Minggu, 01 Juli 2012
Lustrum I Tahbisan Uskup Surabaya
Potong Tumpeng
5 tahun Tahbisan Uskup Surabaya atau Lustrum I, Uskup Surabaya, Mgr. Vincentius Sutikno Wisaksono bersama umat Hati Kudus Yesus dan para romo Diosesan merayakan peringatan tahbisan Uskup Surabaya dengan sederhana, Jumat lalu (29/6/12).
Perayaan diawali dengan perayaan ekaristi harian di Gereja Hati Kudus Yesus dipimpin sendiri oleh Mgr. Sutikno didampingi Romo Paroki Hati Kudus Yesus, RD. Yosef Eko Budi Susilo.
Perayaan dilanjutkan dengan ucapan syukur melalui ramah tamah di samping kanan gereja dengan dilengkapi panggung beserta spanduk bertuliskan Lustrum I Uskup Surabaya.
Di sela-sela ucapan syukur, umat diajak melihat kilas balik karya penggembalaannya selama 5 tahun berkarya menjadi Uskup Surabaya melalui pemutaran slide foto. Dokumen foto ini koleksi dari tabloid Jubileum.
Seperti yang diungkapkan Errol Jonathans yang didapuk sebagai MC, Uskup Surabaya pertama kali melayani umat di Stasi Porong pada saat musibah nasional, lumpur Lapindo.
Di kesempatan ini, Mgr. Sutikno juga mengajak umatNya untuk menghidupi arah dasar Keuskupan Surabaya dan mengajak umat yang hadir di perayaan ini. Untuk menyerukan visi dan misi Arah Dasar, “Gereja Keuskupan Surabaya sebagai Persekutuan Murid-Murid Kristus yang Semakin Dewasa dalam Iman, Guyub, Penuh Pelayanan, dan Misioner.”
Tak lama kemudian, sebagai ucapan syukur atas Lustrum I Mgr. Sutikno memotong tumpeng. Potongan tumpeng yang pertama diberikan oleh RD. Yosef Eko Budi Susilo.(asep)
Sambut 50 Tahun Pembukaan Konsili Vatikan II
Gelar Talk Show di Empire Palace, Surabaya
Antusias umat menyambut 50 Tahun Pembukaan Konsili Vatikan II cukup banyak. Sekitar ratusan umat mengikuti talk show Konsili Vatikan II. Acara ini mengusung tema : “Pembaharuan dan Penerapannya”. Acara ini diselenggarakan oleh Paroki St. Vincentius a Paulo bekerja sama dengan Yayasan Perkasih Bhakti Luhur Surabaya, Yayasan Lasaris, Yayasan Santa Loisa, dan Kongregasi Misi (CM) Indonesia.
Panitia menyelenggarakan acara ini di Empire Palace, ruang Santa Maria, Lantai UG, Minggu (1/7/12). Kali ini, acaranya mengambil tema “ Kitab Suci dan Wahyu” dengan menghadirkan narasumber dari Malang, yakni Romo Prof. DR. H. Pidyarto, O.Carm.
Romo Pidyarto memaparkan, untuk menghidupi dan menghayati firmanNya. Diperlukan kitab suci. Tetapi kitab suci bukan bagian yang pertama dalam ajaranNya. AjaranNya berawal dari Gereja. Melalui tradisi firman Allah yang diwartakan oleh para rasulNya. Sekarang diteruskan oleh uskup di seluruh dunia.
Adanya kitab suci dikarenakan tradisi para rasul dalam firman-firmanNya. Kemudian dibukukan dalam Kita suci melalui tulisan-tulisan pengarang Injil, yakni Mateus, Markus, Lukas, dan Yohanes, paparnya.
Konkritnya, di perayaan ekaristi terlebih dahulu dirayakan di Gereja dari rumah ke rumah. Menjadi bahan dan ditulis di Kitab Suci. Dalam perayaan ekaristi, kita menerima hosti. Hosti ini bukan hanya roti. Hosti bagian dari Tubuh Kristus yang selalu disimpan di tarbenakel. Tradisi ini sudah diwartakan oleh Para Rasul dan ditulis di Kitab Suci.
Dengan begitu Gereja Katolik mengenal tradisi dan berpedoman pada Kitab Suci. Sekali lagi tradisi di sini, bukan tradisi pada inskultrasi di tatanan perayaan ekaristi. Melainkan pewartaan kebenaran, dan mewartakn kebahagiaan dan cinta kasih.
Hingga Allah menciptakan manusia untuk membagikan kebahagiaan dan cinta kasih kepada sesamanya. Dan, umat boleh menafsirkan Kitab Suci dengan pendampingan romo karena apa yang ditulis di Kitab Suci belum tentu benar. Janganlah salah menafsirkan ayat demi ayat yang ada di Kitab Suci. Diperlukan pendalaman Kitab Suci supaya tidak terjadi penafsiran. Akhir-akhirnya menjadi perdebatan yang tidak tentu arahnya. Setiap bulan September selalu mencanangkan pendalaman Kitab Suci. Hingga umat memahami, menghayati, dan menghidupi arti serta isi setiap ayat Kitab Suci. (asep)
Langganan:
Postingan (Atom)