Bertolak ke Tempat yang Dalam
Sore itu (6/5), kota Malang dihuyur hujan deras semenjak sore hari. Di tengah cuaca yang tidak mendukung ini, Sekolah Tinggi Filsafat Teologi (STFT) Widya Sasana mempunyai gawe besar untuk berkumpul. Sore itu, STFT-WS memulai perayaan Dies Natalis ke- 40. Acara diawali dengan reuni dan dilanjutkan esok hari dengan misa syukur bersama para uskup.
Hampir sekitar 200 tamu undangan datang dalam acara reuni ini. Mereka berasal dari berbagai tempat. Acara diselenggarakan di halaman kampus STFT Widya Sasana yang terletak di Jl. Terusan Rajabasa 2 Malang. Kemeriahan suasana semakin nampak ketika alumni berkumpul, bertemu, bertegur sapa bersama. Sudah lama mereka tidak bertemu. Mereka sangat senang karena akhirnya bisa berjumpa kembali dengan teman kuliah mereka dulu. Kali ini yang diundang adalah semua alumni mulai dari tahun berdiri yakni 1975 sampai dengan sekarang. Panitia mengangkat tema “Bersama Bertolak Ke Tempat yang Dalam”.
Hadir pula dalam reuni ini para Uskup partisipan (Surabaya, Malang, Denpasar, Pontianak, Ketapang, Samarinda, Tanjung Selor), pimpinan tarekat dan perwakilan keuskupan. Mereka sebelumnya mengadakan rapat bersama dengan staf STFT dan para dosen. Usai rapat, para Uskup berbaur dengan peserta reuni bersama. Ada
Acara reuni semakin meriah dengan berbagai tampilan dari mahasiswa dan juga persembahan dari seorang anak yang menyumbangkan suara emasnya. Meski hujan masih tetap mengguyur lokasi reuni, hal ini tidak membuat peserta beranjak dari tempat duduknya. Mereka berkumpul bersama dengan teman angkatan mereka. Senyum, canda dan tawa nampak dari raut wajah mereka. Acara usai sekitar pukul 21.30 WIB.
Bangga dan Bahagia
Ungkapan kebahagiaan terungkap bukan hanya dalam benak alumni, tapi juga para dosen. Hal itu dirasakan oleh Rm. Prof. Dr. Berthold Anton Pareira O.Carm (dosen senior yang juga adalah pengajar bidang ilmu Kitab Suci Perjanjian Lama). Mewakili para dosen lainnya, Rm. Pareira begitu akrab disapa, menyampaikan beberapa hal. “Saya sangat senang, bangga dan bahagia ada bersama-sama dalam acara ini. Saya bisa berkumpul bersama dengan para mantan murid-murid saya. Begitu banyak kenangan yang saya peroleh bersama dengan kalian. Ada tertawa, rasa jengkel, marah bercampur menjadi satu. 36 tahun adalah waktu yang cukup lama bagi saya untuk mengajar,” ucapnya dengan penuh kebahagiaan.
Lebih lanjut Rm. Pareira menyampaikan terima kasih atas kehadiran para undangan. Secara khusus malam itu, Rm. Pareira cukup senang karena bertemu dengan kawan lama waktu studi Roma yakni Mgr. H. Bumbun OFMCap (Uskup Keuskupan Agung Pontianak). “Malam ini saya sangat senang karena bertemu dengan kawan lama saya, yakni Mgr. Bumbun. Sudah 30 tahun lebih dia menjadi Uskup. Saya sangat senang sekali bisa bertemu malam ini,” katanya dengan penuh semangat.
Peristiwa malam ini bagi Rm. Pareira adalah peristiwa yang menggembirakan. Banyak alumni yang mengenalnya, tapi beliau tidak banyak mengingat satu-persatu. Beliau juga masih ingat gaya mahasiswa, cara mengajar dan “penderitaan” yang dialami oleh para mahasiswa dulu. Sesekali para mahasiswa dianggap “bodoh” karena tidak dapat mengerti sesuatu hal mengenai bahan kuliah. Rm. Pareira juga bangga karena banyak mahasiswanya yang berhasil. Sebagian besar dari mereka menjadi dosen di STFT-WS ini pula.
Pada akhir sambutannya, Rm. Pareira mengajak semua yang hadir untuk bekerja bersama. Lembaga ini perlu terus dikembangkan. Bangsa dan Gereja masih harus terus dibangun. Hal ini merupakan tugas semua pihak mulai dari STFT, dosen, mahasiswa dan para alumni yang hadir.
Rm. F.X. E. Armada Riyanto CM selaku Ketua STFT-WS juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak atas terselenggaranya acara ini. Ucapan terima kasih juga diucapkan kepada para Uskup, pimpinan tarekat, perwakilan keuskupan, tamu undangan dan juga alumni yang berkenan hadir dalam acara syukur ini. Hal ini tak terlepas dari kerjasama semua pihak yang mau bekerja keras demi acara ini. Para alumni juga diundang lewat internet (salah satunya facebook).
Hasil Kerjasama
STFT Widya Sasana Malang merupakan salah satu lembaga pendidikan calon imam yang terletak di pulau Jawa. Selain di Malang, ada juga tempat pendidikan calon imam di Jakarta, Bandung dan Yogyakarta. STFT-WS (dulunya bernama Institut Filsafat Teologi) didirikan oleh Kongregasi Misi dan Ordo Karmel. Kedua tarekat ini bekerjasama untuk mendidik calon-calon imam mereka dalam wadah “Seminari Tinggi Bersama”. Seiring berjalannya waktu, bergabung juga beberapa tarekat (SVD, CP, CSE, CDD, SMM, OSM, MSF) dan juga para calon imam dari berbagai keuskupan (Surabaya, Malang, Denpasar dan keuskupan di regio Kalimantan). Mereka mengirimkan para calonnya untuk mengenyam pendidikan filsafat dan teologi di tempat ini.
Sampai saat ini sudah ratusan lulusan yang dicetak oleh lembaga ini. Bukan hanya imam dan awam, melainkan juga para suster dan frater dihasilkan dari tempat ini. Mereka tersebar di berbagai tempat di penjuru Indonesia. Ada juga dari antara mereka yang bermisi ke berbagai tempat di negara lain. Lulusan-lulusan terbaik juga dicetak dari lembaga ini. Diantaranya mereka mengabdikan diri dalam almamater tercinta dengan menjadi dosen pengajar dan pimpinan di STFT tercinta.
Pendidikan calon imam tak terlepas dari kerjasama yang solid dari semua pihak. Mereka antara lain adalah STFT, seminari, pimpinan tarekat dan yayasan. Hal yang membanggakan adalah perkembangan dalam hal akademis. Lembaga ini telah diakreditasi oleh BAN-PT dan meraih akreditasi “A”. Hal yang membanggakan pula adalah, mulai didirikannya Program Pascasarjana Magister Filsafat Sistematis dan Filsafat Teologis.
Syukur atas Rahmat Tuhan
Rasa syukur dan terima kasih akhirnya diwujudkan dalam perayaan ekaristi syukur. Semua alumni yang hadir, mahasiswa STFT, para tamu undangan bersyukur bersama dalam misa. Sekitar pukul 09.00 WIB, para tamu undangan mulai berdatangan di aula Misiologi SVD, tempat dilangsungkannya misa. Mereka yang hadir bukan saja alumni, tetapi juga para biarawan-biarawati dari wilayah Malang dan sekitarnya. Sekitar 500 orang ikut serta dalam misa syukur ini.
Misa Syukur dipimpin langsung oleh Bapak Uskup Malang, Mgr. H.J.S. Pandoyoputro, O.Carm. Hadir juga beberapa uskup lain: Mgr. V. Sutikno Wisaksono (Surabaya), Mgr. Silvester San (Denpasar), Mgr. Hieronymus Bumbun OFMCap (Pontianak), Mgr. Blasius Pujaraharja (Ketapang), Mgr. Florentinus Sului MSF, Mgr. Yustinus Harjosusanto MSF (Tanjung Selor). Ikut serta juga mendampingi para uskup, yakni Rm. F.X. Armada Riyanto CM (ketua STFT) dan Rm. Berthold Anton Pareira O.Carm (dosen senior).
Ikut serta dalam selebrasi misa yakni para dosen, imam (alumni), mantan dosen, vikaris jenderal beberapa keuskupan regio Kalimantan. Beberapa pimpinan tarekat yang tampak hadir: Rm. L. Joko Purnomo O.Carm (Provinsial Ordo Karmel Indonesia) dan Rm. Robertus Widjanarko CM (Visitator Kongregasi Misi Indonesia).
Masuk dalam Kedalaman Hidup
Dalam kotbahnya, Mgr. Harjo mencoba menyadari bahwa dirinya saat menyampaikan kotbah tidak berada dalam dunia pedalaman Kalimantan Timur (tepatnya wilayah Tanjung Selor), yang sangat jarang dijumpai tenaga pastoral. Saat menyampaikan kotbahnya, Monsinyur menyadari bahwa dirinya berada di depan orang-orang penting. Banyak imam dan calon imam yang dijumpai ikut dalam acara ini. Berbeda halnya dengan di pedalaman, yang sangat jarang ditemui tenaga pastoral.
Menurutnya, usia 40 tahun merupakan usia yang cukup lama bagi lembaga ini untuk menjaring calon pewarta. Sekitar 500 imam sudah dihasilkan dari lembaga ini. “Saya percaya bahwa para alumni yang bukan imam pun tidak menjadi gelisah. Mereka pasti sangat senang pernah dididik di tempat ini. Anda telah tertangkap dalam lembaga ini. Anda juga mengalami perubahan dan perkembangan. Tentunya hal ini sangat berguna bagi Anda” ucap Mgr. Harjo.
Menurutnya, penjala manusia bertugas untuk membawa orang lain untuk bisa sampai kepada Kristus. Dalam Kitab Suci disebutkan, para murid bukan hanya menjadi penjala ikan tetapi akhirnya diutus oleh Yesus menjadi penjala manusia. “Orang diminta untuk mengarahkan orang lain sampai kepada Kristus dan menanamkan panggilan surgawi,” katanya. Lebih lanjut lagi, kita diajak untuk masuk pada kedalaman hidup. Itulah yang utama dan bukan malah berada dalam ambang kedangkalan hidup.
“Di zaman sekarang orang ditantang hidupnya. Ketika menyaksikan tayangan TV, akan kita lihat tayangan-tayangan yang superfisial. Orang tertarik hanya pada yang fisik, menyenangkan hati dan sesaat saja. Itulah realitasnya. Orang lebih mementingkan ekonomi, status kedudukan, prestise. Orang akan menjadi bangga kalau dirinya terkenal, namanya tersohor dan menjadi orang hebat. Padahal yang dituju manusia sebenarnya bukan itu. Orang diajak untuk masuk dalam kedalaman hidup. Yang pokok adalah kita menghidupi kedalaman itu dan tidak terseret dalam kedangkalan hidup,” pesannya.
Sebagai calon pewarta, harapannya orang-orang yang berada dalam lembaga ini semakin siap menjalankan tugasnya. Harapannya para mahasiswa semakin bertumbuh dan berkembang. Lebih lanjut, Mgr. Harjo menambahkan bahwa di zaman sekarang diperlukan kesaksian hidup kita semua. Kesaksian adalah sarana untuk semakin meyakinkan orang yang akan kita bahwa untuk sampai kepada Kristus.
Misa syukur ini berjalan semakin meriah berkat suara emas paduan suara mahasiswa-i STFT Widya Sasana. Mereka yang tergabung dalam “Widya Sasana Choir” adalah orang-orang pilihan. “Mereka bukan hanya memiliki suara-suara yang bagus, tapi lebih dari itu yakni kemauan untuk terus berlatih dan melayani. Percuma saja kalau mereka mau bergabung tetapi tidak memiliki komitmen untuk setia berlatih. Para calon anggota yang seperti ini biasanya tidak kami terima,” ucap Fr. A. Puri Anggoro (Keuskupan Surabaya), salah satu anggota tim penyeleksi paduan suara.
Tarian perarakan masuk dan persembahan juga semakin memeriahkan perayaan ekaristi siang ini. Nuansa yang diangkat adalah dari Bali dan Flores. Petugas pembawa persembahan berasal dari beberapa tarekat frater yang mengenyam pendidikan di STFT.
Sebelum berkat penutup, Rm. Armada mengucapkan banyak terima kasih atas kehadiran para tamu undangan dan kesuksesan kerja semua pihak dalam acara ini. Selanjutnya, Rm. Armada berharap para mahasiswa semakin bersemangat karena dicintai oleh para Uskup. Kehadiran mereka disini merupakan salah satu bukti cinta kepada lembaga ini. “Kamu diajari bersyukur oleh para pendidik kami. Usia 40 tahun adalah salah satu langkah kami untuk terus berkembang. Sudah muncul 4 generasi dalam pendidikan calon imam di lembaga ini,” kata Rm. Armada (juga alumni STFT-WS) yang sekarang menjabat Ketua STFT-WS.
Rm. Kutschruiter O.Carm (salah satu generasi dosen awal) juga diberi kesempatan menyampaikan kesan-kesan. Romo misionaris ini sangat senang karena diberi kesempatan untuk memberikan sesuatu pada saat misa ini. Baginya, STFT-WS adalah harapan Gereja dan bangsa. “Dengan jumlah dosen yang tidak banyak, dulunya, kami memberanikan untuk mendirikan Seminari Tinggi Bersama (diawali tahun 1970). Inilah zaman perintis. Seiring berjalannya waktu, bukan hanya dari Karmel dan CM yang mengirimkan calonnya, tetapi juga dari rumah studi lain. Partisipasi semakin meningkat,” kata Rm. Kutsch, demikian sapaan akrab beliau.
Kemeriahan Bersama
Usai misa, acara dilanjutkan dengan beberapa penampilan dari mahasiswa. Ada beberapa tampilan antara lain: musikalisasi puisi, drama, nyanyian dan beberapa tampilan lain. Mereka yang tampil adalah perwakilan dari beberapa rumah studi. Acara usai sekitar pukul 14.30 WIB.
Perayaan syukur ini bukan hanya dilaksanakan dalam dua hari ini. Beberapa kegiatan yang juga dilaksanakan dalam rangka Dies Natalis ke-40 ini: donor darah, diskusi ilmiah (Dialog “interfaith” dengan delegasi Islam-Kristen Lebanon), perlombaan OR bersama.
DHANI DRIANTORO
1 komentar:
Saya berharap acaranya meriah dan lancar..
cuman dokumentasinya mana...?
Posting Komentar