Minggu, 07 Desember 2008
Gelar Live In 2008
LIVE IN DI KOTA GUDEG
Pembangunan suatu bangsa menyangkut banyak segi, bukan hanya bidang materiil yang kelihatan mata saja, melainkan seluruh manusia dan alam secara menyeluruh.
Suatu kenyataan yang tidak dapat dihindari adalah perlunya pembangunan manusia yaitu pembinaan suatu generasi. Melihat fenomena generasi muda Indonesia yang cenderung ke arah negatif, dengan segala fasilitas teknologi yang sepertinya semakin mendukung mereka bergaya hidup hedonis, konsumeris dan individualis. Generasi muda harus kita hantarkan dan kita arahkan kepada masa depan yang sehat, dewasa, tangguh dan bertanggung jawab.
Siswa SMA Santa Maria merupakan remaja kota Metropolitan II memiliki kecenderungan individualis karena kesibukan pribadi dan segala kebutuhan yang dicapai dengan mudah. Bahkan siswa-siswi ini sebentar lagi akan memasuki dunia yang lebih luas, yaitu dunia pendidikan tinggi dan dunia kerja.
Untuk itu SMA Santa Maria mempersiapkan siswa-siswinya untuk mengikuti kegiatan Live In. Live In, salah satu implementasi dari bentuk kegiatan pembinaan mental yang mengenal kehidupan masyarakat desa. Untuk mewujudnyatakan Serviam dalam kehidupan sehari-hari seturut semangat Santa Angela.
Sehingga siswa dapat mengintegrasikan atau mempersatukan ilmu, iman, dan nilai-nilai kemanusiaan untuk menjawab tantangan zaman. Kalimat ini juga tertuang dalam Visi dan Misi Santa Maria, Yayasan Paratha Bhakti.
Kegiatan Live in merupakan program tahunan yang diselenggarakan SMA Santa Maria untuk menumbuhkembangkan nilai-nilai kepekaan dan kepedulian dalam hidup bermasyarakat secara bertanggungjawaban dalam hidup di dunia ini. Karena pada hakekatnya manusia adalah makhluk sosial.
Saat dikonfirmasi oleh tim sanmarosu.org, Maria Sandra Naulitta S, S. Pd, sekretaris Live In menjelaskan tujuan dari Live In berdasarkan hakekat manusia dan ada delapan tujuan, yakni menyadari diri sebagai makhluk sosial yang harus hidup bersama semua orang yang beraneka ragam strata sosialnya, memiliki kepekaan sosial sehingga peduli terhadap lingkungan, menyadari kebesaran rahmat Allah padanya sehingga dapat membaginya dengan orang lain, memiliki sikap dan kemandirian menghadapi hidup, mampu mempersiapkan diri menghadapi dunia kerja sebagai cermin citra Allah, memiliki ketrampilan untuk berkomunikasi yang baik dengan sesame, menyadari diri, sehingga memiliki kerendahan hati untuk selalu “belajar” dan meningkatkan semangat belajar, menyadari bahwa masyarakat adalah guru yang baik untuk kesuksesan hidupnya kelak, jelas sekretaris Live In.
Live In ini diadakan di kota Gudeg, Yogyakarta, tepatnya di lima titik lokasi, yakni Paroki Klepu, Girikerto, Turi, Paroki Nanggulan, Paroki Boro-Desa Gorolang, Paroki Boro-Desa Nglebeng, Kab Sleman, Yogyakarta, Rabu Pahing (26/11) sampai Minggu Pon (29/11) diikuti oleh 192 siswa-siswi kelas XII dengan didampingi 24 Guru dan Staf Tata Usaha.
Sekitar pukul 07.00 WIB siswa-siswi diberangkatkan oleh panitia dari SMA Santa Maria Surabaya dan tiba di lokasi sekitar pukul 17.00 waktu daerah Jogja. Siswa-siswi tiba di Paroki Boro telah ditunggu oleh dua angkutan ala desa (Kol, red.) dan satu pick up untuk tas siswa-siswi. Untuk tiba di lokasi siswa-siswi berangkat menggunakan angkutan, karena jalannya hanya satu meter setengah. Di desa Nglembeng, siswa-siswi sudah ditunggu oleh umat stasi Nglebeng di Kapel.
Ketua Stasi, Tumijo, selamat datang di desa kami, kalian belajar banyak hal tentang kehidupan desa. Hidup desa berbeda sekali dengan hidup kota yang serba ada. Jadi beginilah apa adanya kondisi kami.
Begitu juga F.X Rudy Prasetya, S.S mengatakan terima kasih telah disambut oleh umat stasi Nglembeng, pembagian tempat tinggal dan kelompok. Usai pembagian tempat tinggal dan kelompok. Siswa-siswi langsung menuju rumah mereka masing-masing.
Hari pertama-malam harinya, mereka mengikuti kegiatan umat di Nglembeng latihan koor untuk persiapan Perayaan Ekaristi di Paroki Boro. Pagi hari siswa-siswi melakukan aktivitas mereka di rumah masing-masing ada yang menanam (lombok, kunyit, dan singkong), mengambil air di sumber, mencari rumputi, pergi ke pasar karena pada hari itu pas ada pasar Kliwon.
Hari kedua siswa-siswi menemani anak-anak desa untuk bimbingan belajar di rumah bapak Tumijo, Ketua Stasi. Bimbingan belajar ini dibagi dalam dua kelompok. Kelompok pertama untuk tingkat SD dan kelompok kedua untuk tingkat SMP. Bimbingan belajar lebih banyak pada matematika dan bahasa Inggris, karena pada saat itu anak-anak banyak pekerjaan rumah.
Tidak hanya itu, siswa-siswi juga mengikuti doa kelompok dan doa malam widodareni di rumah salaha satu karyawan kami di desa ini, Mrs. Jemidi. Semoga bahagia dan langgeng ya mas sampai kakek nenek.
Hari ketiga-siswa-siswi mengikuti doa sebelum Misa Nyadran. Doa ini merupakan bagian dari liturgi yang diinkluturasikan dengan budaya Jawa. Berduyun umat stasi Nglembeng ke gereja merayakan arwah orang beriman. Umat sana menyebutkan Misa Nyadran, ,Misa dipersembahkan oleh Rm. Petrus Suratmi, Pr.
Usai Misa Nyadran, umat nyekar ke makam sanak family yang telah meninggal dunia. Dengan kusuk mereka berdoa di kubur dan menyebarkan bunga mawar sebagai hubungan batin.
Tak terasa empat hari telah dilalui oleh siswa-siswi untuk belajar kehidupan di desa. Febri, kela XII IPS 3 mengatakan orang-orang itu baik-baik, sikap persaudaraannya tinggi sekali dan selalu bergotong rorong. Tampak jelas saat membersihkan MCK, umat ikut bersama membersihkannya. Pun demikian yang dirayakan oleh salah satu umat, Supri mengatakan anak-anak hebat, mau hidup di desa. Buktinya mau bertani, mengambil rumput, air, dan satu makannya tidak rewel. Semua yang disuguhkan di makan oleh siswa-siswi SMA Santa Maria, mudah bergaul, dan cepat akrab, seru Supri. (as.)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar