Berkembang
Pesat
Sudah satu tahun, blogger tidak berkunjung di ekowista Mangrove,
Wonorejo-Rungkut Surabaya. Perkembangan ekowisata jauh lebih pesat dibandingkan
tahun-tahun sebelumnya. Awalnya ada tempat singgah para pengunjung untuk naik
perahu dan melihat dari dekat keindahan ekowisata ini. Di tepi pantai ekowisata
ini disediakan gaseboh.
Kurang lebih ada tiga gaseboh yang disediakan untuk tempat rekreasi
sambil melihat keindahan tanaman bakau. Bahkan pengelola telah membuat denah
lokasi ekowisata Mangrove dan dilengkapi petunjuk arah jalan. Jalannya terbuat dari anyaman bambu dan
papan.
Sabtu lalu (23/6/12) memasuki ekowisata Mangrove telah berubah wajah
dilengkapi loket pembelian tiket. Tiketnya seharga 25.000 rupiah per orang. Di samping kanan
loket, tampak ular sowo dan sejenis anaconda. Ular ini hasil tangkap staf
ekowisata saat berkelana di sekitar lokasi.
Bahkan Sabtu sore itu, Anak Baru Gedhe berbondong singgah di Ekowisata.
Untuk melepas lelah bersama pacar. Sambil melihat satwa Ekowisata.
Seperti yang dituturkan staf ekowisata bahwa ular ditangkap 6 bulan
yang lalu. Untuk ular sowo semakin kurus karena tidak mau makan selama 2 bulan.
Selain, satwa ular. Ekowisata ini mempunyai satwa kera yang bebas hidup di
sekitar lokasi ekowisata, tuturnya.
Di samping kiri loket terdapat kios-kios penjual makanan yang
menyediakan makanan khas Surabaya, seperti soto, rawon, rujak, bakso, dan gado-gado.
Tidak ketinggalan pula, camilan dan gorengan disediakan di meja pembeli.
Kelompok Tani
Di ekowisata Mangrove ada Kelompok Tani Bintang Timur. Kelompok tani
ini membuat krojong. Krojong dibuat dari bambu, kemudian anyaman berbentuk
silinder. Satu per satu Krojong di dalam diberi serabut kelapa, pelepah pisang,
dan karung goni. Kegunaan krojong ini untuk melindung tanaman tanjang dari
benturan arus ombak. Tanaman tanjang diberi krojong mulai umur lima bulan
sampai satu tahun.
Sesudah satu tahun, tanaman ini keluar akar. Fungsi dari akar menahan
tanah dari gerusan arus ombak. Setelah keluar akarnya, di atasnya keluar batang
akar yang bentuknya seperti benjolan, jelas Didik salah satu pegawai dari
Watoni.
Watoni, ketua dari kelompok tani Bintang Timur. Kelompok Bintang Timur
telah berdiri sekitar enam tahun yang lalu. Dan, telah diberi dana hibah dari
Wakil Walikota Bambang DH. Untuk pengembangan usaha Bintang Timur.
Didik menambahkan untuk membuat Krojong. Per harinya menghasilkan 175
Krojong. Dan, ditempatkan di tanaman Tanjang, tambahnya. (asep)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar