Minggu, 20 Juni 2010
JARKOM KUDUS
Berawal dari Kerinduan dan Keeratan Komunikasi
Dua pekan menjelang Pentakosta, Minggu lalu (9/5),seperti para rasul yang berkumpul di ruang atas menantikan turunnya Roh Kudus, sekitar 20 orang berkumpul di salah satu ruangan di Restoran Kuningan Surabaya.
Ke-20 itu merupakan perwakilan-perwakilan dari beberapa komunitas doa yang ada di Keuskupan Surabaya, yakni PUKAT, Bunda Kudus, Puspita, KTM, BPK-PKK, PDKI, ME, PTRS, dan lain-lain. Berlatar belakang kerinduan mendalam akan jalinan persaudaraan yang lebih erat di antara komunitas-komunitas doa se-Keuskupan Surabaya. Mereka berbagi rasa, wawasan, dan pendapat tentang rencana pembentukan sebuah wadah komunikasi dan kerjasama semua komunitas doa yang ada di wilayah Keuskupan Surabaya.
Dan akhirnya, Roh Kudus – Roh Pemersatu – sungguh-sungguh berkarya dengan terbentuknya JARKOM KUDUS (Jaringan Komunikasi Komunitas Doa Keuskupan Surabaya).
Ide pertemuan ini atas insiatif EV. Heru Prasanta Wijaya, umat Paroki St. Yakobus Surabaya, yang sedikit banyak terlibat dalam beberapa komunitas doa yang ada.
“Berbekal restu lisan dari Bapak Uskup Surabaya yang telah mendengar ide tentang jaringan komunikasi. Heru mengirimkan undangan pertemuan yang ternyata mendapat tanggapan sangat menggembirakan dari komunitas-komunitas doa yang diundang.
Akhirnya, pertemuan berlangsung dalam suasana akrab penuh persaudaraan. Dalam pengantar yang disampaikan di awal pertemuan, Pak Heru menceritakan histori idenya tentang pembentukan jaringan yang melingkupi semua komunitas doa yang ada di Keuskupan Surabaya, ceritanya.
Ide embrional yang sangat genial dari Pak Heru dan beberapa koleganya adalah pembelian sekomplek ruko; komunitas-komunitas akan mendapat satu bagian ruko untuk kantor sekretariat dan tempat kegiatan. Kedekatan geografis diharapkan dapat menjadi awal komunikasi yang baik. Kesadaran selanjutnya diperkuat oleh pengalaman perjumpaan dengan Jairngan Kodok (Jaringan Komunikasi Antar Komunitas Doa KAS). Dalam sebuah pertemuan dengan Jaringan Kodok Kevikepan Surakarta di Solo, Pak Heru sebagai umat Keuskupan Surabaya ditantang untuk membentuk jaringan komunikasi yang serupa di Keuskupan Surabaya; bahkan secara berkelakar, diusulkan nama Jaringan Kodok Ngorek, jabarnya detail.
Selanjutnya, wakil dari masing-masing komunitas yang hadir turut memberikan pandangan dan pendapat tentang jaringan komunikasi tersebut. Semua perwakilan komunitas yang hadir menyampaikan bahwa pada dasarnya mereka menyambut baik rencana pembentukan jaringan komunikasi.
Begitu banyaknya komunitas doa yang ada di Keuskupan Surabaya menjadi alasan utama diperlukannya sebuah jaringan komunikasi yang diharapkan bisa menyinergikan program serta kegiatan komunitas-komunitas yang ada, tambahnya.
Sebagian hadirin juga melihat potensi ‘gesekan’ yang sangat mungkin terjadi antara komunitas yang satu dengan yang lain. Diharapkan, jaringan komunikasi yang terbentuk akan juga menjadi wadah komunikasi dan rekonsiliasi agar keakraban dan persaudaraan tetap dapat terjaga. Hal ini disepakati oleh Bp. Hanny Rumoei dari PUKAT dan Bp. Agustinus dari BPK-PKK.
Menyampaikan pesan dari Bp. Totok, Ketua PTRS yang tidak bisa hadir, Pak Heru juga mengusulkan agar jaringan komunikasi yang nantinya terbentuk tidak overlap. Sehingga semua komunitas tetap dapat secara independen melaksanakan program kegiatan rutin sesuai dengan kharisma dan spiritualitas masing-masing.
Bp. Henry Nangoy menambahkan bahwa dengan adanya jaringan komunikasi, program dan kegiatan masing-masing komunitas justru dapat dikomunikasikan satu sama lain sehingga sangat dimungkinkan terjadi saling bantu dalam aktivitas-aktivitas yang dilaksanakan, tambahnya.
Menanggapi usulan nama jaringan komunikasi tersebut yang mengandung kata ‘Kudus’, Ibu Magda Nangoy menegaskan bahwa kekudusan harus menjadi orientasi bersama. Salah satu tanda nyata dari kekudusan adalah sikap tidak ingin menonjolkan diri atau komunitasnya sendiri.
Setelah diskusi cukup panjang yang berlangsung dalam suasana penuh keakraban, pada akhirnya diambillah keputusan bersama yang menegaskan terbentuknya jaringan komunikasi yang diberi nama JARKOM KUDUS (Jaringan Komunikasi Komunitas Doa Keuskupan Surabaya). Kekeluargaan dan koordinatif menjadi sifatnya.
Tidak hanya memutuskan nama jaringan pada saat itu, mereka yang hadir juga berhasil merumuskan visi “Komunikasi kasih dalam kehidupan antar komunitas sekeuskupan surabaya”. Sedangkan Misinya "Menjalin hubungan dan komunikasi yang baik antar komunitas. Melaksanakan program Keuskupan serta mengadakan kegiatan bersama minimal setahun sekali.”
Dalam tugas pertamanya, para pengurus yang sudah dipilih adalah segera mencari data seluruh komunitas yang ada di wilayah Keuskupan Surabaya serta mengirimkan surat kepada mereka. Untuk meminta kesediaannya bergabung dan terlibat dalam Jarkom Kudus.
“Sebagai rencana ke depan, akan diadakan pertemuan yang lebih besar dengan melibatkan semakin banyak komunitas. Dan diharapkan dalam satu atau dua bulan ke depan, Jarkom Kudus sudah dapat dikukuhkan oleh Bapak Uskup.”
Tidak akan pernah ada paksaan atau keharusan bagi komunitas-komunitas untuk bergabung. Namun harapan terbesar yang terungkap dalam pertemuan tersebut bahwa semua komunitas mau turut bergabung dan bersatu hati dalam Jarkom Kudus. Untuk saling mengembangkan dan bersama-sama membangun Keuskupan Surabaya. (nawanto/asep)
Informasi Hubungi :
Sekretariat Jarkom Kudus
Sdr. Anselmus Budi Nawanta
HP. 085645771856
Email: jarkom.kudus@gmail.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar