Terhambat Budaya Instan
Mengapa orang muda tidak banyak aktif yang aktif di gereja dan masyarakat? Mengapa sangat sulit melakukan kaderisasi? Agustinus Hary Santoso, staf Pusat Pemberdayaan Komunitas Perkotaan (Pusdakota), menyebut pola pikir cepat yang ingin mendapat hasil instan, tanpa kerja keras. Juga ada krisis kepercayaan orang tua terhadap anak muda.
“Anggapan orang muda tidak dipercaya masih melekat dalam diri orang tua. Pola pikir orang muda dan orang tua harus diubah untuk menemukan nilai-nilai yang perlu dibangun dalam hubungan dengan orang tua maupun di setiap kegiatan yang diikuti kaum muda,” ujar Hary Santoso kepada JUBILEUM.
Mantan relawan Komisi Nasional Perlindungan Anak Indonesia ini juga melihat banyaknya pastor yang tidak bisa sejalan dengan jiwa anak muda. Belum lagi kurangnya dampingan dari hirarki, entah itu pastor atau suster. “Selama ini memang ada latihan kor untuk tugas mingguan. Di beberapa tempat memang ada anak muda yang begitu komit untuk pelayanan, tetapi di lain tempat pelayanan hanya dianggap sebagai suatu rutinitas belaka. Ini bahaya. Anak muda kehilangan spirit, kesadaran untuk membangun lingkungannya memudar.”
Lantas, apa langkah yang sebaiknya diambil oleh orang muda sendiri? Hery mengemukakakan harus ada kesadaran yang timbul dari dalam diri orang muda itu sendiri. Apa yang dapat dikembangkan untuk gereja dan masyarakat. "Itu yang harus ada dalam pikiran orang muda,” tegas relawan rehabilitasi gempa bumi di Aceh ini.
Ada banyak hal yang dapat kita lakukan untuk masyarakat, misal pengolahan limbah atau pemberdayaan petani. Dulu ada Pelatihan Sosial Vinsensian untuk melatih kepekaan orang muda terhadap lingkungannya, tetapi kelanjutannya tidak ada. Orang muda harus berani keluar dari dirinya dan lingkungannya. “Buat suatu perkumpulan orang muda yang dapat berguna dan menolong dirinya dan orang lain di luar gereja,” pesannya.
Tamatan Sekolah Menengah Pendidikan Sosial Stella Maris ini juga menandaskan, keberhasilan karya orang muda tidak dapat dilihat dari materi yang didapat, tetapi berapa banyak orang yang terlibat, juga berapa banyak orang yang akhirnya diberdayakan, dapat membangun dirinya sendiri. “Pola pikir instan dan sesuatu yang direncanakan instan hasilnya cendrung instan. Sebaliknya, perencanaan matang dan pola pikir yang positif dapat menghasilkan keberhasilan,” tegas pria kelahiran Lumajang 28 tahun lalu ini.
Peran sekolah tidak kalah pentingnya. Banyak hal yang dapat dilakukan, tidak hanya kemampuan kognitif yang dibangun, tetapi psikomotor dan kepekaan akan lingkungan. “Sehingga, orang muda itu sudah dibentuk sejak dini menjadi aktif dan kreatif.” (marianus)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar