8/7/12) 
Pesta Nama Pelindung Gereja Ratu Pencinta Damai, Pogot-Surabaya.

Selancar Angin 2012





Atlet selancar angin dari Jawa Timur ini sedang mencari arah mata angin.
Untuk berlatih sparing di Pantai Ria Kenjeran, Minggu lalu (15/7/2012).
Target mereka membawa pulang tiga (3) emas di PON XVIII 2012, Riau. (asep)


Senin, 16 Juli 2012

PON 2012



Minggu lalu (15/7/12) tepatnya di Pantai Ria Kenjeran, tampak atlet Selancar Angin sedang sparing pukul 12.00 WIB. Pada saat sparing di pantai Kenjeran terdiri 8 atlet. Nantinya cabang Selancar Angin ini mengeluarkan 6 anggota dan menargetkan 3 emas di PON XVIII yang akan diselenggarakan di Riau.

Pada tanggal 9 September 2011 Pemerintah Provinsi Riau Meresmikan Tugu Hitung Mundur atau Tugu Countdown Timer PON XVIII. 

Acara Pembukaan Pekan Olahraga Nasional XVIII sendiri akan dilaksanakan pada tanggal 9 September 2012. Tanggal ini dipilih karena bertepatan dengan Hari Olahraga Nasional yang biasanya diperingati pada tanggal 9 September.

Logo PON XVIII Riau 2012 adalah layar Perahu Lancang Kuning Makna Logo PON XVIII Riau, layar yang menjadi bagian utama logo terdiri dari tiga unsur warna, merupaan warna khas daerah Riau. Warna layar pada logo itu adalah Hijau, Kuning dan Merah.

Bagian bawah logo terdapat riak air yang melambang daerah Riau yang banyak terdapat sungai. Tulisan Riau 2012 dan PON XVIII memberikan informasi bahwa Riau sebagai tuan rumah penyelenggara Pekan Olah Raga Nasional XVIII.

Maskot PON XVIII Riau 2012 adalah Burung Serindit yang merupakan hewan khas daerah Provinsi Riau. Bagi orang melayu Riau, Serindit dimitoskan sebagai kebijaksanaan, keindahan, keberanian, kesetiaan, kerendahan hati maupun lambang kearifan.

Maskot PON XVIII Riau 2012 yang berupa burung serindit hijau ini mengenakan busana melayu khas Riau dengan warna kebesaran melayu berwarna kuning lengkap dan songket dipinggangnya serta memegang obor PON. (asep/diambil dari berbagai sumber)

Patung Penuh Pesona dan Anggun


Foto dibidik di Rumah Retret Bintang Kejora, Pacet - Mojokerto,
Sabtu lalu (14/7/12) oleh Asep.

Penyerahan dan Pengukuhan



Gelar Layanan Orientasi Siswa yang Unik

Setelah digelar Masa Orientasi Siswa di SMK St. Louis, jalan Tidar selama enam hari. Hari terakhir, SMK ini mengelar penyerahan dan pengukuhan, Sabtu lalu (14/7/12) di halaman sekolah. Pengukuhan ini merupakan bentuk penyerahan orang tua kepada sekolah. Orang tua mempercayakan anak-anak untuk ditumbuhkembangkan dan dididik di sekolah. Sekolah ini mempunyai motto : "Dengan Mengoptimalkan Kedisiplinan dan Keuletan Kita Wujudkan Lulusan yang Berkarakter." Motto ini juga dibarengi dengan semangat St. Vincentius melalui lima (5) keutamaannya. Salah satunya Matiraga dan rendah hati. (asep)

Cahaya Lilin


Foto ini diambil di Bintang Kejora, Pacet - Mojokerto, Sabtu lalu (14/7/21) oleh asep.

Pelantikan Ketua Lingkungan RPD Surabaya



Jadilah gembala yang selalu setia dengan domba-dombaNya. 
Foto dibidik Minggu lalu (15/7/12) dalam rangka 31 tahun Pesta Pelindung 
Ratu Pencinta Damai, Pogot-Surabaya. (asep).

Rabu, 04 Juli 2012

Ornamen Citraland Pakuwon Surabaya




Foto-foto dibidik Minggu lalu (1/7/12) oleh blogger/asep.

Konstruksi Tiang Penyangga Jembatan Suramadu Surabaya (2)



Foto dibidik Jumat lalu (29/6/12) oleh blogger/asep.

Jembatan Suramadu Surabaya (1)







Foto-foto dibidik Jumat lalu (29/6/12) oleh blogger/asep.

Pantai Kenjeran Surabaya (3)

                                                                                                              blogger/asep
Para nelayan melepas lelah setelah seharian mencari ikan 
di Pantai Kenjeran Surabaya, Jumat lalu (29/6/12).

Minggu, 01 Juli 2012

Cangkir

                                                                                   foto : asep.
Cangkir Putih dan Hijau
                                                  

Ekspresi dan Gestur Mgr. Vincentius Sutikno Wisaksono, Pr.





Selamat Lustrum I Tahbisan Uskup Surabaya
Mgr. Vincentius Sutikno Wisaksono, Pr.

Foto-foto diambil oleh asep
di Gereja Paroki Hati Kudus Yesus Surabaya.

Ekspresi dan Gestur Mgr. Vincentius Sutikno Wisaksono, Pr.






Foto-foto ini dibidik oleh asep.

Di Perayaan Lustrum I Tahbisan Uskup Surabaya
Mgr. Vincentius Sutikno Wisaksono, Pr.

Lustrum I Tahbisan Uskup Surabaya


Potong Tumpeng

5 tahun Tahbisan Uskup Surabaya atau Lustrum I, Uskup Surabaya, Mgr. Vincentius Sutikno Wisaksono bersama umat Hati Kudus Yesus dan para romo Diosesan merayakan peringatan tahbisan Uskup Surabaya dengan sederhana, Jumat lalu (29/6/12).

Perayaan diawali dengan perayaan ekaristi harian di Gereja Hati Kudus Yesus dipimpin sendiri oleh Mgr. Sutikno didampingi Romo Paroki Hati Kudus Yesus, RD. Yosef Eko Budi Susilo.

Perayaan dilanjutkan dengan ucapan syukur melalui ramah tamah di samping kanan gereja dengan dilengkapi panggung beserta spanduk bertuliskan Lustrum I Uskup Surabaya.

Di sela-sela ucapan syukur, umat diajak melihat kilas balik karya penggembalaannya selama 5 tahun berkarya menjadi Uskup Surabaya melalui pemutaran slide foto. Dokumen foto ini koleksi dari tabloid Jubileum.

Seperti yang diungkapkan Errol Jonathans yang didapuk sebagai MC, Uskup Surabaya pertama kali melayani umat di Stasi Porong pada saat musibah nasional, lumpur Lapindo.

Di kesempatan ini, Mgr. Sutikno juga mengajak umatNya untuk menghidupi arah dasar Keuskupan Surabaya dan mengajak umat yang hadir di perayaan ini. Untuk menyerukan visi dan misi Arah Dasar, “Gereja Keuskupan Surabaya sebagai Persekutuan Murid-Murid Kristus yang Semakin Dewasa dalam Iman, Guyub, Penuh Pelayanan, dan Misioner.”

Tak lama kemudian, sebagai ucapan syukur atas Lustrum I Mgr. Sutikno memotong tumpeng. Potongan tumpeng yang pertama diberikan oleh RD. Yosef Eko Budi Susilo.(asep)

Cahaya Lampu


Foto dibidik di Lustrum I Tahbisan Uskup Surabaya oleh asep.

Selamat dan Sukses
Atas Tahbisan Uskup Surabaya
Mgr. Vincentius Sutikno Wisaksono, Pr. 

Sambut 50 Tahun Pembukaan Konsili Vatikan II



Gelar Talk Show di Empire Palace, Surabaya


Antusias umat menyambut  50 Tahun Pembukaan Konsili Vatikan II cukup banyak. Sekitar ratusan umat mengikuti talk show Konsili Vatikan II. Acara ini mengusung tema : “Pembaharuan dan Penerapannya”. Acara ini diselenggarakan oleh Paroki St. Vincentius a Paulo bekerja sama dengan Yayasan Perkasih Bhakti Luhur Surabaya, Yayasan Lasaris, Yayasan Santa Loisa, dan Kongregasi Misi (CM) Indonesia.
Panitia menyelenggarakan acara ini di Empire Palace, ruang Santa Maria, Lantai UG, Minggu (1/7/12). Kali ini, acaranya mengambil tema “ Kitab Suci dan Wahyu” dengan menghadirkan narasumber dari Malang, yakni Romo Prof. DR. H. Pidyarto, O.Carm.

Romo Pidyarto memaparkan, untuk menghidupi dan menghayati firmanNya. Diperlukan kitab suci. Tetapi kitab suci bukan bagian yang pertama dalam ajaranNya. AjaranNya berawal dari Gereja. Melalui tradisi firman Allah yang diwartakan oleh para rasulNya. Sekarang diteruskan oleh uskup di seluruh dunia.

Adanya kitab suci dikarenakan tradisi para rasul dalam firman-firmanNya. Kemudian dibukukan dalam Kita suci melalui tulisan-tulisan pengarang Injil, yakni Mateus, Markus, Lukas, dan Yohanes, paparnya.

Konkritnya, di perayaan ekaristi terlebih dahulu dirayakan di Gereja dari rumah ke rumah. Menjadi bahan dan ditulis di Kitab Suci. Dalam perayaan ekaristi, kita menerima hosti. Hosti ini bukan hanya roti. Hosti bagian dari Tubuh Kristus yang selalu disimpan di tarbenakel. Tradisi ini sudah diwartakan oleh Para Rasul dan ditulis di Kitab Suci.

Dengan begitu Gereja Katolik mengenal tradisi dan berpedoman pada Kitab Suci. Sekali lagi tradisi di sini, bukan tradisi pada inskultrasi di tatanan perayaan ekaristi. Melainkan pewartaan kebenaran, dan mewartakn kebahagiaan dan cinta kasih.

Hingga Allah menciptakan manusia untuk membagikan kebahagiaan dan cinta kasih kepada sesamanya. Dan, umat boleh menafsirkan Kitab Suci dengan pendampingan romo karena apa yang ditulis di Kitab Suci belum tentu benar. Janganlah salah menafsirkan ayat demi ayat yang ada di Kitab Suci. Diperlukan pendalaman Kitab Suci supaya tidak terjadi penafsiran. Akhir-akhirnya menjadi perdebatan yang tidak tentu arahnya. Setiap bulan September selalu mencanangkan pendalaman Kitab Suci. Hingga umat memahami, menghayati, dan menghidupi arti serta isi setiap ayat Kitab Suci. (asep)