Jumat, 22 Juni 2012

Meet and Greet in Ciputra World Surabaya




NoBar Bersama Artis Film Soegija


Suasana Rotund V-Walk lantai 3 Ciputra World Surabaya tampak sepi. Sekitar pukul 16.00 WIB berubah menjadi ramai. Ratusan pengunjung memadati Rotund W-Walk untuk melihar acara Meet and Greet Press Conference Film Soegija, Senin lalu (11/6/12) yang digelar Ciputra World Surabaya bekerja sama dengan Unika Dharma Cendika, Keuskupan Surabaya, dan Puskat Studio Audio Visual di Yogyakarta. 


Acara ini menghadirkan sutradara Garin Nugroho dan para pemain film Soegija yang mengisahkan perjuangan seorang uskup pribumi pertama Albertus Soegijapranoto di Semarang, Jawa Tengah yang diangkat langsung oleh Vatikan. 


Ada Nirwan Dewanto (Mgr. Soegijapranata), Anissa Hertami (Mariyem), Butet Kartardjasa (Koster Toegimin), dan Djaduk Ferianto produser serta penata music film Soegija yang menghabiskan Rp. 12 miliar tersebut.


Acara ini semakin lengkap dengan hadirnya diantara pengunjung dan wartawan yakni Mgr. Vincentius SutiknoWisaksono, Y.I. Iswarahadi, SJ (Eksekutif Produser Film Soegija), Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf, Wakil Walikota Bambang DH, Direktur PT. Wira Jawa Timur Arif Afandi.


Pemutaran film yang mengangkat berdasarkan latar belakang kondisi bangsa Indonesia tahun 1940-1950. Dimana masing-masing tokoh pemainnya sudah melakukan riset sebelumnya. Hingga melengkapi karakter dari masing-masing peran. Karakter para artis film Soegija natural dan spontan. Tak tampak mereka sedang berperan, seolah-olah menjalani aktifitas seperti tahun tersebut.


Ini juga sekaligus bagian dari dialog dengan bangsa. Film ini merupakan inspirasi bersama mulai dari para seniman, budayawan, tokoh lintas agama yang ingin menyatukan multikultur.


Tak hanya menceritakan keuskupan seorang rohaniawan saja. Film Soegija ini mengaplikasikan nilai-nilai luhur Pancasila dan ada 12 pesan yang dimunculkan dalam rangkaian kata verbal oleh Romo Kanjeng. Sebutan Mgr. Soegijapranata. Yakni, kemanusiaan itu adalah satu, kendati berbeda bangsa, asal-usul dan ragamnya.


Soegija merupakan nama kecil dari Albertus Soegijapranata. Tokoh ini dikenal sebagian besar warganya sebagai tokoh nasionalis sejati. Ia pun banyak terlibat dalam banyak elemen mulai politik lokal, nasional dan internasional. “Untuk itu kami ingin menarik penonton sebanyak-banyaknya.”


Tampak dalam nonton bareng artis di bioskop XXI Mall Ciputra World Surabaya dipadati ratusan umat dan para romo. Sampai petugas bioskop kualahan melayani dan memeriksa tiket penonton. Satu persatu penonton memasuki gedung bioskop sambil melihat nomer tempat duduk mereka. Romo-romo dengan tenang dan sambil menikmati snack yang dibawanya duduk di bangku tengah. Siap melihat Film Soegija. 


Film Soegija mengambil setting kehidupan para era penjajahan tahun 1940 di Semarang ini dikerjakan lebih dari 200 kru, sengaja dibuat untuk memberikan inspirasi untuk masyarakat dengan melihat cerita seseorang yang memiliki rasa nasionalisme meski ia adalah seorang katolik, yakni 100% Katolik dan 100% Indonesia. Kata ini juga menjadi inspirasi bagi Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf, sapa akrabnya Gus Ipul.


Kata-kata ini tidak hanya diungkap begitu saja oleh Romo Kanjeng yang diperankan Nirwan Dewanto. Tetapi benar-benar digeluti dan dimaknai kata-kata tersebut dengan bergumul bersama masyarakat dan umat Semarang.  


Gus Ipul sendiri mengaku, film Soegija ini merupakan film garapan Garin yang paling mudah dimengerti dibanding film-film lainnya. "Dan sangat inspiratif. Ini mengispirasi umat Islam, agar 100 persen Indonesia dan 100 persen Islam," ungkap Gus Ipul.


Film ini sengaja digarap oleh Garin sebagai sumber inspirasi dan imajinasi masyarakat Indonesia. Dan, tidak ditayangkan begitu saja melainkan dengan sumber-sumber akurat melalui penggalian dan pengumpulan data sebagai referensi. Sebenarnya tidak hanya 12 pesan, tetapi masih banyak pesan yang patut dijadikan tuntunan dari buku harian Soegijapranata. 


Seperti yang diungkapkan Romo Kanjeng di adegan pengempungan oleh tentara Jepang. Kalau Gereja dan kompelk ini ditutup, penggal dulu kepala saya dulu. Ungkapan ini benar-benar diungkapkan oleh Romo Kanjeng dengan keberanian dan kebenaran. 


“Kebenaran ini sungguh-sungguh dilontarkan di hadapan tentara. Untuk membela umat dan masyarakat yang membutuhkan kepribadian atau sosok Romo Kanjeng. Kebenaran juga meneguhkan semangat hidup umatnya dalam menjalani hidupnya di situasi jaman itu.”


Dalam film berdurasi 115 menit ini diwarni sesi romantisme dari kehidupan keluarga Ling-ling dan kakak beradik Mariyem. Akhrinya kakak Mariyem, Robert meninggal dunia di tengah-tengah peperangan. Cita-citanya Mariyem terkabul menjadi perawat. Walaupun kakaknya tidak melihat profesinya. 


Bahkan adegan Mariyem sering kali muncul dalam menanggani korban dari pertempuran antara Jepang dengan Sekutu. 


Selain adegan Mariyem, adegan Romo Kanjeng yang menarik diteladani bagi romo-romo saat ini dengan mengatakan beri makan masyarakat terlebih dahului. Saya dan romo-romo belakangan, setelah masyarakat dan umatnya kenyang.  Hal ini sama yang dikatakan Yesus pada saat memberi makan umatNya dengan 5 roti dan 2 ikan sampai makan kenyang. 


“Sungguh-sungguh film yang memberikan teladan bagi kita semua dan tidak hanya menampilkan sosok Romo Kanjeng. Tetapi keterlibatan Romo Kanjeng bersama umatNya.”


Selain Soegija,beberapa tokoh nasional lainnya juga ditampilkan.Seperti Presiden Pertama RI Soekarno,Mohammad Hatta,Sutan Sjahrir, serta Jenderal Soedirman. Film Soegija juga terlihat begitu terhibur. Beberapa scene, celotehan Tugimen sosok koster dari Romo Kanjeng hingga nyanyiannya dari Endah Laras pemilik hotel Asia. Sampai membuat penonton di bioskop berhasil dibuatnya terpingkal-pingkal. Film ini memang luar biasa.Tidak sekadar tontonan,tapi juga memberi tuntunan dan teladan bagi kita semua. Diakhir cerita dipertemukannya sosok anak Ling-ling bersama mama. (asep)