Siapkan Visualisasi Kisah Penyaliban Yesus Kristus
Minggu sore, (25/3) di halaman kanan Gereja Paroki Ratu Pecinta Damai, Pogot berdiri tegak replika salib yang telah disetting sedemikian rupa di depan Gua Maria.
Eko salah satu keluarga muda menuturkan, mereka sedang mempersiapkan diri untuk visualisasi jalan salib. Nantinya, Eko juga berperan sebagai orang Yahudi. Dan, saat ini beberapa peran dalam visualisasi jalan salib sedang menonton film The Passion di dalam Gereja bersama Romo Emanuel Prasetyono, CM, kata Eko.
Setelah, blogger melihat di dalam Gereja. Beberapa peran visualisasi tampak serius melihat tayangan film The Passion. Dan, Romo Pras juga memberikan narasi singkat di tayangan film tersebut.
Romo Pras mengatakan film The Passion sebagai bahan dan sumber ilustrasi kita dalam menvisualisasikan kisah sengsara penyaliban Tuhan Yesus. Seperti agenda Veronika itu mengusap wajah Yesus dengan kain yang dipakainya, cara menurunkan Yesus Kayu Salib dengan menggunakan kain secara perlahan-lahan dan Bunda Maria memangku Yesus. Posisi Bunda Maria memangkunya tidak pada kepalaNya, tetapi punggungNya.
Begitu juga pada saat Yesus mati, para prajurit lari tunggang langgang dan bait suci terbelah dua. Di bagian ini prajurit penuh karakter dan ekspresinya ketakutan, tambah Romo Pras.
Setelah Romo Pras memberikan narasi singkat melalui film The Passion. Romo Pras membuka usulan kepada para peran visualisasi jalan salib. Seperti yang diusulkan oleh Yustinus Nugroho mengatakan, Simon Petrus awalnya tidak menghiraukan dan menolak memanggul sengsara Yesus. Akhirnya ikut membantu memikul salib Yesus sampai Yesus jatuh ketiga kali ini. Dan, Yustinus yang berperan Pilatus semakin terbantu dengan film The Passion. Bahwa peran Pilatus itu sombong, angkuh, dan cuek. Dan, akhirnya memutuskan penyaliban Yesus di bukit Golgota.
Yustinus Nugroho juga mengusulkan, alangkah baik kostumnya juga dikondisikan pada jaman saat ini. Seperti memakai pakaian ala pejabat legeslatif yang koruptor dengan memakai jas lengkap. Tetapi hal ini ditanggapi oleh Romo Pras karena umat belum siap menerima kondisi itu. Saat ini umat masih terbiasa dengan tradisi Romawi, terang Romo Pras. (asep)
FOTO : http://www.googld.co.id/images
Perkembangan Gereja Katolik Paroki Ratu Pecinta Damai, Pogot semakin pesat. lihat di http://www.parokirpd.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar