Selasa, 08 Maret 2011
Misa Khusus Hari Orang Sakit Sedunia (HOSD)
Jangan Sekadar Mengobati, tapi Memulihkan
“Marilah Kepada-Ku Semua Yang Letih Lesu dan Berbeban Berat, Aku Akan Memberikan Kelegaan Kepadamu” (Matius 11:28).
Ketika seseorang jatuh sakit, ia merasa tidak berdaya. Ia tidak lagi dapat melakukan kegiatan seperti biasa. Jika terus berkelanjutan, perasaan tersebut akan berkembang menjadi depresi dan putus asa. Gereja tidak menginginkan hal itu terjadi. Hal itulah yang mendasari Gereja Katolik lewat Paus Yohanes Paulus II mencetuskan sebuah hari khusus setiap tanggal 11 Januari sebagai Hari Orang Sakit Sedunia.
Mengemban tugas mewartakan sukacita penyembuhan, secara rutin, setiap tahun RS Katolik St Vincentius a Paulo (RKZ) Surabaya selalu mengadakan Misa Hari Orang Sakit Sedunia. Dengan mengambil tema Yesus Penyembuh Ilahi, Maria Penolong Abadi, misa yang diadakan kali ke-19 pada tahun ini lebih menekankan pada peningkatan nilai kepedulian dan penghargaan bagi mereka yang sakit. Kapel RKZ dipilih sebagai tempat pelaksanaan misa yang dipimpin Uskup Surabaya Mgr. Vincentius Sutikno Wisaksono, didampingi Rm. Lukas Kilatwono SVD dan Romo Eko Wiyono.
Dalam khotbahnya, Mgr. Sutikno mengungkapkan bahwa Gereja harus selalu berpihak pada orang sakit dan penderitaan mereka. Bapa Uskup menambahkan bahwa sudah sepantasnya kita terbuka kepada orang sakit, sama seperti Yesus terbuka dan menerima mereka yang letih dan berbeban berat.
Misa yang dihadiri 300-an umat ini berjalan lancar dan khidmat. Umat dari berbagai paroki se-Surabaya, bahkan dari Bali, datang untuk memohon berkat penyembuhan dari Allah sendiri. Walaupun mereka datang dengan berbagai penyakit fisik namun secara spiritual mereka tampak sangat bersemangat. Keterbatasan fisik, berkursi roda, kruk, bahkan di atas bed pasien tidak menghalangi mereka untuk datang.
“Kami juga menyebarkan undangan ke rumah sakit lain seperti RS Darmo dan RS William Booth,” ujar Sr. Odilia SSpS, ketua Tim Pastoral Care RKZ. Tim Pastoral Care juga mengakomodasi pasien yang sedang dirawat inap untuk secara leluasa mengikuti Misa. “Kami pasti tetap menjaga kondisi pasien, termasuk yang datang menggunakan bed. Kami tetap memantau kondisi mereka dibantu dengan dokter umum,” ujar Gertrudis Sri Hardaningsih, Asisten Manajer Rawat Inap RKZ.
Menutup rangkaian pelayanannya, Bapa Uskup mengungkapkan bahwa seharusnya seluruh masyarakat lebih memperhatikan orang sakit. “Jangan jadikan mereka hanya sebagai objek, tetapi layani mereka dengan sepenuh hati,” tegasnya.
Bapa Uskup menambahkan: “Seharusnya kata rumah sakit diubah saja menjadi rumah pemulihan. Karena di rumah pemulihan para pasien tidak hanya sekadar dianggap sebagai mereka yang sakit dan lemah, tetapi sebagai umat manusia yang membutuhkan pemulihan, tidak hanya fisik, tetapi juga secara mental." (elieza/drAKS)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar