Gelar Talk Show di Empire Palace, Surabaya
Antusias umat menyambut 50 Tahun Pembukaan Konsili Vatikan II cukup banyak. Sekitar ratusan umat mengikuti talk show Konsili Vatikan II. Acara ini mengusung tema : “Pembaharuan dan Penerapannya”. Acara ini diselenggarakan oleh Paroki St. Vincentius a Paulo bekerja sama dengan Yayasan Perkasih Bhakti Luhur Surabaya, Yayasan Lasaris, Yayasan Santa Loisa, dan Kongregasi Misi (CM) Indonesia.
Panitia menyelenggarakan acara ini di Empire Palace, ruang Santa Maria, Lantai UG, Minggu (1/7/12). Kali ini, acaranya mengambil tema “ Kitab Suci dan Wahyu” dengan menghadirkan narasumber dari Malang, yakni Romo Prof. DR. H. Pidyarto, O.Carm.
Romo Pidyarto memaparkan, untuk menghidupi dan menghayati firmanNya. Diperlukan kitab suci. Tetapi kitab suci bukan bagian yang pertama dalam ajaranNya. AjaranNya berawal dari Gereja. Melalui tradisi firman Allah yang diwartakan oleh para rasulNya. Sekarang diteruskan oleh uskup di seluruh dunia.
Adanya kitab suci dikarenakan tradisi para rasul dalam firman-firmanNya. Kemudian dibukukan dalam Kita suci melalui tulisan-tulisan pengarang Injil, yakni Mateus, Markus, Lukas, dan Yohanes, paparnya.
Konkritnya, di perayaan ekaristi terlebih dahulu dirayakan di Gereja dari rumah ke rumah. Menjadi bahan dan ditulis di Kitab Suci. Dalam perayaan ekaristi, kita menerima hosti. Hosti ini bukan hanya roti. Hosti bagian dari Tubuh Kristus yang selalu disimpan di tarbenakel. Tradisi ini sudah diwartakan oleh Para Rasul dan ditulis di Kitab Suci.
Dengan begitu Gereja Katolik mengenal tradisi dan berpedoman pada Kitab Suci. Sekali lagi tradisi di sini, bukan tradisi pada inskultrasi di tatanan perayaan ekaristi. Melainkan pewartaan kebenaran, dan mewartakn kebahagiaan dan cinta kasih.
Hingga Allah menciptakan manusia untuk membagikan kebahagiaan dan cinta kasih kepada sesamanya. Dan, umat boleh menafsirkan Kitab Suci dengan pendampingan romo karena apa yang ditulis di Kitab Suci belum tentu benar. Janganlah salah menafsirkan ayat demi ayat yang ada di Kitab Suci. Diperlukan pendalaman Kitab Suci supaya tidak terjadi penafsiran. Akhir-akhirnya menjadi perdebatan yang tidak tentu arahnya. Setiap bulan September selalu mencanangkan pendalaman Kitab Suci. Hingga umat memahami, menghayati, dan menghidupi arti serta isi setiap ayat Kitab Suci. (asep)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar