Yogyakarta, 17 Mei 2009. Tepat pukul 10.00 WIB, pertemuan WAGU (Wadah Arek Garum) dimulai. WAGU sendiri merupakan wadah perkumpulan bagi para mantan seminaris Yogyakarta yang pernah menjalani pembinaan hidup di Seminari Garum.
Pertemuan dihelat secara sederhana di Rumah Makan Sendang Ayu Yogyakarta, dengan acara utama adalah pemilihan ketua baru. Anggota WAGU yang hadir berjumlah 15 orang, kurang dari setengah jumlah total anggota. Pemilihan ketua dilakukan dengan cara sederhana dan lucu. Seperti yang telah menjadi tradisi selama menjadi seminaris, kebiasaan penunjukan sepihak masih dibawa oleh para eksim dalam memilih ketua yang baru.
Ketua lama, Mas Ghoes, menyerahkan jabatan yang telah diembannya selama lebih kurang tiga tahun (2006-2009) dengan begitu gembira dan bahagia kepada Wahyu-Cepoe, WAGU angkatan 2008. Susunan organisasi yang baru dibentuk secara brainstorming siang itu juga, benar-benar khas seminari. Wakil ketua dijabat oleh Janudi, subdivisi para bapak diemban oleh Mas Bimo, dan koordinator divisi mahasiswa oleh Billy dan Aska.
Sub-sub divisi tersebut sengaja dibentuk untuk mempermudah komunikasi antar anggota WAGU yang memiliki rentang zaman kehidupan berbeda. Anggota WAGU tertua merupakan angkatan seminaris tahun 1977, dan yang paling muda adalah eksim Garum angkatan 2005.
Setelah ketua baru terpilih, WAGU-ers sempat curhat dan melontarkan keprihatinan akan keberadaan para eksim yang tidak lagi eksis. Banyak eksim yang ketika mengundurkan diri dari seminari, menghilang begitu saja dan tak terwadahi. Menurut pengamatan Mas Bimo, para eksim yang baru keluar dari seminari pasti merasakan kesepian karena tidak ada yang mau mengerti keputusan mereka mengundurkan diri dari jalan panggilan.
Dunianya sudah berbeda dan mungkin hanya dengan sesama orang yang pernah menjalani kehidupan imam saja yang mampu mengerti. Karena perasaan kesepian berkepanjangan itu, sangat mungkin eksim menjadi antipati terhadap seminari dan menjadi masa bodoh akan dunia almamaternya. Di sinilah komunitas WAGU sebenarnya mengambil peran. WAGU maupun komunitas-komunitas eks-eks yang lain diharapkan dapat menjadi wadah bagi para eksim yang telah mengundurkan diri dari seminari. “Masih ada saudara di sini. Anda tidak sendirian. Kami juga sama seperti Anda. Kami mau mendengarkan Anda."
Curhat WAGU-ers berakhir begitu saja ketika ikan bakar, ikan sambal ijo dan ikan goreng datang. Persaingan hidup mati pun dimulai. Temu kangen WAGU yang semula ceria menggembirakan berubah layaknya pembantaian barbar terhadap hidangan pesta. Tepat pukul 13.30 WIB, dengan perut kenyang yang membuncit, ke-15 WAGU-ers berpencar kembali menuju medan karya masing-masing. Pelajaran kehidupan tak henti-hentinya membanjiri anggota WAGU, bahwa kesolidan memang harus dijaga dan pelayanan terhadap Tuhan harus tetap melenggang. Hidup WAGU. Vivat et Gloria! (Gallus Andi Widyawan)
Caption : Acara santap siang n Sertijab ketua lama ke ketua baru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar