Usung Tema Bhinneka Tunggal Ika-Ku Sayang
Pagelaran Seni yang mengambil tema “Bhinneka Tunggal Ika-Ku Sayang” ini, merupakan bagian dari ulangan umum kelas XI dari muatan lokal seni budaya. Jadi seluruh pengisi acaranya dari kelas XI yang jumlahnya 165 siswa-siswi ini, terdiri dari Bahasa, IPS, dan IPA.
Pagelaran Seni ini ditonton oleh para wali murid, alumni, suster Ursulin, seluruh siswa-siswi, Komite Peduli Santa Maria, Komite Sekolah, dan Guru-Guru. Dan, tentunya diadakan di Aula Santa Maria lantai 4, Sabtu (25/4).
Penampilan pertama sangat membius penonton dengan aneka bunyi-bunyian dari sendok, buku, tutup panci, botol plastik dan lain-lain yang seolah-olah menyerupai keributan di pasar.
Pagelaran Seni yang mengambil tema “Bhinneka Tunggal Ika-Ku Sayang” ini, merupakan bagian dari ulangan umum kelas XI dari muatan lokal seni budaya. Jadi seluruh pengisi acaranya dari kelas XI yang jumlahnya 165 siswa-siswi ini, terdiri dari Bahasa, IPS, dan IPA.
Pagelaran Seni ini ditonton oleh para wali murid, alumni, suster Ursulin, seluruh siswa-siswi, Komite Peduli Santa Maria, Komite Sekolah, dan Guru-Guru. Dan, tentunya diadakan di Aula Santa Maria lantai 4, Sabtu (25/4).
Penampilan pertama sangat membius penonton dengan aneka bunyi-bunyian dari sendok, buku, tutup panci, botol plastik dan lain-lain yang seolah-olah menyerupai keributan di pasar.
Kebisingan tiba-tiba dihentikan oleh sebuah puisi, yang dilanjutkan dengan karya komposisi karawitan kolaborasi dari kelas XI IPS 2. Karya komposisi karawitan kolaborasi ini adalah karawitan yang digabungkan dengan permainan band. Karawitan yang biasanya memiliki nada-nada monoton, berubah menjadi musik yang sangat khas anak muda dengan musik diatonis.
Suster Agatha Linda Chandra, OSU Kepala Satuan Pendidikan SMA Santa Maria menyatakan harapannya agar anak-anak dengan cara ini dapat memupuk kecintaannya
kepada kebudayaan daerah.
“Selain itu, semangat Bhinneka Tunggal Ika harus diperjuangkan dan dibangun melalui perbuatan, jangan sampai seolah-olah hanya dilihat dalam museum. Jadi benar-benar Bhinneka Tunggal Ika-Ku Tersayang, bukan Bhinneka Tunggal Ika-Ku, Sayang sekali,” seru Agatha Linda.
Berbagai tampilan disuguhkan di Pagelaran Seni ini mulai dari Tari Jabai, Kelas XI IPS 1 dan XI Bahasa mengabungkan mainan tradisional dakon, tari India, tari tradisional dengan musik hip-hop, serta tari dan lagu jaran kepang yang sudah dimodifikasi. Dengan latar belakang rumah joglo, Taj Mahal, dan Padang Rumput.
“Tari berikutnya berjudul Tari Pesona Jawa Dwipa dari kelas XI IPA 1 dan XI Bahasa, yang dilanjutkan dengan Teater berjudul Love History (Sabtu suro, cintaku berakhir sengsoro).”
Teater ini mengundang tawa dari para penonton, karena alur cerita dab gaya kocaknya pemain utama, yakni Jimmy. Teater ini menceritakan kisah sepasang kekasih pria dan wanita (yang juga dimainkan lelaki), dengan pakaian adat dan bahasa daerah, tetapi juga dilatarbelakangi dengan visual art, yakni Titanic.
Selanjutnya tari Jaka Tarub pun disuguhkan oleh XI IPS 2 yang mengisahkan perjalanan Jaka Tarub dipadu bcakground sungai, air terjun, semak-semak, langit, kerajaan, dan pendoopo.
Alhasil, pertunjukkan ini tidak berhenti sampai Jaka Tarub. Musik live pun diusung oleh XI IPA 1 dengan judul ”Gejolak” yang dipadu musik live.
Musik live perpaduan antara karawitan komptemper dengan musik diatonis. Gambar musik live dipadukan dengan ilustrasi visual tentang asal asul manusia. Awalnya manusia lugu dan polos belum mengerti apa-apa. Akhirnya setelah mengenal berbagai teknologi, manusia serakah dan melegakan segala demi kekuasaan.
Diakhir musik live ini ditutup dengan teater yang gila kekuasaan dengan duduk tenang di kursi menikmati kesengsaraan rakyat. Rakyat menjadi merang untuk merebut kursi tersebut dengan menyerukan perjuangankan nasib rakyat!, jatuh pemimpin yang tidak mengerti rakyat.
Perkusi gamelan Nicole Njaweni menjadi sajian penutup di pagelaran seni SMA Santa Maria. (asep)
Foto : Yoga XI IPA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar