Di Tangan Sang Dirigen, Raih Segudang Prestasi
Sambil asyik duduk di Café Petra Toga Mas, Anton menceritakan kisah menjadi Dirigen. Keasyikkan blogger berbincang bersama Anton semakin seru dengan ditemani secangkir minum yang menyegarkan sampai pukul 17.00 WIB.
Nama Anton Ferry Kurniawan Mutter didengar bagi komunitas paduan suara di Keuskupan Surabaya tidaklah asing, terutama Orang Muda Katolik.
Pria yang lahir di kota Pahlawan, menuturkan, kegemaran mendengarkan musik gerejawi dan nyanyian klasik, semisal lagu inkulturasi daerah. Awal mula ketertarikkan Anton memulai belajar paduan suara dan menekuni dunia olah vokal. Tahun 1998, Anton aktif tergabung di paduan suara Orang Muda Katolik Santa Caecilia di Gereja Santa Maria Tak Bercela, Ngagel, akunya.
Berbekal dari ketekunannya Anton memberanikan diri dan semakin belajar notasi angka dan balok. Talenta Anton semakin berkembang dengan belajar dari pengalaman melalui Kak Kiem. Melihat perkembangan Anton, Kak Kiem menunjuk Anton menjadi dirigen. Pertama kalinya di tahun 2001, Anton memimpin paduaan suara Santa Caecilia Perayaan Ekaristi Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, tutur pria yang lahir 16 Mei 1983.
Keberanian menjadi dirigen ini membuahkan hasil dan mulai bergabung di kelompok paduan suara di Surabaya, diantaranya Ubaya Choir, KPMG, dan Eliata, tambahnya.
Berlanjut sampai tahun 2003, anggota paduan suara Santa Caecilia mempercayai sepenuhnya kepada Anton sebagai ketua. Keterkejutan ini membuat dirinya tidak patah semangat dalam belajar olah vokal. Melainkan menjadi pemicu tersendiri untuk semakin tertantang mendalaminya.
Berangkat dari rasa tantangan di dunia olah vokal. Anton menuturkan, mengajar di SDK Santa Clara, Ngagel sesuatu hal yang menarik baginya. Karena, bagian dari tujuan Anton untuk melayani Tuhan, menumbuhkembangkan bakat minat anak-anak setingkat sekolah dasar, dan lebih mudah melatih mereka. Selain itu, memerlukan kesabaran dan ketelatenan dalam mengajari mereka. Anton mengaku sebagai pelatih paduan suara anak-anak mau tidak mau jiwa kreatifitas lebih ditonjolkan dan memberikan arasemen yang sederhana, tuturnya.
Alhasil, berkat ketelatenannya, Anton membawa Paduan Suara SDK St. Clara meraih juara II di festival Paduan Suara tingkat Nasional dan Juara I di Gramedia Ayo Menyanyi,” jabar anak ke-4 dari 4 bersaudara pasutri F. Ferry Dinanto dan Theresia Paidjah.
Buah kemenangannya, Anton melebarkan sayapnya melatih di beberapa paroki. Diantaranya Paroki Kelahiran Santa Perawan Maria, Kepanjen (wilayah Gabriel), Stasi Santo Agustinus-wilayah 14 (Santa Katarina), Paroki Santo Marinus Yohanes (Rekat dan BIAK), Paroki Yohanes Pemandi (BIAK), Xinzhong Laguna, dan Paroki Redemptor Mundi (Santo Gabriel). Bahkan di tahun 2008, dia juga mengajar di TK Santa Maria.
Tidak hanya melebarkan sayapnya dengan melatih, mengajar, dan sharing antar dirigen. Anton membekali diri ikut pelatihan di Yogyakarta, yakni Pusat Musik Liturgi (PML) yang diasuh oleh Karl-Edmund Prier, SJ dan Paul Widyawan. Dan, dia juga mengikuti pelatihan di Bandung Choral Society.
Skill itulah yang sampai saat ini dipegang dalam melatih kelompok-kelompok paduan suara di Surabaya. Di tahun 2008 pula, dia bersama teman-temannya mendirikan kelompok paduan suara Angeli Vox Choir dengan melihat keprihatinan koor manten yang serba minim dan dilaksanakan pada jam kerja. Padahal momen ini sekali seumur hidup, sambung alumni Ubaya, jurusan Teknik Informatika. (asep)
Foto : dokumen Anton
2 komentar:
sukses terus, ton. Kembangkan terus talenmu di dunia olah vokal. Proficiat.
sukses................YES.
Posting Komentar