195 Tahun, Saatnya Beri Kesempatan Bagi Orang Muda Katolik
Awal mulanya gereja pertama Kelsapa peninggalan Misionaris jaman Belanda ini berada di pojok Roomsche Kerkstraat/Komedie weg sekarang bernama jalan Cendrawasih sekitar wilyah Polwiltabes. Namun karena gereja pertama semakin rusak dan perkembangan umat begitu pesat. Akhirnya sekitar tahun 1822, umat merealisasikan membangun sebuah gereja berada di jalan Kepanjen/Kebunrojo yang berdampingan dengan SMAK Frateran (sebelah kanan) dan Kantor Pos Besar (sebelah kiri).
Pastor pertama kali yang bertugas di gereja Kepanjen, yakni Pastor Phillipus Wedding dan Pastor Hendricus Waanders. Namun Pastor Wedding kemudian pindah bertugas ke Batavia. Sementara Pastor Waanders menetap di Surabaya membaktikan dirinya untuk melayani umat Kepanjen dan sekitarnya.
Tidak hanya itu, gereja yang merupakan ikon kota Surabaya menjadi cagar budaya ini bergaya Geothic sering kali dikunjungi oleh wisatawan asing maupun lokal. Mereka tertarik pada gaya arsitekturnya dengan menggunakan batu bata yang tampak luar dan berbentuk salib. Dan, telah diabadikan dalam bidikan seorang fotografer dan telah menjadi bagian dari museum minim di depan balai Paroki Kelahiran Santa Perawan Maria.
Dan, tak terasa usia gereja pertama kali di Surabaya ini sudah berusia 195 Tahun. Usia ini tidak begitu pendek yang dirasakan umat Kepanjen. Begitu panjang perjuangannya dalam menumbuhkembangkan perkembangan umat dalam hidup menggereja. Hingga, berkembang sampai saat ini.
Kalau kita melihat dari sesi gedungnya tetap berdiri kokoh dan dihiasi dengan berbagai tanaman hias dan fasilitas gedung yang memadai. Seperti tanaman hias yang berada di depan gereja, balai pengobatan, ruang BIAK, ruang REKAT, ruang KOMSOS, ruang MUDIKA, ruang SSV, dan di belakang sebelah kanan dilengkapi dengan gua Maria.
Gua Maria menjadi tempat untuk berdoa umat Kepanjen maupun di luar Kepanjen. Sampai akhirnya diadakan misa Oase setiap hari Jumat pada siang hari atau saat jam istirahat makan siang. Di depan ruang Organisasi Katolik terdapat replika patung Hati Kudus Yesus. Dan, di samping kiri dibangun balai paroki yang dilengkapi dengan ruang-ruang pertemuan, salah satunya untuk Legio, ruang doa, di atasnya terdapat gedung apreasi seni maupun seminar dan dapat digunakan sebagai fasilitas olah raga, seperti olah raga Bulutangkis.
Di lantai 1 terdapat ruang sekretariat, kedai buku dan benda-benda rohani, ruang dewan paroki, ruang pembinaan untuk BIAK dan Rekat, serta ruang pastor paroki untuk konsultasi maupun kanonik.
Sangatlah memadai fasilitas gereja kita. Kita sebagai umat Kelsapa seharusnya berbangga memiliki gereja yang unik dan klasik ini. Kebangggaan ini, apakah hanya sekedar pada bentuk fisiknya. Namun, hal ini menjadi dilema bagi umat Kelsapa. Bila hanya bangga pada bentuk fisiknya saja. Berbanggalah hidup menggereja kita sebagai umat Allah. Karena kita telah dibaptis dan menjadi bagian dari anggota tubuh Gereja.
Bagian inilah yang seharusnya menjadi bahan refleksi kita sebagai umat Kelsapa dalam menyambut hari jadi gereja kita. Apakah kita telah berperan aktif menumbuhkembangkan hidup menggereja di saat mau menginjak usia yang ke 2 abad ini.
Dan, tepat sekali Hari Ulang Tahun (HUT) Gereja kita kali dengan mengusung tema, “Ini Aku Utuslah Aku, Yesaya 6:6-8.” Tema ini merupakan tema yang cukup mendasar dan mendalam. Untuk mengingatkan kita dalam hidup menggereja, terutama pelayanan kita kepada Gereja.
Kita sebagai umat Allah yang bertumpu pada PuteraNya, hendaknya melayani sesamaNya. Yakni umat kita sendiri melalui kegiatan yang telah dirumuskan oleh panitia HUT kali ini. Diantaranya Seminar Kitab Suci, Seminar Ajaran Sosial Gereja, Lomba Koor antara wilayah maupun lingkungan, Lomba Pemazmur, Lomba Membaca Kitab Suci atau seringkali pelakunya disebut Lektor, dan Merangkai Bunga.
Semarak kegiatan HUT ini merupakan bentuk aplikasi dari tema yang diusung oleh romo paroki dan panitia HUT kali ini. Dengan adanya lomba dan seminar, umat diajak semakin terlibat aktif dalam pelayanan hidup menggereja. Hingga umat semakin hidup dan lebih hidup serta kokoh berdiri menghadapi arus globalisasi.
Dan, ini yang diharapkan oleh para hirarki kepada umatnya. Keterlibatan langsung dalam hidup menggereja untuk menjadi pelayananNya, seperti menjadi petugas lektor, misdinar, perangkai bunga, pemazmur, dan anggota koor. Serta tergabung dalam organisasi katolik baik kategorial maupun lingkungan paroki.
”Seperti yang ditulis dalam bukunya oleh Alm. Rm. Mangunwijaya dengan menumbuhkembangkan Gereja Diaspora. Gereja bukan hanya milik para hirarki, melainkan miliki kita bersama. Para hirarki sebagai fasilitator dalam mendampingi umatNya. Dalam pertumbuhan iman Katoliknya.”
Terutama keterlibatan Orang Muda Katolik (OMK) kita, karena nantinya merekalah yang menjadi penerusnya. Kita sebagai umat dan pengurus yang mempunyai di atas 45 tahun. Hnedaknya mau melibatkan OMK dalam hidup menggereja.
Mengapa demikian?, karena saat ini OMK mengalami pasang surut dengan imannya yang lebih cenderung mengikuti arus globalisasi. Dengan adanya budaya yang serba instans. OMK cenderung menikmati budaya tersebut tanpa menyadari bahwa nilai-nilai yang terkandung di dalamnya meracuni OMK kita. Hingga tak sadar, mereka terbuai dengan fasilitas tersebut dan mempengaruhi pola pikir mereka dalam mengarungi hidup mereka di jamannya.
Hal ini janganlah kita biarkan, karena nasib OMK masih panjang dan salah satu penerus Gereja nantinya. Untuk itu, para hirarki dan dewan paroki harus membuka peluang lebar-lebar. Para hirarki dan dewan paroki mau memberikan fasilitas kepada mereka. Dalam bentuk kegiatan OMK sesuai keinginan mereka. Sehingga tak terasa mereka akan rindu hidup menggereja dan selalu ingin menggelar kegiatan di gereja.
Dengan begitu, apa yang ditulis dalam bukunya Alm. Romo Mangunwijaya benar-benar terwujud dalam diri umat Kepanjen. Mewujudkan keterlibatan OMK dalam segala kegiatan di gereja.
Dan, perlu diketahui keberadaan OMK saat ini lebih kreatif dan mempunyai nilai-nilai yang tinggi dalam membangun gereja. Namun hal ini menjadi dilema, dikarenakan para pengurus gereja kurang memberikan tanggung jawab dan kepercayaan kepada OMK.
Paradigma inilah yang harus kita bongkar dan mau memberikan peluang kepada OMK. Untuk terlibat aktif mengikuti kegiatan di gereja. Adanya kekeliruan dalam diri OMK itu hal biasa dan perlunya bimbingan serta arahan. Itu semua menjadi tugas dan kewajiban kita sebagai pengurus gereja untuk mendampinginya.
Bila ini kita lakukan dalam gereja kita akan semakin bertumbuh kembang pesat dengan semangat OMK melalui keteladanan putraNya.. Karena kepercayaanlah yang dibutuhkan oleh OMK. Kalau kita melihat OMK mempunyai kemauan dan kemampuan yang luar biasa. Dan, memperbolehkan OMK mengadakan kegiatan dalam lingkup besar yang dilakukan oleh OMK. Kesemuaannya panitianya dipercayakan kepada OMK. Para hirarki dan dewan paroki menjadi kontrol sosial. Sedangkan di struktur organisasi kita terdapat seksi kepemudaaan. Seksi kepemudaan di sini menjadi fasilitator dan membuat program kaderisasi untuk OMK sesuai minat dan bakat mereka. Sehingga memaksimalkan fungsi seksi kepemudaan sebagai penjembatan antara dewan paroki dengan OMK.
Jadi, alur yang dilakukan dalam menggerakkan OMK, yakni melibatkan peran serta OMK secara proaktif dalam kegiatan, mempercayakan salah satu kegiatan sepenuhnya kepada OMK, membuat program kaderisasi, dan menggelar rekoleksi. Dengan begitu terciptalah Habitus Baru bagi OMK di tengah-tengah Gereja kita. Sesuai tujuan arah dasar pastoral keuskupan Surabaya. (asep)
Jumat, 20 Agustus 2010
OMK
AKTUALISASI PERAN OMK
“Saya selaku Orang Muda Katolik (OMK) Gereja mau ke mana dan bagaimana? OMK sesungguhnya bukan sekedar bagian dari lapisan sosial dalam masyarakat. Mereka memainkan peranan penting dalam perubahan sosial.”
Kalimat di atas merupakan pertanyaan yang kritis dan pernyataan yang kritis. Berangkat dari hal tersebut kita dapat menggali lebih dalam tentang potensi yang dimiliki OMK dan sejauh mana potensi itu diaktualisasikan. Sudahkah OMK mengambil peran-peran yang strategis di alam Gereja dan masyarakat?
Apakah peran dalam arti umum tersebut juga dapat berkolaborasi dengan perannya di dalam Gereja? Seperti yang ditulis di dok. Konsili Vatikan II, hal 328 – 329 mengatakan bahwa "Angkatan muda menularkan pengaruh yang sangat penting dalam masyarakat dewasa ini. Terdorong oleh kesadaran akan kepribadian mereka sendiri yang makin matang, dan oleh gairah hidup serta semangat yang meluap, mereka menerima tanggung jawabnya sendiri dan ingin memainkan perannya di dalam kehidupan kemasyarakatan dan kebudayaan. Bila diresapi roh Kristus, dan dijiwai oleh ketaatan dan cinta terhadap gembala-gembala Gereja, semangat ini diharapkan menghasilkan buah-buah yang limpah. Mereka harus menjadi rasul angkatan muda yang pertama dan langsung, dengan menjalankan kerasulan antar mereka dan lewat mereka, sambil memerhatikan lingkungan masyarakat di mana mereka hidup."
Setelah belajar memahami peran OMK pada umumnya dan menghubungkan dengan apa yang tercantum dalam dokumen Konsili Vatiakan II; saya memahami sedikit peran OMK. Maka boleh dibilang di dalam pribadi OMK tersimpan potensi kepemimpinan dan kepeloporan. Selayaknya potensi ini diaktualisasikan secara positif dalam bidang-bidang garapan yang sesuai dengan talentanya.
Di dalam Gereja banyak bidang garapan yang dapat dikerjakan OMK. Misalnya saja KOMSOS Paroki juga ke ranah sosial lainnya. Aktualisasi diri OMK yang dikelola secara proposional pasti memberikan sumbangan yang positif untuk Gereja dan masyarakat. Dari perannya di dalam KOMSOS dapat juga berperan menjadi RT dan Karang Taruna di dalam masyarakat.
Kalau dokumen Gereja menyebutkan bahwa OMK menularkan pengaruh yang sangat penting dalam masyarakat. Di sini ditemukan potensi unik di dalam pribadi OMK. Sedangkan dalam pengertian umum dikatakan," Mereka mempunyai peran penting dalam perubahan sosial."
“Eksistensi atau gerakan OMK di dalam Gereja maupun di dalam masyarakat sangat dimungkinkan untuk berperan aktif di dalam bidang-bidang pelayanan.”
Menyandang perannya secara utuh, kepeloporannya untuk memimpin dengan komitmen yang tak diragukan. Namun untuk ke sana masih memerlukan dukungan dan bimbingan dari pihak yang lebih tua. Maka Gereja memfasilitasi mereka secara hirarki. Dengan fasilitas ini Gereja bermaksud mengoptimalkan peran mereka selaku OMK. Diharapkan dalam aktualisasi diri mereka tidak lepas dari prinsip-prinsip Gereja.
“OMK perlu dibantu untuk tumbuh dan matang di dalam iman. Ini adalah pelayanan pertama yang harus mereka terima dari Gereja.”
Benediktus XVI menambahkan "Banyak dari mereka tidak dapat mengerti dan menerima dengan cepat segala ajaran Gereja, namun tepatnya untuk alasan ini adalah penting untuk membangkitkan dalam diri mereka keinginan untuk percaya dengan Gereja, dan untuk memiliki kepercayaan bahwa Gereja ini yang dijiwai dan dibimbing oleh Roh Kudus.; adalah subyek yang benar dari iman, dan dengan masuk ke dalamnya, kita masuk berpartisipasi dalam persekutuan iman."
Dengan fasilitas yang disediakan oleh Gereja, OMK semakin mantap dalam aktualisasi diri, namun juga bertumbuh kembang dalam iman akan Kristus. Dengan demikian identitas OMK adalah harapan Gereja tidak ditelan arus zaman. ( Sr. M. LINA, SPM)
“Saya selaku Orang Muda Katolik (OMK) Gereja mau ke mana dan bagaimana? OMK sesungguhnya bukan sekedar bagian dari lapisan sosial dalam masyarakat. Mereka memainkan peranan penting dalam perubahan sosial.”
Kalimat di atas merupakan pertanyaan yang kritis dan pernyataan yang kritis. Berangkat dari hal tersebut kita dapat menggali lebih dalam tentang potensi yang dimiliki OMK dan sejauh mana potensi itu diaktualisasikan. Sudahkah OMK mengambil peran-peran yang strategis di alam Gereja dan masyarakat?
Apakah peran dalam arti umum tersebut juga dapat berkolaborasi dengan perannya di dalam Gereja? Seperti yang ditulis di dok. Konsili Vatikan II, hal 328 – 329 mengatakan bahwa "Angkatan muda menularkan pengaruh yang sangat penting dalam masyarakat dewasa ini. Terdorong oleh kesadaran akan kepribadian mereka sendiri yang makin matang, dan oleh gairah hidup serta semangat yang meluap, mereka menerima tanggung jawabnya sendiri dan ingin memainkan perannya di dalam kehidupan kemasyarakatan dan kebudayaan. Bila diresapi roh Kristus, dan dijiwai oleh ketaatan dan cinta terhadap gembala-gembala Gereja, semangat ini diharapkan menghasilkan buah-buah yang limpah. Mereka harus menjadi rasul angkatan muda yang pertama dan langsung, dengan menjalankan kerasulan antar mereka dan lewat mereka, sambil memerhatikan lingkungan masyarakat di mana mereka hidup."
Setelah belajar memahami peran OMK pada umumnya dan menghubungkan dengan apa yang tercantum dalam dokumen Konsili Vatiakan II; saya memahami sedikit peran OMK. Maka boleh dibilang di dalam pribadi OMK tersimpan potensi kepemimpinan dan kepeloporan. Selayaknya potensi ini diaktualisasikan secara positif dalam bidang-bidang garapan yang sesuai dengan talentanya.
Di dalam Gereja banyak bidang garapan yang dapat dikerjakan OMK. Misalnya saja KOMSOS Paroki juga ke ranah sosial lainnya. Aktualisasi diri OMK yang dikelola secara proposional pasti memberikan sumbangan yang positif untuk Gereja dan masyarakat. Dari perannya di dalam KOMSOS dapat juga berperan menjadi RT dan Karang Taruna di dalam masyarakat.
Kalau dokumen Gereja menyebutkan bahwa OMK menularkan pengaruh yang sangat penting dalam masyarakat. Di sini ditemukan potensi unik di dalam pribadi OMK. Sedangkan dalam pengertian umum dikatakan," Mereka mempunyai peran penting dalam perubahan sosial."
“Eksistensi atau gerakan OMK di dalam Gereja maupun di dalam masyarakat sangat dimungkinkan untuk berperan aktif di dalam bidang-bidang pelayanan.”
Menyandang perannya secara utuh, kepeloporannya untuk memimpin dengan komitmen yang tak diragukan. Namun untuk ke sana masih memerlukan dukungan dan bimbingan dari pihak yang lebih tua. Maka Gereja memfasilitasi mereka secara hirarki. Dengan fasilitas ini Gereja bermaksud mengoptimalkan peran mereka selaku OMK. Diharapkan dalam aktualisasi diri mereka tidak lepas dari prinsip-prinsip Gereja.
“OMK perlu dibantu untuk tumbuh dan matang di dalam iman. Ini adalah pelayanan pertama yang harus mereka terima dari Gereja.”
Benediktus XVI menambahkan "Banyak dari mereka tidak dapat mengerti dan menerima dengan cepat segala ajaran Gereja, namun tepatnya untuk alasan ini adalah penting untuk membangkitkan dalam diri mereka keinginan untuk percaya dengan Gereja, dan untuk memiliki kepercayaan bahwa Gereja ini yang dijiwai dan dibimbing oleh Roh Kudus.; adalah subyek yang benar dari iman, dan dengan masuk ke dalamnya, kita masuk berpartisipasi dalam persekutuan iman."
Dengan fasilitas yang disediakan oleh Gereja, OMK semakin mantap dalam aktualisasi diri, namun juga bertumbuh kembang dalam iman akan Kristus. Dengan demikian identitas OMK adalah harapan Gereja tidak ditelan arus zaman. ( Sr. M. LINA, SPM)
Sabtu, 14 Agustus 2010
OMK
PASANG SURUT ORGANISASI ORANG MUDA KATOLIK (OMK)
Orang Muda Katolik (OMK) di Paroki Kelahiran Santa Perawan Maria (Kelsapa) Surabaya memang masih aktif, lihat saja BIAK, Rekat, Mudika dan Misdinar. Namun, ada juga orka OMK yang susah diajak untuk bekerja sama. Beberapa tahun lalu pernah mengadakan kegiatan seperti acara sinterklas yang diadakan BIAK (Bina Iman Anak Katolik) dan drama musikal yang diadakan Mudika. Saat itu, orka-orka masih mudah bekerja sama tanpa pikir panjang langsung kerja, jauh berbeda dengan saat ini.
Saat ini orka-orka susah! Untuk diajak kerja sama dengan berbagai macam alasan. Hal ini dikuatkan Stefanus Agus Kristiawan, ketua Mudika. OMK yang aktif secara langsung dalam kegiatan di paroki sangat sedikit. Jika dibandingkan dengan yang belum mau terlibat secara langsung dalam kegiatan dan kepengurusan yang ada di paroki, keluhnya.
Senada yang dikatakan Kuncoro Kohar, mantan Ketua Remaja Katolik (REKAT) mengakui belum terjalinnya kerja sama. Pernah diadakan misa misioner pada tahun 2008 dengan maksud dan tujuan menjaring OMK untuk kaderisasi dan melanjutkan kembali misa misioner agar dapat berpartisipasi. Namun, disayangkan sampai saat ini belum diadakan lagi, katanya.
Hal ini juga diungkapkan oleh Lazarus L.N. ketua kelompok paduan suara Epifani, belum pernah mengadakan kerja sama. Karena kelompok paduan suara Epifani baru terbentuk kurang lebih setahun yang lalu. Bukan berarti kelompok paduan suara ini menutup diri untuk bekerja sama. Kalau ada OMK yang mengajak kelompok paduan suara Epifani, kami menyetujuinya. “Jika kelompok paduan suara Epifani ada kegiatan yang membutuhkan OMK untuk berpartisipasi, kami akan mengajaknya” ungkap Lazarus.
Sedangkan, Olivier Chunnardi, ketua BIAK BIAK selama ini sudah bekerja sama dengan Orka OMK lainnya, khususnya REKAT. “Untuk Orka OMK lainnya masih belum pernah diajak kerjasama” kata Chun, sapa akrapnya.
PERSOALAN YANG TERJADI
Tren saat ini. Adalah hal yang sering terjadi dalam kehidupan zaman sekarang. Seperti buah-buahan kalau lagi musim panen dapat ditemui di mana-mana, Lalu bagaimana tren kehidupan Orka OMK dalam menggereja dewasa ini? Apakah setiap kegiatan sudah ada tindak lanjut yang berkelanjutan, ataukah masih mengikuti tren zaman sekarang yang hanya booming sesaat lalu tenggelam?
Dewan Pastoral Paroki Kelsapa sudah melakukan berbagai tindakan yang kongkret, salah satunya berupa dana. “Dana bukanlah yang menjadi hambatan utama. Dewan pastoral pasti memberikan dana asalkan tujuan kegiatannya jelas,” kata Stefanus.
Lanny Hartani selaku ketua lektor menambahkan kurangnya koordinasi dan keterbatasan waktu yang menjadi salah satu hambatan. “Sejauh ini paroki memang sudah mewadahi Orka OMK yang ada. Namun, kurang memotivasi kaum mudanya agar mau terlibat dalam Orka OMK yang ada” tambahnya. Sehingga yang terlibat dalam kegiatan yang diadakan paroki tetaplah orang-orang yang sama.
Hambatan lainnya, untuk mengumpulkan OMK saja sangat susah terutama pada waktu ada kegiatan, seperti beberapa tahun lalu, ketika ada misa misioner. Banyak di antara Orka OMK yang susah dihubungi dengan berbagai alasan, imbuh Lanny.
Permasalahan ini ditanggapi oleh Fransiskus Hangky Kosasih, Ketua II Dewan Pastoral Paroki tidak mengetahui secara persis permasalahan yang terjadi di OMK. “Sebenarnya OMK sendirilah yang tahu apa permasalahan yang terjadi,” jelasnya.
Tanggapan Kosasih ini, ditepis oleh Lazarus bahwa alangkah lebih baiknya kalau dari pihak paroki mau terjun langsung ke lapangan. Sehingga mengetahui persoalan yang dihadapi oleh OMK. Jangan hanya merencanakan program-program saja, OMK butuh pendampingan dan pembinaan.
Namun, Kosasih juga menyayangkan OMK saat ini terlalu sibuk dengan kegiatan di luar gereja sehingga kurang atau belum aktif dalam kegiatan gereja. Lalu, siapa lagi yang akan berperan katakanlah 5 tahun mendatang gereja kita sebagai gereja tua yang bergaya Goethic ini sudah tidak ada umatnya karena OMK tidak mau terlibat kepengurusan, sibuk sendiri dalam dunianya di luar gereja. Hal itu sangat memprihatinkan, keluhnya. Dan, ini menjadi tanggung jawab kita bersama sebagai orang-orang yang dituakan dalam hidup menggereja.
JALAN KELUAR
Untuk membentuk kerja sama yang baik membutuhkan modal. Modal yang dimaksud bukanlah uang atau barang. Melainkan modal iman, kepercayaan, dan kemauan. Tanpa hal-hal tersebut, kerjasama yang dicapai kurang maksimal.
Lazarus L. N. menngungkapkan tidak boleh ada tendensi apa-apa dalam menjalin kerja sama. Apabila tercapai kondisi tersebut, maka kegiatan dalam Orka tidak berjalan lancar. Dalam menjalin kerja sama, diharapkan ada semangat dan kepercayaan antar Orka OMK. Hal tersebut harus diimbangi dengan komunikasi. Komunikasi merupakan kunci utama dalam menjalin kerjasama. Seperti yang digaungkan dalam arah dasar dari Keuskupan pada bulan November lalu.
Dalam suatu hubungan, jika terjadi miskom (miskin komunikasi) dengan teman-teman yang ada di Orka OMK lainnya, dapat berakibat terjadi salah paham, ungkapnya.
“Jangan ada perasaan sungkan dan minder serta merasa dirinya paling pintar dalam menjalin kerja sama antar Orka OMK lainnya. Karena dengan begitu komunikasi akan lancar. Sehingga semua Orka OMK dapat saling bekerja sama” jabarnya. Proses komunikasi lainnya dengan pendekatan persuasif melalui masing-masing anggota Orka OMK lainnya maupun dengan OMK di tingkatan wilayah maupun lingkungan.
Pendekatan yang dilakukan yakni mendatangi rumah anggota-anggota Orka OMK lainnya. Kalau proses pendekatan itu sudah lancar, untuk mengajak anggota-anggota Orka OMK lainnya tidak susah. Setelah pendekatan persuasif baru mengadakan pertemuan rutin antar Orka OMK, jangan hanya ketika ada acara-acara besar baru berkumpul.
Kekuatan lainnya terletak pada semangat dan kemauan. Sehingga ketika ada kritikan tetap jalan terus. Sebab dengan kritikan dapat menjadi acuan ke depan yang lebih baik.
Dari pihak Dewan Pastoral Paroki mengharapkan, “OMK dapat ikut berperan aktif dalam kegiatan hidup menggereja”. Hal itu sesuai dengan arah dasar Keuskupan tahun 2010-2019 yakni “Gereja Keuskupan Surabaya sebagai Persekutuan Murid-Murid Kristus yang Semakin Dewasa Dalam Iman, Guyub, Penuh Pelayanan, dan misioner”. untuk mewujudkan hal tersebut diatas, “OMK hendaknya mulai sekarang sudah mempunyai program kegiatan rutin baik untuk jangka pendek dan jangka panjang (5 tahun atau 10 tahun) mendatang,” tutur Hangky Kosasih.
Ketua II Dewan Pastoral Paroki ini mencontohkan, dalam bidang liturgi dibutuhkan peran serta dalam menjadi misdinar, lektor, koor, dan lain-lain.
Ia juga mengajak agar semua OMK yang ada di paroki ini mau bergabung dalan kegiatan dan kepengurusan tanpa membedakan Orka-Orka yang satu dengan yang lain.
Dan, Kuncoro menambahkan selain itu perlunya kepercayaan dari dewan paroki untuk menyerahkan sepenuhnya kegiatan dalam lingkup besar ditangani oleh OMK. Dengan begitu OMK dapat belajar lebih banyak, terutama tanggung jawab dalam hidup menggereja.
“Dewan Paroki saat ini bertindak sebagai fasilitator dan kontrol pada gerakan OMK, “ keluhnya. (KOMSOS KELSAPA)
Orang Muda Katolik (OMK) di Paroki Kelahiran Santa Perawan Maria (Kelsapa) Surabaya memang masih aktif, lihat saja BIAK, Rekat, Mudika dan Misdinar. Namun, ada juga orka OMK yang susah diajak untuk bekerja sama. Beberapa tahun lalu pernah mengadakan kegiatan seperti acara sinterklas yang diadakan BIAK (Bina Iman Anak Katolik) dan drama musikal yang diadakan Mudika. Saat itu, orka-orka masih mudah bekerja sama tanpa pikir panjang langsung kerja, jauh berbeda dengan saat ini.
Saat ini orka-orka susah! Untuk diajak kerja sama dengan berbagai macam alasan. Hal ini dikuatkan Stefanus Agus Kristiawan, ketua Mudika. OMK yang aktif secara langsung dalam kegiatan di paroki sangat sedikit. Jika dibandingkan dengan yang belum mau terlibat secara langsung dalam kegiatan dan kepengurusan yang ada di paroki, keluhnya.
Senada yang dikatakan Kuncoro Kohar, mantan Ketua Remaja Katolik (REKAT) mengakui belum terjalinnya kerja sama. Pernah diadakan misa misioner pada tahun 2008 dengan maksud dan tujuan menjaring OMK untuk kaderisasi dan melanjutkan kembali misa misioner agar dapat berpartisipasi. Namun, disayangkan sampai saat ini belum diadakan lagi, katanya.
Hal ini juga diungkapkan oleh Lazarus L.N. ketua kelompok paduan suara Epifani, belum pernah mengadakan kerja sama. Karena kelompok paduan suara Epifani baru terbentuk kurang lebih setahun yang lalu. Bukan berarti kelompok paduan suara ini menutup diri untuk bekerja sama. Kalau ada OMK yang mengajak kelompok paduan suara Epifani, kami menyetujuinya. “Jika kelompok paduan suara Epifani ada kegiatan yang membutuhkan OMK untuk berpartisipasi, kami akan mengajaknya” ungkap Lazarus.
Sedangkan, Olivier Chunnardi, ketua BIAK BIAK selama ini sudah bekerja sama dengan Orka OMK lainnya, khususnya REKAT. “Untuk Orka OMK lainnya masih belum pernah diajak kerjasama” kata Chun, sapa akrapnya.
PERSOALAN YANG TERJADI
Tren saat ini. Adalah hal yang sering terjadi dalam kehidupan zaman sekarang. Seperti buah-buahan kalau lagi musim panen dapat ditemui di mana-mana, Lalu bagaimana tren kehidupan Orka OMK dalam menggereja dewasa ini? Apakah setiap kegiatan sudah ada tindak lanjut yang berkelanjutan, ataukah masih mengikuti tren zaman sekarang yang hanya booming sesaat lalu tenggelam?
Dewan Pastoral Paroki Kelsapa sudah melakukan berbagai tindakan yang kongkret, salah satunya berupa dana. “Dana bukanlah yang menjadi hambatan utama. Dewan pastoral pasti memberikan dana asalkan tujuan kegiatannya jelas,” kata Stefanus.
Lanny Hartani selaku ketua lektor menambahkan kurangnya koordinasi dan keterbatasan waktu yang menjadi salah satu hambatan. “Sejauh ini paroki memang sudah mewadahi Orka OMK yang ada. Namun, kurang memotivasi kaum mudanya agar mau terlibat dalam Orka OMK yang ada” tambahnya. Sehingga yang terlibat dalam kegiatan yang diadakan paroki tetaplah orang-orang yang sama.
Hambatan lainnya, untuk mengumpulkan OMK saja sangat susah terutama pada waktu ada kegiatan, seperti beberapa tahun lalu, ketika ada misa misioner. Banyak di antara Orka OMK yang susah dihubungi dengan berbagai alasan, imbuh Lanny.
Permasalahan ini ditanggapi oleh Fransiskus Hangky Kosasih, Ketua II Dewan Pastoral Paroki tidak mengetahui secara persis permasalahan yang terjadi di OMK. “Sebenarnya OMK sendirilah yang tahu apa permasalahan yang terjadi,” jelasnya.
Tanggapan Kosasih ini, ditepis oleh Lazarus bahwa alangkah lebih baiknya kalau dari pihak paroki mau terjun langsung ke lapangan. Sehingga mengetahui persoalan yang dihadapi oleh OMK. Jangan hanya merencanakan program-program saja, OMK butuh pendampingan dan pembinaan.
Namun, Kosasih juga menyayangkan OMK saat ini terlalu sibuk dengan kegiatan di luar gereja sehingga kurang atau belum aktif dalam kegiatan gereja. Lalu, siapa lagi yang akan berperan katakanlah 5 tahun mendatang gereja kita sebagai gereja tua yang bergaya Goethic ini sudah tidak ada umatnya karena OMK tidak mau terlibat kepengurusan, sibuk sendiri dalam dunianya di luar gereja. Hal itu sangat memprihatinkan, keluhnya. Dan, ini menjadi tanggung jawab kita bersama sebagai orang-orang yang dituakan dalam hidup menggereja.
JALAN KELUAR
Untuk membentuk kerja sama yang baik membutuhkan modal. Modal yang dimaksud bukanlah uang atau barang. Melainkan modal iman, kepercayaan, dan kemauan. Tanpa hal-hal tersebut, kerjasama yang dicapai kurang maksimal.
Lazarus L. N. menngungkapkan tidak boleh ada tendensi apa-apa dalam menjalin kerja sama. Apabila tercapai kondisi tersebut, maka kegiatan dalam Orka tidak berjalan lancar. Dalam menjalin kerja sama, diharapkan ada semangat dan kepercayaan antar Orka OMK. Hal tersebut harus diimbangi dengan komunikasi. Komunikasi merupakan kunci utama dalam menjalin kerjasama. Seperti yang digaungkan dalam arah dasar dari Keuskupan pada bulan November lalu.
Dalam suatu hubungan, jika terjadi miskom (miskin komunikasi) dengan teman-teman yang ada di Orka OMK lainnya, dapat berakibat terjadi salah paham, ungkapnya.
“Jangan ada perasaan sungkan dan minder serta merasa dirinya paling pintar dalam menjalin kerja sama antar Orka OMK lainnya. Karena dengan begitu komunikasi akan lancar. Sehingga semua Orka OMK dapat saling bekerja sama” jabarnya. Proses komunikasi lainnya dengan pendekatan persuasif melalui masing-masing anggota Orka OMK lainnya maupun dengan OMK di tingkatan wilayah maupun lingkungan.
Pendekatan yang dilakukan yakni mendatangi rumah anggota-anggota Orka OMK lainnya. Kalau proses pendekatan itu sudah lancar, untuk mengajak anggota-anggota Orka OMK lainnya tidak susah. Setelah pendekatan persuasif baru mengadakan pertemuan rutin antar Orka OMK, jangan hanya ketika ada acara-acara besar baru berkumpul.
Kekuatan lainnya terletak pada semangat dan kemauan. Sehingga ketika ada kritikan tetap jalan terus. Sebab dengan kritikan dapat menjadi acuan ke depan yang lebih baik.
Dari pihak Dewan Pastoral Paroki mengharapkan, “OMK dapat ikut berperan aktif dalam kegiatan hidup menggereja”. Hal itu sesuai dengan arah dasar Keuskupan tahun 2010-2019 yakni “Gereja Keuskupan Surabaya sebagai Persekutuan Murid-Murid Kristus yang Semakin Dewasa Dalam Iman, Guyub, Penuh Pelayanan, dan misioner”. untuk mewujudkan hal tersebut diatas, “OMK hendaknya mulai sekarang sudah mempunyai program kegiatan rutin baik untuk jangka pendek dan jangka panjang (5 tahun atau 10 tahun) mendatang,” tutur Hangky Kosasih.
Ketua II Dewan Pastoral Paroki ini mencontohkan, dalam bidang liturgi dibutuhkan peran serta dalam menjadi misdinar, lektor, koor, dan lain-lain.
Ia juga mengajak agar semua OMK yang ada di paroki ini mau bergabung dalan kegiatan dan kepengurusan tanpa membedakan Orka-Orka yang satu dengan yang lain.
Dan, Kuncoro menambahkan selain itu perlunya kepercayaan dari dewan paroki untuk menyerahkan sepenuhnya kegiatan dalam lingkup besar ditangani oleh OMK. Dengan begitu OMK dapat belajar lebih banyak, terutama tanggung jawab dalam hidup menggereja.
“Dewan Paroki saat ini bertindak sebagai fasilitator dan kontrol pada gerakan OMK, “ keluhnya. (KOMSOS KELSAPA)
Selasa, 03 Agustus 2010
UYC II di Pacet, Mojokerto
Belajar Menanam Padi di UYC II, Pacet Mojokerto
Memperingati 475 Tahun Ordo Santa Ursula berkarya dalam dunia pendidikan di Indonesia. Sekolah-sekolah dibawah naungan Ordo Santa Ursula se-Indonesia mengelar Ursuline’s Youth Camp II (UYC II).
UYC II ini mengusung tema “Bertekun dan Maju Sampai Akhir” diadakan di Mojopahit Agro Lestari (MAL), Pacet, Mojokerto, mulai Senin (2/8) sampai Kamis (5/8). “Peserta UYC II ini terdiri dari sekolah-sekolah dibawah ordo suster-suster Ursulin di Indonesia. Diantaranya, 29 sekolah dari 14 komunitas seperti Jakarta, Tangerang, Bandung, Surabaya, Sukabumi, Solo, Klaten, Madiun, Ende-Flores dan Sulawesi Utara," ujar koordinator kegiatan, Martinus Eko Nugroho.
Peserta UYC II saat tiba, langsung didapuk membuat mading bertemakan St. Angela Corner. Semua mading berbahan dasar dari daur ulang dan memanfaatkan barang-barang bekas. Ada yang membuat replika St. Angela dan ada yang memamerkan kebudayaan seni dari Bandung, yakni Angklung.
Setelah peserta membuat mading St. Angela Corner, sore harinya sekitar pukul 17.00 Wib digelar Opening Party UYC II dan dibuka dengan 55 penari Remo dari SMP dan SMA Santa Maria Surabaya.
Sebelum para peserta menampilkan yel-yel mereka dengan atraktif dan unik. Dalam opening party, dikibarkan seluruh bendera peserta dan bendera berlogo UYC II serta menyanyikan lagu Mars UYC II. Kegiatan itu diiringi oleh orkestra SMP Santa Maria Surabaya. Tak ketinggalan pula, lagu Serviam dikumandangkan oleh paduan suara SMA Santa Maria dengan penuh semangat.
Selepas itu, Sr. Agatha Linda Chandra, OSU selaku inspektur upacara UYC II mengalungkan Id Card kepada 2 orang perwakilan peserta sebagai tanda dibuka dan dimulainya seluruh rangkaian kegiatan UYC II dengan ditandai pula dengan tabuhan drum yang menggema.
Usai upacara pembukaan, seksi acara menampilkan operet St. Angela. Operet ini diperankan oleh siswa-siswi SMP dan SMP Santa Maria Surabaya. Mengisahkan rangkaian perjalanan hidup St. Angela semasa mudanya.
”Wah, operetnya begitu menyentuh. Sungguh ini memberi inspirasi aku untuk terus berkarya, mandiri, jujur, bertanggung jawab, dan peduli pada sesama,” aku Tomy salah satu peserta kontingen dari Surabaya.
Pentas seni pun digelar di arena utama dengan pengisi acara dari empat kontigen. 2 diantaranya kontigen Jakarta dan Madiun. Kontigen Jakarta menampilkan ciri khas mereka, yakni musik kolaborasi dan kesenian daerah Betawi. Sedangkan kontigen Madiun menampilkan ekstrakurikuler mereka, yakni kesenian Barongsai yang memukau.
Keesokan harinya, Selasa (3/8) Martinus selaku koordinator kegiatan mengatakan ada kegiatan fun games juga. Fun Games merupakan muatan lokal pembelajaran nilai-nilai kehidupan. Pembelajaran nilai di sini untuk lebih menekankan kepedulian peserta pada kegiatan pertanian. Peserta diajarkan bagaimana cara memilih bibit padi IR64 yang baik. Kemudian, membajak sawah sampai menanam padi. Peserta terlihat tidak merasa canggung, ketika melakukan aktivitas tersebut bersama para tutor pembimbing.
Seperti yang dituturkan oleh Yopi, alumni Universitas Negeri Jogyakarta peserta UYC ini, ”Mereka terlihat berani dan semangat menanam padi. Meski hampir seluruh badan peserta berlepotan lumpur. Tapi, tak menjadi kendala. Semangat para pesrta luar biasa dan antusias. Plusnya lagi, mereka serius mendengarkan para tutor saat cara memilih bibit padi yang akan ditanam di sawah. Ini sesuatu yang luar biasa untuk anak-anak seusia mereka, ”tuturnya.
”Selain belajar menanam padi, peserta juga diajak untuk memacu adrenalinnya di ruang terbuka dengan melakukan aktivitas seperti flying foc, susur sungai, dan bermain sepak bola lumpur. Wah, pokoknya seru dan asyik sekali,” imbuh Martinus. (pras)
Minggu, 01 Agustus 2010
Semarak 475 Tahun Ordo Santa Ursula
Gelar UYC II di Pacet, Mojokerto
Setelah sukses menggelar Pentas Budaya dengan tajuk drama kolosal yang dimainkan kurang lebih 700 siswa-siswi Santa Maria, Yayasan Paratha Bhakti, di Super Mall, Pakuwon Trade Center pada bulan Februari yang lalu. Dengan mengusung isu sosial kemasyarakatan, yakni culture and art. Terutama keprihatinan terhadap urbanisasi. Urbanisasi ini mengangkat keprihitanan masyarakat desa yang tertarik dengan pola hidup di kota.
Kesuksesan ini tidak ingin sirna begitu saja di mata hati para pendidik yang berada dalam naungan suster-suster Ursulin di Indonesia. Kesuksesan ini digaungkan kembali dalam Ursulin Youth Camp II (UYC).
Dari sinilah suster-suster Ursulin ingin mengadakan kembali UYC yang kedua. UYC II ini diadakan di Mojopahit Agro Lestari (MAL), hotel Sativa Pacet, Mojokerto, Jawa Timur. Diikuti oleh ratusan siswa-siswi di seluruh sekolah-sekolah Ursulin se-Indonesia.
Kali ini, UYC II mengusung tema “Bertekun dan Maju Sampai Akhir”. Thema dibuat oleh Sr. Widhi, Kepala Satuan Pendidikan SMP Santa Maria Surabaya lengkap dengan logo yang terinspirasi dari Regula Prakata St. Angela : 10. Logo ini melambangkan kegembiraan kaum muda yang selalu melangkah jejaknya terus maju sampai akhir. Dengan bimbingan Tuhan dalam menjalani relasi hidup di dunia ini. Sebagai kaum muda yang mempunyai semangat tinggi dipanggil untuk diutus oleh Allah menjadi saksi-saksiNya. Melalui ketahanan dan ketekunannya seturut teladan Santa Angela.
Tujuan dari Kegiatan Ursulin Youth Camp II ini diantaranya menanamkan dan mengembangkan semangat hidup Santa Angela, membangun generasi baru kaum muda yang kreatif dan inovatif, memberi pembekalan keterampilan yang dapat dipakai untuk hidup kaum muda, menanamkan semangat cinta budaya kepada generasi muda, serta membina persatuan di antara generasi muda yang dibimbing oleh Suster Ursulin.
JUMPA PERS
Pada kesempatan ini, seksi publikasi UYC II menggelar jumpa Pers. Jumpa Pers diadakan di ruang Romana SMA Santa Maria dengan dibuka tari Remo, Rabu (28/7) yang lalu. Rencananya tari Remo sebagai tari pembuka dalam UYC II. Yang dibawahkan oleh siswa-siswi SMP dan SMA Santa Maria Surabaya.
UYC II tersebut berlangsung dari tanggal 2 - 5 Agustus 2010. Dan, pesertanya berasal dari siswa -siswi yang tergabung dalam sekolah-sekolah Ursulin se-Indonesia. "Mereka berasal dari 29 sekolah dari berbagai kota seperti Jakarta, Tangerang, Bandung, Surabaya, Sukabumi, Solo, Klaten, Madiun, Ende-Flores dan Sulawesi Utara," ujar koordinator kegiatan, Martinus Eko Nugroho pada jumpa pers.
Dalam kegiatan yang menjadi agenda wajib dua tahunan tersebut, peserta akan melakukan penanaman seribu pohon jenis pohon kayu putih di beberapa tempat di bantaran sungai Pacet.
Nantinya, panitia akan bekerja sama dengan warga sekitar untuk merawat dan melestarikan pohon-pohon yang ditanam. "Hasilnya bisa berguna bagi warga, antara lain untuk pemanfaatan minyak kayu putih, jelas Martinus.
Selain penanaman pohon atau reboisasi, Martinus juga menambahkan bahwa di Pacet juga digelar berbagai kegiatan, seperti Santa Angela Corner, Kewirausahaan, Pertanian, dan Bakti Sosial untuk masyarakat sekitar, tambahnya.
Lanjut, Bernadetha T. Meno selaku koordinator acara mengatakan di UYC II ini ada pentas karya seni atau panggung budaya. Pentas karya seni sebagai bentuk visualisasi dari kegiatan yang mereka lakukan di lokasi. Outbond juga digelar di UYC II ini dengan menumbuhkembangkan nilai-nilai kepribadian siswa-siswi.
Dan, setiap kota akan menampilkan karya seni yang berbeda-beda dan unik. Sesuai situasi dan kondisi yang mereka lihat di kegiatan. Ini penting sekali, karena saat ini kaum muda semakin tergerus budaya asing. Dengan adanya ini kaum muda terutama siswa-siswi dibawah naungan Ordo Ursulin diajak menumbuhkembangkan kekayaan budaya dan seni Indonesia, jabarnya. (asep)
Selasa, 20 Juli 2010
Ajang Bergengsi
Giliran SanMar, Jadi Tuan Rumah Road Show Honda DBL
Setelah beberapa sekolah menengah atas dari peserta Honda DBL East Java Series North Region menjadi tuan rumah Road Show. Kini, giliran SMA Santa Maria berketempatan Road Show Honda DBL, Rabu lalu (14/7), tepatnya di Bangsal SMA Santa Maria.
Road Show dimulai pukul 08.00 WIB dengan aksi dari tim bakset putera dan putri SanMar dengan strategi dan teknik permainan tim kesayangan kita. Kurang lebih 1 jam, Crew Deteksi memadu aksi dari tim basket SanMar.
Lanjut, sekitar pukul 09.00 WIB siswa-siswi kelas X memasuki bangsal dengan membentuk garis lurus atau sejajar dari masing-masing kelas. Didampingi wali kelas masing-masing dan beberapa guru-guru beserta Kepala Satuan Pendidikan kita, yakni Sr. Fitri, OSU.
“Dan, masih dalam suasana MOS siswa-siswi kelas X mengenakan seragam Serviam dan scraf berbagai warna. Serviam merupakan kebanggaan sekolah kita, karena bagian dari penanaman nilai dan karakter sebagai generasi muda yang mau peka dan peduli terhadap masyarakat sekitar. Tidak hanya intelektual saja yang ditumbuhkembangkan dalam diri siswa-siswi kita.”
Dengan sigap Crew Deteksi menyambut siswa-siswi kelas X. ”Apa kabar semua?”, sapanya. Dengan lantang siswa-siswi kelas X menjawab Luar Biasa.......................!!. Tak lama kemudian, Crew Deteksi mengajak siswa-siswi kelas X. Untuk meneriakkan yel-yel dari masing-masing kelas. Paling menarik dari yel-yel kelas X ini, yakni kelas X4. Penuh aksi dan atraktif lengkap dengan goyangannya.
Kelas X4 layak mendapat souvenir cantik dari Honda DBL. Tak ketinggalan pula, Sr. Fitri memberikan sambut kepada Crew Deteksi dihadapkan ratusan siswa-siswi kelas X. Sr. Fitri mendukung sepenuhnya kepada tim basket putra, putri, dan modern dance SanMar diajang Honda DBL East Java Series North Region 2010. ”Saya, guru-guru, dan siswa-siswi kelas XI serta kelas XII akan hadir di Opening Party-Pertandingan kalian di DBL Arena. Namun kelas X mungkin beberapa tidak hadir dan capek, karena masih dalam rangka MOS luar kota di Sasana Krida, Trawas, Jatijejer,” dukung Kepala Satuan Pendidikan.
Namun hal ini, bagi Aji selaku kapten tim basket putra mengharapkan sepenuhnya hadir di pertandingan bergengsi ini. Karena ini merupakan support bagi kami semua yang bertanding di DBL Arena, harapnya.
Selanjutnya, Road Show ini dimeriahkan oleh modern dance dan aksi tim basket kita Melalui permainan try point yang diwakil oleh kelas X dan tim basket ball SanMar. Serta, foto bersama dengan Sr. Fitri dan F.X. Rudy Prasetya selaku humas SMA Santa Maria.
Dan, hasilnya pertandingan Opening Party di DBL Arena dimenangkan oleh tim basket putra SMA Santa Maria. Viva SanMar. (asep)
Selasa, 13 Juli 2010
Cermin
KETIKA..................
Ketika kerjamu tidak dihargai, maka kau sedang belajar tentang KETULUSAN,
Ketika usahamu dinilai tidak penting, maka kau sedang belajar KEIKHLASAN,
Ketika hatimu terluka sangat dalam, kau sedang belajar tentang MEMAAFKAN,
Ketika kau harus lelah / kecewa, maka kau sedang belajar tentang KESUNGGUHAN,
Ketika kau merasa sepi & sendiri, maka kau sedang belajar tentang KETANGGUHAN,
Ketika kau harus membayar biaya yang sebenarnya tidak perlu kau tanggung,
maka kau sedang belajar tentang KEMURAHAN HATI.
TUHAN menempatkan kita ditempat kita sekarang bukan KEBETULAN. Kita tidak pernah berjalan sendiri.(NET)
Ketika kerjamu tidak dihargai, maka kau sedang belajar tentang KETULUSAN,
Ketika usahamu dinilai tidak penting, maka kau sedang belajar KEIKHLASAN,
Ketika hatimu terluka sangat dalam, kau sedang belajar tentang MEMAAFKAN,
Ketika kau harus lelah / kecewa, maka kau sedang belajar tentang KESUNGGUHAN,
Ketika kau merasa sepi & sendiri, maka kau sedang belajar tentang KETANGGUHAN,
Ketika kau harus membayar biaya yang sebenarnya tidak perlu kau tanggung,
maka kau sedang belajar tentang KEMURAHAN HATI.
TUHAN menempatkan kita ditempat kita sekarang bukan KEBETULAN. Kita tidak pernah berjalan sendiri.(NET)
Minggu, 04 Juli 2010
Cermin
oleh: Ev. Bedjo Lie, S.E., M.Div.
“Semakin sombong seseorang semakin ia membenci kesombongan dalam diri orang lain.”
(C. S. Lewis)
Suatu malam, seorang mahasiswa berkata kepada saya dalam pergumulannya, “Pak, saya sedang bergumul dengan diri saya. Saya merasa sombong dan ini mengganggu saya.” Melihat ekspresi wajahnya yang serius dan tulus, saya menjawabnya, “Tenang saja, kesombonganmu jelas masih dalam taraf yang belum puncak. Pernyataanmu bahwa kamu merasa sombong menunjukkan bahwa kamu tidak benar-benar sombong.” Setelah itu kami berbicara panjang lebar dan saling mendukung.
Komentar saya di atas mencerminkan sebuah keyakinan bahwa mereka yang sombong total biasanya tidak menyadari kesombongannya dan mereka yang mampu mengakui kesombongannya, masih memiliki sisa-sisa kerendahan hati.. Hal ini seperti, orang yang agak mabuk sadar bahwa ia agak mabuk, namun orang yang mabuk total tidak sadar bahwa ia mabuk; atau orang yang setengah tertidur sadar bahwa ia setengah tertidur, tetapi mereka yang tertidur lelap tidak sadar bahwa ia sedang tertidur.
Nah, dalam pergulatan melawan dosa yang sama sekali tidak pantas ini, saya tiba pada karya C. S. Lewis, seorang profesor Cambridge yang menulis buku Mere Christianity dan banyak novel seperti The Chronicles of Narnia.
Jika C. S. Lewis ditanya tentang ciri-ciri orang sombong, jelas sekali ia akan menjawab: “orang sombong adalah orang yang sering kali tersinggung dengan orang sombong lainnya.” Kalimat itu bukan kata-katanya, tetapi rangkuman dari pemahamannya. Dalam bahasanya sendiri, ia berkata bahwa kesombongan adalah dosa yang “semakin kita memilikinya semakin kita tidak menyukainya dalam diri orang lain.” Pendeknya, ketika Anda tidak terima, jengkel, dan tersinggung dengan orang yang Anda anggap sombong, sangat mungkin kesombongan dalam diri Anda sedang memberontak melawan kesombongan orang lain. “Emangnya dia aja yang bisa, gua juga bisa tahu!” Begitulah ketika orang sombong tersinggung dengan orang sombong lainnya.
Kebenarannya adalah, semakin sering Anda tersinggung dan tidak menyukai orang-orang yang Anda anggap sombong, semakin mungkin bahwa Anda sendiri adalah orang yang sombong.
Pertama-tama, saya kurang sreg dengan pemikiran C. S. Lewis ini. Bukankah mungkin, seseorang yang pandai menganalisa orang lain (misalnya: psikolog) mampu menemukan kesombongan dalam diri orang lain tanpa terjatuh dalam kesombongan yang sama? Begitu kata saya dalam hati (dan mungkin juga Anda!). Namun, jelaslah bahwa hal ini adalah kesalahpahaman terhadap pemikiran C. S. Lewis. Ia tidak berkata bahwa orang yang sombong adalah orang yang mampu menemukan kesombongan orang lain, tetapi bahwa orang yang sombong adalah orang yang tidak menyukai kesombongan dalam diri orang lain. Selanjutnya, yang harus diingat adalah bahwa motivasi ketidaksukaan (dalam pemikiran C.. S. Lewis) ini bukanlah karena kita tahu bahwa kesombongan itu ditentang Allah, melainkan karena kita merasa tersinggung, marah dan tidak suka ketika ada orang yang menyombongkan diri di hadapan kita. Nah, kesombongan jenis inilah yang dibicarakan C. S. Lewis.
Pemikiran C. S. Lewis di atas sungguh sederhana sekaligus mendalam karena ia telah berhasil menemukan ciri-ciri orang yang sombong, bahkan mungkin ciri yang terutama. Selanjutnya C. S. Lewis berkata, “Kesombongan pada hakikatnya bersifat kompetitif – naturnya itu sendiri bersifat kompetitif – sementara kejahatan-kejahatan lainnya, bisa dikatakan hanya berkompetisi secara kebetulan.” Ia menjelaskan, “Kesombongan tidak merasa senang karena memiliki sesuatu, tetapi hanya jika ia memiliki sesuatu yang melebihi apa yang dimiliki oleh orang di sebelahnya.” Kesombongan selalu membuat orang kompetitif terhadap orang lain. Kesombongan eksis dalam konteks perbandingan dengan orang lain dan bukan kesendirian.
Selanjutnya, jika Anda mengamati semua dosa yang lain, misalnya orang yang suka korupsi waktu kerja atau uang perusahaan, pornografi, pornoaksi, mabuk-mabukan, mencuri, bahkan membunuh, Anda akan menemukan bahwa mereka yang melakukannya tidak selalu keberatan jika orang lain juga melakukannya. Itulah sebabnya kita dapat menemukan sekelompok mahasiswa tukang contek yang saling bersahabat, “persekutuan” para pemabuk, kumpulan orang-orang cabul, kelompok para pencuri waktu kerja, dan geng para pembunuh. Dalam bahasa C. S. Lewis, “Kejahatan-kejahatan lainnya terkadang bisa mempersatukan orang: Anda mungkin menemukan persekutuan dan senda gurau dan persahabatan yang erat di engah orang-orang yang mabuk dan tidak suci.”
Namun demikian, kesombongan adalah dosa yang amat berbeda. Kesombongan selalu berarti perseteruan- kesombongan adalah perseteruan. Dan bukan hanya perseteruan antara manusia dengan manusia, tetapi perseteruan dengan Allah. Singkatnya, dalam hikmat C. S. Lewis, dosa-dosa yang lain masih bisa mempersatukan orang-orang, tetapi kesombongan selalu berarti perseteruan, pertikaian, dan konflik yang tidak dengan orang lain. Oleh karena itu, jika ada suatu konflik tak berkesudahan, baik itu di dalam persahabatan, pernikahan, pekerjaan, C. S. Lewis akan menebak, pasti ada orang yang sombong di dalamnya, sehingga begitu sulitnya hal itu diselesaikan. Tentu saja semakin sulit lagi, jika pihak yang sombong selalu berpikir bahwa pihak lawanlah yang sombong. Ini benar-benar lingkaran setan! Tidak ada yang bisa menyelesaikan masalah seperti ini kecuali Tuhan.
Akhirnya, terhadap kesombongan ini C. S. Lewis ingin memberikan peringatan yang tegas, “Selama Anda menjadi orang yang sombong Anda tidak bisa mengenal Allah” Mengapa? “Sebab kesombongan adalah kanker spiritual: yang memakan habis setiap kemungkinan dari kasih, atau perasaan cukup, atau bahkan akal sehat.” Pemikiran C. S. Lewis hanyalah gema cerdas dari kebenaran Alkitab yang berkata, “Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong” (1Kor. 13:4). C. S. Lewis menutup pembahasannya dengan menunjukkan jalan menuju kerendahan hati. Ia berkata, “Langkah pertama adalah menyadari bahwa Anda adalah orang yang sombong. Dan langkah itu sekaligus merupakan langkah yang cukup besar. Setidaknya, tidak ada sesuatupun yang bisa dilakukan sebelumnya. Jika Anda berpikir bahwa Anda tidak tinggi hati, itu berarti Anda memang tinggi hati” Selamat Merenung!
Sumber: e-mail yang dikirim langsung dari penulis
Profil Penulis:
Ev. Bedjo Lie, S.E., M.Div. adalah Kepala Pusat Kerohanian (Pusroh) dan dosen Filsafat Agama dan Christian Worldview di Universitas Kristen Petra, Surabaya. Beliau menyelesaikan studi Sarjana Ekonomi (S.E.) di UK Petra, Surabaya dan Master of Divinity (M.Div.) di Seminari Alkitab Asia Tenggara (SAAT) Malang. Beliau mendapat sertifikat dari Ravi Zacharias International Ministry, Academy of Apologetics, India.
“Semakin sombong seseorang semakin ia membenci kesombongan dalam diri orang lain.”
(C. S. Lewis)
Suatu malam, seorang mahasiswa berkata kepada saya dalam pergumulannya, “Pak, saya sedang bergumul dengan diri saya. Saya merasa sombong dan ini mengganggu saya.” Melihat ekspresi wajahnya yang serius dan tulus, saya menjawabnya, “Tenang saja, kesombonganmu jelas masih dalam taraf yang belum puncak. Pernyataanmu bahwa kamu merasa sombong menunjukkan bahwa kamu tidak benar-benar sombong.” Setelah itu kami berbicara panjang lebar dan saling mendukung.
Komentar saya di atas mencerminkan sebuah keyakinan bahwa mereka yang sombong total biasanya tidak menyadari kesombongannya dan mereka yang mampu mengakui kesombongannya, masih memiliki sisa-sisa kerendahan hati.. Hal ini seperti, orang yang agak mabuk sadar bahwa ia agak mabuk, namun orang yang mabuk total tidak sadar bahwa ia mabuk; atau orang yang setengah tertidur sadar bahwa ia setengah tertidur, tetapi mereka yang tertidur lelap tidak sadar bahwa ia sedang tertidur.
Nah, dalam pergulatan melawan dosa yang sama sekali tidak pantas ini, saya tiba pada karya C. S. Lewis, seorang profesor Cambridge yang menulis buku Mere Christianity dan banyak novel seperti The Chronicles of Narnia.
Jika C. S. Lewis ditanya tentang ciri-ciri orang sombong, jelas sekali ia akan menjawab: “orang sombong adalah orang yang sering kali tersinggung dengan orang sombong lainnya.” Kalimat itu bukan kata-katanya, tetapi rangkuman dari pemahamannya. Dalam bahasanya sendiri, ia berkata bahwa kesombongan adalah dosa yang “semakin kita memilikinya semakin kita tidak menyukainya dalam diri orang lain.” Pendeknya, ketika Anda tidak terima, jengkel, dan tersinggung dengan orang yang Anda anggap sombong, sangat mungkin kesombongan dalam diri Anda sedang memberontak melawan kesombongan orang lain. “Emangnya dia aja yang bisa, gua juga bisa tahu!” Begitulah ketika orang sombong tersinggung dengan orang sombong lainnya.
Kebenarannya adalah, semakin sering Anda tersinggung dan tidak menyukai orang-orang yang Anda anggap sombong, semakin mungkin bahwa Anda sendiri adalah orang yang sombong.
Pertama-tama, saya kurang sreg dengan pemikiran C. S. Lewis ini. Bukankah mungkin, seseorang yang pandai menganalisa orang lain (misalnya: psikolog) mampu menemukan kesombongan dalam diri orang lain tanpa terjatuh dalam kesombongan yang sama? Begitu kata saya dalam hati (dan mungkin juga Anda!). Namun, jelaslah bahwa hal ini adalah kesalahpahaman terhadap pemikiran C. S. Lewis. Ia tidak berkata bahwa orang yang sombong adalah orang yang mampu menemukan kesombongan orang lain, tetapi bahwa orang yang sombong adalah orang yang tidak menyukai kesombongan dalam diri orang lain. Selanjutnya, yang harus diingat adalah bahwa motivasi ketidaksukaan (dalam pemikiran C.. S. Lewis) ini bukanlah karena kita tahu bahwa kesombongan itu ditentang Allah, melainkan karena kita merasa tersinggung, marah dan tidak suka ketika ada orang yang menyombongkan diri di hadapan kita. Nah, kesombongan jenis inilah yang dibicarakan C. S. Lewis.
Pemikiran C. S. Lewis di atas sungguh sederhana sekaligus mendalam karena ia telah berhasil menemukan ciri-ciri orang yang sombong, bahkan mungkin ciri yang terutama. Selanjutnya C. S. Lewis berkata, “Kesombongan pada hakikatnya bersifat kompetitif – naturnya itu sendiri bersifat kompetitif – sementara kejahatan-kejahatan lainnya, bisa dikatakan hanya berkompetisi secara kebetulan.” Ia menjelaskan, “Kesombongan tidak merasa senang karena memiliki sesuatu, tetapi hanya jika ia memiliki sesuatu yang melebihi apa yang dimiliki oleh orang di sebelahnya.” Kesombongan selalu membuat orang kompetitif terhadap orang lain. Kesombongan eksis dalam konteks perbandingan dengan orang lain dan bukan kesendirian.
Selanjutnya, jika Anda mengamati semua dosa yang lain, misalnya orang yang suka korupsi waktu kerja atau uang perusahaan, pornografi, pornoaksi, mabuk-mabukan, mencuri, bahkan membunuh, Anda akan menemukan bahwa mereka yang melakukannya tidak selalu keberatan jika orang lain juga melakukannya. Itulah sebabnya kita dapat menemukan sekelompok mahasiswa tukang contek yang saling bersahabat, “persekutuan” para pemabuk, kumpulan orang-orang cabul, kelompok para pencuri waktu kerja, dan geng para pembunuh. Dalam bahasa C. S. Lewis, “Kejahatan-kejahatan lainnya terkadang bisa mempersatukan orang: Anda mungkin menemukan persekutuan dan senda gurau dan persahabatan yang erat di engah orang-orang yang mabuk dan tidak suci.”
Namun demikian, kesombongan adalah dosa yang amat berbeda. Kesombongan selalu berarti perseteruan- kesombongan adalah perseteruan. Dan bukan hanya perseteruan antara manusia dengan manusia, tetapi perseteruan dengan Allah. Singkatnya, dalam hikmat C. S. Lewis, dosa-dosa yang lain masih bisa mempersatukan orang-orang, tetapi kesombongan selalu berarti perseteruan, pertikaian, dan konflik yang tidak dengan orang lain. Oleh karena itu, jika ada suatu konflik tak berkesudahan, baik itu di dalam persahabatan, pernikahan, pekerjaan, C. S. Lewis akan menebak, pasti ada orang yang sombong di dalamnya, sehingga begitu sulitnya hal itu diselesaikan. Tentu saja semakin sulit lagi, jika pihak yang sombong selalu berpikir bahwa pihak lawanlah yang sombong. Ini benar-benar lingkaran setan! Tidak ada yang bisa menyelesaikan masalah seperti ini kecuali Tuhan.
Akhirnya, terhadap kesombongan ini C. S. Lewis ingin memberikan peringatan yang tegas, “Selama Anda menjadi orang yang sombong Anda tidak bisa mengenal Allah” Mengapa? “Sebab kesombongan adalah kanker spiritual: yang memakan habis setiap kemungkinan dari kasih, atau perasaan cukup, atau bahkan akal sehat.” Pemikiran C. S. Lewis hanyalah gema cerdas dari kebenaran Alkitab yang berkata, “Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong” (1Kor. 13:4). C. S. Lewis menutup pembahasannya dengan menunjukkan jalan menuju kerendahan hati. Ia berkata, “Langkah pertama adalah menyadari bahwa Anda adalah orang yang sombong. Dan langkah itu sekaligus merupakan langkah yang cukup besar. Setidaknya, tidak ada sesuatupun yang bisa dilakukan sebelumnya. Jika Anda berpikir bahwa Anda tidak tinggi hati, itu berarti Anda memang tinggi hati” Selamat Merenung!
Sumber: e-mail yang dikirim langsung dari penulis
Profil Penulis:
Ev. Bedjo Lie, S.E., M.Div. adalah Kepala Pusat Kerohanian (Pusroh) dan dosen Filsafat Agama dan Christian Worldview di Universitas Kristen Petra, Surabaya. Beliau menyelesaikan studi Sarjana Ekonomi (S.E.) di UK Petra, Surabaya dan Master of Divinity (M.Div.) di Seminari Alkitab Asia Tenggara (SAAT) Malang. Beliau mendapat sertifikat dari Ravi Zacharias International Ministry, Academy of Apologetics, India.
Sabtu, 03 Juli 2010
10 Sifat Kepribadian Sejati
1. KETULUSAN (Mazmur 11:7, 97:11, 119:80, Amsal 10:29, 11:3, 14:32) Ketulusan menempati peringkat pertama sebagai sifat yang paling disukai oleh semua orang. Ketulusan membuat orang lain merasa aman dan dihargai karena yakin tidak akan dibodohi atau dibohongi. Orang Kristen yang tulus selalu mengatakan kebenaran, tidak suka mengada-ada, pura-pura, mencari-cari alasan atau memutarbalikkan fakta. Prinsipnya "Ya diatas Ya dan Tidak diatas Tidak" (Matius 5:37). Tentu akan lebih ideal bila ketulusan yang selembut merpati itu diimbangi dengan kecerdikan seekor ular (Matius 10:16). Dengan begitu, ketulusan tidak menjadi keluguan yang bisa merugikan diri sendiri.
2. RENDAH HATI(Mazmur 22:26, 25:9, 34:2, 37:11, 149:4, Amsal 3:34, 11:2, 15:33, 16:19, 18:12, 22:4)Beda dengan rendah diri yang merupakan kelemahan, kerendahhatian justru mengungkapkan kekuatan. Hanya orang yang kuat jiwanya yang bisa bersikap rendah hati. Ia seperti padi yang semakin berisi semakin menunduk. Orang Kristen yang rendah hati bisa mengakui dan menghargai keunggulan orang lain. Ia bisa membuat orang yang diatasnya merasa oke dan membuat orang yang di bawahnya tidak merasa minder.
3. KESETIAAN(Mazmur 85:10-11, 145:18, Amsal 16:6, 19:22, Mikha 6:8, Zakharia 7:9, Galatia 5:22, 1 Timotius 6:11, 2 Timotius 2:22) Kesetiaan sudah menjadi barang langka dan sangat tinggi harganya. Orang Kristen yang setia selalu bisa dipercaya dan diandalkan. Dia selalu menepati janji, punya komitmen yang kuat, rela berkorban dan tidak suka berkhianat.
4. BERSIKAP POSITIF(1 Petrus 1:3) Orang Kristen yang bersikap positif selalu berusaha melihat segala sesuatu dari kacamata positif, bahkan dalam situasi yang buruk sekalipun. Dia lebih suka membicarakan kebaikan daripada keburukan orang lain, lebih suka bicara mengenai harapan daripada keputusasaan, lebih suka mencari solusi daripada frustasi, lebih suka memuji daripada mengecam, dsb.
5. KECERIAAN(Matius 5:12, Yohanes 15:11, 16:20, 24, Kisah Para Rasul 2:26, 28, Roma 12:12, 15, 14:17, 15:13, 32, 2 Korintus 2:3, Filipi 1:18) Karena tidak semua orang dikaruniai temperamen ceria, maka keceriaan tidak harus diartikan ekspresi wajah dan tubuh tapi sikap hati. Orang Kristen yang ceria adalah orang yang bisa menikmati hidup, tidak suka mengeluh dan selalu berusaha meraih kegembiraan. Dia bisa mentertawakan situasi, orang lain, juga dirinya sendiri. Dia punya potensi untuk menghibur dan mendorong semangat orang lain.
6. BERTANGGUNG JAWAB(Bilangan 4:16, Ibrani 13:7) Orang Kristen yang bertanggung jawab akan melaksanakan kewajibannya dengan sungguh-sungguh. Kalau melakukan kesalahan, dia berani mengakuinya. Ketika mengalami kegagalan, dia tidak akan mencari kambing hitam untuk disalahkan. Bahkan kalau dia merasa kecewa dan sakit hati, dia tidak akan menyalahkan siapapun. Dia menyadari bahwa dirinya sendirilah yang bertanggung jawab atas apapun yang dialami dan dirasakannya.
7. PERCAYA DIRI(2 Korintus 1:24, Filipi 1:27, Kolose 1:23, 2:7, Ibrani 3:14, Ibrani 4:14) Rasa percaya diri memungkinkan seseorang menerima dirinya sebagaimana adanya, menghargai dirinya dan menghargai orang lain. Orang Kristen yang percaya diri mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan dan situasi yang baru. Dia tahu apa yang harus dilakukannya dan melakukannya dengan baik.
8. KEBESARAN JIWA(Yesaya 60:5, Roma 3:25, 1 Korintus 13:4,7, 2 Korintus 1:6, Kolose 3:12)Kebesaran jiwa dapat dilihat dr kemampuan seseorang memaafkan orang lain. Orang Kristen yang berjiwa besar tidak membiarkan dirinya dikuasai oleh rasa benci dan permusuhan. Ketika menghadapi masa-masa sukar dia tetap tegar, tidak membiarkan dirinya hanyut dalam kesedihan dan keputusasaan.
9. EASY GOING(Matius 10:26, 28, 31, Matius 14:27, Markus 5:36, Yohanes 14:1, 27) Orang Kristen yang easy going menganggap hidup ini ringan. Dia tidak suka membesar-besarkan masalah kecil. Bahkan berusaha mengecilkan masalah-masalah besar. Dia tidak suka mengungkit masa lalu dan tidak mau khawatir dengan masa depan. Dia tidak mau pusing dan stress dengan masalah-masalah yang berada di luar kontrolnya. Karena dia percaya dan memiliki iman yang teguh kepada Yesus Kristus yang sanggup menolongnya mengatasi segala persoalan hidup.
10. EMPATI(Matius 7:12, 22:39, Lukas 6:31, Roma 13:9, Galatia 5:14, Yakobus 2:8)Empati adalah sifat yang sangat mengagumkan. Orang Kristen yang berempati bukan saja pendengar yang baik tapi juga bisa menempatkan diri pada posisi orang lain. Ketika terjadi konflik dia selalu mencari jalan keluar terbaik bagi kedua belah pihak, tidak suka memaksakan pendapat dan kehendaknya sendiri. Dia selalu berusaha memahami dan mengerti orang lain.Tuhan Yesus memberkati kita semua....!
Jumat, 02 Juli 2010
Cerpen
Lebah
Oleh Kumbakarna
Sebetulnya, sudah lama aku tidak pernah bermimpi tentang lebah hitam. Sosok lebah dengan bulu hitam di sekujur tubuhnya, yang bersayap hitam dengan beberapa lingkaran emas di luarnya, yang bersungut pengisap dan juga berwarna hitam. Tapi tiba–tiba saja aku hari ini berjumpa lagi dengan dia. Tidak lagi di dalam mimpi, tapi di dunia nyata.
Oleh Kumbakarna
Sebetulnya, sudah lama aku tidak pernah bermimpi tentang lebah hitam. Sosok lebah dengan bulu hitam di sekujur tubuhnya, yang bersayap hitam dengan beberapa lingkaran emas di luarnya, yang bersungut pengisap dan juga berwarna hitam. Tapi tiba–tiba saja aku hari ini berjumpa lagi dengan dia. Tidak lagi di dalam mimpi, tapi di dunia nyata.
“Pagi, Sayang….”
Ah, suara Nena pagi itu begitu renyah. Tiba–tiba saja dia nongol di kamarku, lalu dengan seenaknya menarik sarungku hingga angin pagi yang dingin dengan rakus menerjang kulit kakiku yang telanjang. Ya, aku memang terbiasa tidur dengan hanya mengenakan celana pendek dan berbalut sarung. Udara kota ini terlalu panas untuk mengenakan piyama ala orang–orang Eropa. Bahkan kalau saja tadi malam tidak hujan, mungkin sarung itu pun sudah dari tadi terjatuh di atas lantai.
“Ayo, bangun, Sayang…," katanya sesudah mengecup bahuku. “Hari ini kau kan ada janji,” ujarnya sambil terus menebar senyum bahagia. “Janji apa?” bingung aku dibuatnya. “Janji apa?! Bukankah kau sudah lima hari magang di kantor komisi? Dan hari ini adalah hari di mana kamu akan mulai bekerja. Masa kamu lupa, Sayang?”
Nena, Nena, aku tak tahu harus berkata apa. Dia terlampau bahagia pagi ini. Mendengarku akan bekerja saja, telah membuat sebagian mimpinya terbang mendekati kenyataan. Tahun depan kami akan punya cukup uang untuk menikah. Tahun depan, tahun depan…, tiba–tiba saja kulihat lebah hitam itu berkelebat masuk bersama angin. Dia berdiri di samping Nena dengan lagaknya yang manis. Pada Nena dia tersenyum, lalu padaku, dia menyeringai.
Kemarin adalah hari terakhirnya magang di kantor komisi itu. Dia memulai pekerjaan itu dengan sebuah niatan yang dia kira adalah baik. Dia sudah lama tidak bekerja secara tetap, dia ingin memiliki penghasilan yang layak setiap bulan, dia ingin membenahi hidup, dan yang pasti, dia ingin mengumpulkan uang agar dapat kawin dengan Nena kekasihnya yang sudah hampir dua tahun ia pacari. Dan satu lowongan terpampang di hadapannya, menjadi sekretaris di kantor komisi. Indah bukan? Bekerja sekaligus melayani. Apalagi ada berpuluh pengalamannya menjadi relawan yang melahirkan beratus impian untuk mencurahkan tenaga demi kemajuan umat. Bonum commune, seperti yang sering digembar–gemborkan seorang pastor baik hati dalam berbagai pertemuan.
Entah bersama relawan ataukah bersama umat kebanyakan. Dalam diskusi ataupun khotbah. Lalu dia jalani saja masa orientasi itu, tanpa pernah berpikir panjang. Bukankah tempat ini adalah tempat di mana cinta berasal, mungkin begitu pikirnya.
Lebah hitam berdiri memandang lelaki lugu itu. Lelaki itu tampak asyik di belakang meja, memainkan jemari di atas keyboard komputernya, dan sang lebah asyik merokok tepat di bawah tanda dilarang merokok di seberang kaca hitam yang membatasi ruangan sang lelaki. Sesungguhnya lebah sendiri bingung untuk menilai lelaki itu. Apakah dia itu lugu atau dungu? Bekerja dan terus bekerja, tanpa pernah tahu berapa upah yang akan ia terima. Hingga tiba–tiba handphone di sakunya berdering melantunkan lagu Terajana. Sebentar saja lelaki itu mengamati layar, dan tidak perlu waktu lama ia mengangkatnya dengan wajah yang gembira. “Halo, Romo…” serunya.
Para lebah sedang terbang di antara bunga. Di kota ini saja, ada sekitar 21 rumpun jumlahnya. Sebagian memang penuh dengan nektar, sebagian lagi agak kerontang. Berkeliling para lebah mengumpulkan nektar hingga berpeti–peti jumlahnya. Dan nektar–nektar itu dibawa ke sebuah gudang di sebuah istana. Tak pernah jelas apakah gudang itu kosong ataukah tumpah ruah. Para lebah memang pintar menyamarkannya. Gudang itu adalah sebuah rahasia. Hanya para lebah yang tahu berapa banyak isinya. Dan lebah hitamlah yang menjadi palang pintunya. Lebah yang lain, ada yang tergugah, tapi hanya mampu diam seribu bahasa. Ya, tetap saja mereka adalah lebah.
Ada banyak manusia yang bekerja di sekeliling istana lebah. Sebagian dari mereka terjebak. Bertahun–tahun berupah rendah. Sebagian jujur bertahan. Sebagian mulai berubah serupa lebah. Dan di antara mereka ada pula yang mulai menghitam bulunya.
Kutarik lagi sarungku. Lalu kubalikkan badanku hingga memunggungi Nena. “Ayolah, Sayang,” rajuknya. “Nanti kamu terlambat loh…!”
Kubalikkan lagi tubuhku hingga menghadapnya. Sejenak aku menatap matanya yang bulat hitam lalu bangkit dan duduk di tepi ranjang. Kuraih tangannya dan kuajak Nena duduk di sebelahku. "Kenapa, Sayang?” tanyanya dengan heran. “Aku tidak jadi bekerja di sana, Nena,” ujarku. Nena terperanjat, “Loh, kenapa?”
“Aku hanya ditawari upah 600 ribu.”
“Lalu?”
“Ya, aku tolak.”
“Mengapa kau tolak?”
“UMR saja lebih dari 900 ribu, Nena.”
“Tapi, daripada kau menganggur….”
Aku diam memandang Nena. Pagi yang indah, seketika berubah menjadi petaka. Ah, betul juga katanya, daripada aku menganggur. Sejenak aku tercenung, menerima lemparan kata-kata itu, daripada aku menganggur. Tapi bagaimana aku dapat bekerja untuk para lebah? Karena aku adalah manusia dan manusia ingin dapat hidup layak. Sedangkan mereka…. (*)
Kepala Perpustakaan UKWMS
Abdikan Diri Melalui Pelayanan Prima
Vincent, salah satu kepala rumah tangga muda yang peduli terhadap pendidikan, terutama perguruan tinggi. Kepedulian tersebut diwujudnyatakan dalam karya pelayanannya di Pepustakaan Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya.
Bekerja di Perpustakaan, awal mulanya sebagai staf Perpusatakaan. Tahun 2009, Vincent diangkat pihak Yayasan Widya Mandala sendiri untuk mengelola perpustakaan sebagai Kepala Perpustakaan, cerita pria yang bernama lengkap Vincentius Widya Iswara, S.S.
Vincent mengungkapkan bahwa kepercayaan yang diberikan kepadanya. Tidak hanya sekedar menunjuk begitu saja. Berdasarkan kreteria Yayasan dan Universitas. Diantaranya memenuhi syarat akreditasi, yakni kepala Perpustakaan minimal Strata 1 dan merupakan staf tetap. Dan, S1nya harus mempelajari Perpustakaan, ungkap pria 39 tahun.
Akhirnya, setelah lulus kuliah D3 di Unair dan bekerja di Perpustakaan. Vincent dipanggil pihak Yayasan dan Universitas untuk studi lanjut S1 di Universitas Indonesia.
Dalam skripnya, Vincent membahas inventarisasi koleksi buku di Perpustakaan UKWMS. Inventarisasi ini merupakan proses perhitungan prosentase. Dalam perhitungannya setiap tahunnya tidak boleh lebih dari 5%. Jika lebih dari 5%, pihak Perpustakaan wajib mengevaluasi keberadaan buku yang dikelolanya dengan sistem terbuka, bahasnya.
Jadi, sudah satu tahun ini Vincent menjadi Kepala Perpustakaan UKWMS. Langkah pertama yang diambil saat menjabat kepala Perpustakaan, yakni memaksimalkan standar prosedur layanan teknis dan pemakai. Layanan teknis di sini lebih pada pengelola buku, pembuatan buku, slip, dan katalog. Sedangkan layanan pemakai lebih update keanggotaan perpustakaan dalam peminjaman dan pengembalian buku.
Selain itu, keinginan terbesar dari Vincent, yakni menggembalikan kejayaan Perpustakaan UKWMS. Dengan cara menjalin relasi pihak luar, seperti Forum Kerjasama Perpustakaan Tinggi Indonesia Jawa Timur (FKPTIJ) dan INTI. INTI ini salah satu perhimpunan Tionghoa di kota Surabaya maupun Jawa Timur. Jadi, pada saat hari raya Imlek. Perpustakaan pasti memberikan nuansa Imlek dan berbagai kegiatan yang berkaitan Imlek.
Vincent, salah satu kepala rumah tangga muda yang peduli terhadap pendidikan, terutama perguruan tinggi. Kepedulian tersebut diwujudnyatakan dalam karya pelayanannya di Pepustakaan Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya.
Bekerja di Perpustakaan, awal mulanya sebagai staf Perpusatakaan. Tahun 2009, Vincent diangkat pihak Yayasan Widya Mandala sendiri untuk mengelola perpustakaan sebagai Kepala Perpustakaan, cerita pria yang bernama lengkap Vincentius Widya Iswara, S.S.
Vincent mengungkapkan bahwa kepercayaan yang diberikan kepadanya. Tidak hanya sekedar menunjuk begitu saja. Berdasarkan kreteria Yayasan dan Universitas. Diantaranya memenuhi syarat akreditasi, yakni kepala Perpustakaan minimal Strata 1 dan merupakan staf tetap. Dan, S1nya harus mempelajari Perpustakaan, ungkap pria 39 tahun.
Akhirnya, setelah lulus kuliah D3 di Unair dan bekerja di Perpustakaan. Vincent dipanggil pihak Yayasan dan Universitas untuk studi lanjut S1 di Universitas Indonesia.
Dalam skripnya, Vincent membahas inventarisasi koleksi buku di Perpustakaan UKWMS. Inventarisasi ini merupakan proses perhitungan prosentase. Dalam perhitungannya setiap tahunnya tidak boleh lebih dari 5%. Jika lebih dari 5%, pihak Perpustakaan wajib mengevaluasi keberadaan buku yang dikelolanya dengan sistem terbuka, bahasnya.
Jadi, sudah satu tahun ini Vincent menjadi Kepala Perpustakaan UKWMS. Langkah pertama yang diambil saat menjabat kepala Perpustakaan, yakni memaksimalkan standar prosedur layanan teknis dan pemakai. Layanan teknis di sini lebih pada pengelola buku, pembuatan buku, slip, dan katalog. Sedangkan layanan pemakai lebih update keanggotaan perpustakaan dalam peminjaman dan pengembalian buku.
Selain itu, keinginan terbesar dari Vincent, yakni menggembalikan kejayaan Perpustakaan UKWMS. Dengan cara menjalin relasi pihak luar, seperti Forum Kerjasama Perpustakaan Tinggi Indonesia Jawa Timur (FKPTIJ) dan INTI. INTI ini salah satu perhimpunan Tionghoa di kota Surabaya maupun Jawa Timur. Jadi, pada saat hari raya Imlek. Perpustakaan pasti memberikan nuansa Imlek dan berbagai kegiatan yang berkaitan Imlek.
Dan, untuk Natal dan Paskah saat ini belum dikarenakan bulan-bulan itu kebanyakkan mahasiswa-mahasiswinya libur. Begitu juga para staf Perpustakaannya. Sehingga aktivitas di kampus sangat sepi, jelasnya. (asep)
Sambut 50 Tahun UKWMS
Perpustakaan, Kado Buku 50 Tahun UKWMS
Di sela-sela kesibukkannya menjadi Kepala Perpustakaan Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS). Vincentius Widya Iswara, S.S. masih menyempatkan diri memenuhi penulis blogger. Untuk membahas peran serta Perpustakaan dalam menyambut 50 Tahun UKWMS.
Senin lalu (21/6), penulis blogger ditemui oleh Vincentius di ruang kerjanya yang berukuran 3x5 cm. Dibatasi oleh teralis kaca dan tembok bata ciri khas dari Widya Mandala.
"Sebelum, membahas 50 Tahun UKWMS. Vincent menjelaskan keberadaan UKWMS, awal mulanya berdiri kampus Widya Mandala dimulai dari Madiun."
Di sela-sela kesibukkannya menjadi Kepala Perpustakaan Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS). Vincentius Widya Iswara, S.S. masih menyempatkan diri memenuhi penulis blogger. Untuk membahas peran serta Perpustakaan dalam menyambut 50 Tahun UKWMS.
Senin lalu (21/6), penulis blogger ditemui oleh Vincentius di ruang kerjanya yang berukuran 3x5 cm. Dibatasi oleh teralis kaca dan tembok bata ciri khas dari Widya Mandala.
"Sebelum, membahas 50 Tahun UKWMS. Vincent menjelaskan keberadaan UKWMS, awal mulanya berdiri kampus Widya Mandala dimulai dari Madiun."
Dan, mengikuti perkembangan jaman dan globalisasi pendidikan. UKWMS mulai mengembangkan sayapnya dan pindah ke Surabaya. Pertama kalinya, di Kalijudan, dikarenakan padatnya mahasiswa-mahasiswi dan penambahan fakultas. UKMS membuka kampus baru yang berada di jalan Dinoyo.
Diantaranya Fakultas Ekonomi, Manajemen, Akuntansi, Farmasi, Psikologi, Keperawatan, dan Sekretari. Untuk Fakultas Sekretari berada di sebelah Telkom, jelas Vincent.
Dan, di tahun ke 10 UKWMS merayakan Dies Natalis atau lebih dikenal dengan tahun keemasan. Di tahun keemasan ini, UKWMS menyambutnya dengan berbagai kegiatan. Kegiatan ini dilakukan oleh seluruh civitas akademika UKWMS. Mulai kegiatan mahasiswa, yakni Widya Mandala Superstar dan Undernaline yang diselenggarakan oleh UKM 3, Fotografi, Remaja dan Budaya yang diselenggarakan mahasiswa Psikologi, Mading 2D dari UKM Press dari Fakultas maupun Universitas, dan seminar nasional dari berbagai fakultas, dan kegiatan pengabdian masyarakat.
Namun, setelah ditanya penulis blogger, untuk keterlibatan Perpustakaan sendiri dalam menyambut 50 tahun UKWMS menggelar kegiatan semacam apa!, tanyanya.
Vincent mengatakan, setelah berulang kali mengadakan rapat dengan staf Perpustakaan. Pihak Perpustakaan membuat buku 50 tahun UKWMS. Buku ini akan mengupas Jejak langkah UKWMS dalam menyonsong masa depan. Pembuatan buku ini sangat didukung sekali oleh Rektorat dalam menyambut tahun keemasan UKWMS. Karena UKWMS, kampus pertama kali yang dimiliki oleh Keuskupan Surabaya. Namun kampus ini dapat dirasakan oleh masyarakat kota Surabaya maupun luar kota, jabarnya.
Memang awalnya berat untuk membuat buku 50 tahun UKWMS. Dan, ini dikeluhkan rekan-rekan kami di Perpustakaan. Akan tetapi, setelah diskusi panjang lebar. Bahwa pembuatan buku ini merupakan tantangan bagi kami dan langkah promosi UKWMS. Terutama untuk masyarakat kota Surabaya ke depannya.
Untuk mengatasi ini, rekan-rekan kami menyepakati agar bekerjasama dengan konsultan media. Konsultan media yang kami pilih yang pernah bekerja sama dengan kami. Pada saat Workshop dan Lomba Jurnalistik tingkat SMA se-Surabaya. Diantaranya F.X. Rudy Prasetya S.S. dari Konsultan Media (Staf Pengajar Bahasa Indonesia dan Jurnalistik di SMA Santa Maria) dan Doan Widiandono dari Kepala Kompartemen Metropolis salah satu Media Harian yang berada di Jawa Timur.
Setelah menentukan konsultan medianya, Kepala Perpustakaan menjabarkan proses pembuatan dan isi bukunya. Proses pembuatan bukunya dimulai sejak Mei hingga sekarang dengan beberapa kali pertemuan. Baik itu dimulai dari intern terdahulu maupun dengan pihak konsultan.
Isi bukunya akan mengupas gagasan ke depan untuk UKWMS dalam menghadapi tantangan pendidikan. Tantangan pendidikan ini menjadi tema dari isi buku, diantaranya Sharing Expertise with Others sekaligus slogan 50 tahun UKWMS, persiapan-persiapan yang dilakukan untuk menuju World Class University, tanggapan terhadap kebijakan AFTA serta strategi-strategi dalam peningkatan mutu (akademik dan fisik) guna mempertahankan kelangsungan hidup suatu perguruan tinggi, dan perlu adanya inovasi dalam memenuhi tuntutan pasar, jabar pria yang berusia 39 tahun ini.
Buku ini nantinya terdiri dari empat bab. Bab pertama mencakup sejarah perjalanan, tujuan pendirian, dan makna usia 50 tahun. Bab kedua menjelaskan harapan, pergulatan dalam menyambut masa depan dengan melihat era persaingan antar perguruan tinggi, dan prioritas pembenahan serta hasil yang telah dicapai.
Dan, di bab ketiga ini ke delapan dekan akan menulis tantangan untuk mewujudkan impian ke depan. Yang menarik di bab ketiga di sini, dosen berpretasi di bidangnya akan ikut berpratisipasi menulis keunggulan UKWMS, diantaranya Felicia Wicaksono dosen terbaik di Kopertis 7 dan meraih prestasi di tingkat Nasional, Suryadi Ismadji dosen senoir Teknik Kimia peraih penghargaan Australian Alumni Award dari Kedutaan Besar Australia di Indonesia, serta Romo Agustinus Ryadi.
Romo Agustinus Ryadi di bab tiga ini akan mengupas keutamaan yang digaungkan UKWMS, yakni Non Scholae Sed Vitae Discimus dan World Class University. keutamaan ini akan menjelakan usia 50 tahun ibarat sejarah yang membentang luas, namun belum tentu mengakar kuat. Dikarenakan universitas merupakan universum ilmu-ilmu, sebuah artes liberal yang membaktikan diri pada kreasi dan transfer pengetahuan, pengembangan kuantitas, dan kualitas Tri Dharma Perguruan Tinggi niscaya dikerjakan dan diusahakan terus menenrus.
“Sebab para intelektual UKWMS adalah hulu balang Tri Dharma perguruan tinggi. Dan, Universitas Widya Mandala harus memandang dirinya sebagai pendorong kemajuan bangsa dan memandang mahasiswa sebagai agent of change.”
Vincent menambahkan di akhir bab nantinya ada galeri foto sebagai cermin diri UKWMS dalam menghadapi perubahan jaman. Dan, buku ini terbit 300-400 halaman hard cover dengan jenis kertas art paper A5. Mengapa demikian, dikarenakan buku ini didesain supaya dapat dibawah kemana-mana oleh civitas akademika dan lebih elegan.
Bahkan nantinya buku ini, awalnya dicetak 1000 eksemplar. Untuk gratis atau tidaknya kami belum mengetahuinya. Dan, judul dari buku ini telah disetujui oleh Rektor, yakni ”Menapak Jejak UKWMS Membangun Keunggulan dan Kepedulian”.
Buku 50 tahun ini nantinya akan dibedah di Auditorium Benediktus bersama para pakar pendidikan pada tanggal 23 September 2010. Dengan dimeriahkan lomba Jurnalistik dan Fotografi, tetapi sebelumnya dibekali Workshop Jurnalitik dan Fotografi dengan mendatangkan narasumber yang kompeten dibidangnya, diantaranya F.X. Rudy Prasetya dan Erick Ireng dari Redaktur Foto ANTARA Jawa Timur, tambahnya. (asep)
Kamis, 24 Juni 2010
Ekowisata kota SURABAYA
Pertahankan RTH, Kebun Bibit Menjadi Perseteruan
Kurang lebih 13 SPBU yang berada di kota Surabaya telah direlokasi menjadi ruang terbuka hijau (RTH). Keberadaan SPBU yang berada di jalan ini, kadang kala membuat kemacetan di kota Surabaya. Bahkan tidak ramah lingkungan untuk kota Surabaya. Dengan bijak pemerintahan kota Surabaya memberikan teguran kepada pemilik SPBU. Untuk dipindahkan lebih masuk ke dalam seperti SPBU yang berada di jalan Biliton dan Bawean. Kemudian, lahan bekas SPBU oleh dinas kebersihan dan tata letak kota dijadikan taman. Taman ini berfungsi sebagai wahana rekreasi bagi warga kota Surabaya. Di samping itu, RTH ini mempunyai nilai positif yang unggul. Karena taman ini dapat mengurangi polusi udara yang disebabkan oleh asap kendaraan bermotor dan berfungi sebagai penyerepan air hujan.
RTH yang dimanfaatkan menjadi taman ini. Diantaranya Taman-Biliton, Taman Lansia-Bawean, Taman-Kombes Duriat yang lengkap dengan miniatur air terjunnya, Taman Buah-Undaan, Taman Pelangi-Ahmad Yani, Taman Bungkul, Taman Apsari, Taman Prestasi, dan Taman Gubernur Suryo.
Kesemuaan ini atas buah karya dari Risma dan para stafnya yang mau peduli serta peka terhadap Surabaya. Terbukti dengan terbitnya buku fotografi dari Yuyung Abdi yang berjudul Surabaya Cantik.
Dengan adanya buku Surabaya Cantik ini, pemerintah kota Surabaya layak menerima lagi penghargaan, yakni Adipura. Adipura ini salah satu bukti bahwa pemerintah kota Surabaya tidak hanya memikirkan kota perdagangan dan jasa. Tetapi berusaha menyeimbangkan populasi kota Surabaya yang dikenal dengan Green dan Clean.
Namun ditengah-tengah gerakan RTH, pemerintah kota Surabaya sedang berebut hak pengelolaan kebun Bibit dengan PT Surya Inti Permata (PT SIP). Kebun Bibit yang dikenal dengan Taman Flora dan Fauna ini. Sejak bulan Mei menjadi perseturuan, hingga para aktivis tidak rela dikelola oleh PT SIP. Bahkan mereka membuat komunitas di Facebook, untuk menyelamatkan RTH-Kebun Bibit.
Seperti yang diberitakan di media, PT SIP menuntut agar penetapan waktu eksekusi Taman Flora dan Fauna oleh Pengadilan Negeri (PN) Surabaya pada 29 Juni mendatang tak meleset lagi.
Namun, pemerintah kota tetap bersikukuh keras ingin mempertahankan RTH tersebut dengan dikelola sedemikian rupa. Untuk ekowisata warga kota Surabaya. (asep) Ilustrasi : http://www.image.google.co.id/ Artikel ini tidak pernah dimuat di media yang lain : terkecuali di Harian Surya dan padepokan rangkak.blogspot.com.
Kurang lebih 13 SPBU yang berada di kota Surabaya telah direlokasi menjadi ruang terbuka hijau (RTH). Keberadaan SPBU yang berada di jalan ini, kadang kala membuat kemacetan di kota Surabaya. Bahkan tidak ramah lingkungan untuk kota Surabaya. Dengan bijak pemerintahan kota Surabaya memberikan teguran kepada pemilik SPBU. Untuk dipindahkan lebih masuk ke dalam seperti SPBU yang berada di jalan Biliton dan Bawean. Kemudian, lahan bekas SPBU oleh dinas kebersihan dan tata letak kota dijadikan taman. Taman ini berfungsi sebagai wahana rekreasi bagi warga kota Surabaya. Di samping itu, RTH ini mempunyai nilai positif yang unggul. Karena taman ini dapat mengurangi polusi udara yang disebabkan oleh asap kendaraan bermotor dan berfungi sebagai penyerepan air hujan.
RTH yang dimanfaatkan menjadi taman ini. Diantaranya Taman-Biliton, Taman Lansia-Bawean, Taman-Kombes Duriat yang lengkap dengan miniatur air terjunnya, Taman Buah-Undaan, Taman Pelangi-Ahmad Yani, Taman Bungkul, Taman Apsari, Taman Prestasi, dan Taman Gubernur Suryo.
Kesemuaan ini atas buah karya dari Risma dan para stafnya yang mau peduli serta peka terhadap Surabaya. Terbukti dengan terbitnya buku fotografi dari Yuyung Abdi yang berjudul Surabaya Cantik.
Dengan adanya buku Surabaya Cantik ini, pemerintah kota Surabaya layak menerima lagi penghargaan, yakni Adipura. Adipura ini salah satu bukti bahwa pemerintah kota Surabaya tidak hanya memikirkan kota perdagangan dan jasa. Tetapi berusaha menyeimbangkan populasi kota Surabaya yang dikenal dengan Green dan Clean.
Namun ditengah-tengah gerakan RTH, pemerintah kota Surabaya sedang berebut hak pengelolaan kebun Bibit dengan PT Surya Inti Permata (PT SIP). Kebun Bibit yang dikenal dengan Taman Flora dan Fauna ini. Sejak bulan Mei menjadi perseturuan, hingga para aktivis tidak rela dikelola oleh PT SIP. Bahkan mereka membuat komunitas di Facebook, untuk menyelamatkan RTH-Kebun Bibit.
Seperti yang diberitakan di media, PT SIP menuntut agar penetapan waktu eksekusi Taman Flora dan Fauna oleh Pengadilan Negeri (PN) Surabaya pada 29 Juni mendatang tak meleset lagi.
Namun, pemerintah kota tetap bersikukuh keras ingin mempertahankan RTH tersebut dengan dikelola sedemikian rupa. Untuk ekowisata warga kota Surabaya. (asep) Ilustrasi : http://www.image.google.co.id/ Artikel ini tidak pernah dimuat di media yang lain : terkecuali di Harian Surya dan padepokan rangkak.blogspot.com.
Selasa, 22 Juni 2010
Dilema
Pasar Keputran, Eksis Lagi!
Awal mula pasar Keputran berada di belakang ruko Urip Sumoharjo dan perkampungan jalan Keputran. Namun, entah siapa yang mendahului berjualan sayuran di jalan Keputran. Bahkan pada saat itu pos polisi yang berada di jalan Keputran masih terlihat jelas. Tak lama kemudian, hingga bertahun-tahun pasar Keputran pindah di badan jalan Keputran. Hingga memenuhi pertigaan jalan Keputran. Sampai penggunaan jalanpun tidak bisa melewati akses jalur tersebut. Bahkan pos polisi tenggelam tertutup pasar Keputran.
Dan, kenapa pihak pemerintah kota Surabaya membiarkan berlarut-larut sampai tahun 2010. Dengan desakkan penggguna jalan dan masyarakat setempat. Pasar Keputran diterbitkan oleh pemerintah kota Surabaya. Dengan menugaskan satuan polisi pamongan praja.
Kekuatan satuan polisi pamongan praja tidak mampu menembus para pedagang sayuran Keputran. Akhirnya, meminta bantuan aparat kepolisian, baik dari Polwiltabes mapun dari Polda. Brimob pun turun tangan mengamankan penertiban pasar Keputran.
Kurang lebih satu bulan lalu, proses negosiasi kepada pedagang diadakan oleh pemerintah kota Surabaya. Melalui jalur damai agak sulit proses karena pihak tertentu ada yang menjadi provokator. Dianggap tidak menguntungkan bagi penguasa pasar dan pihak-pihak tertentu yang bermain di dalamnya.
Lebih dari 3 Minggu, proses penertiban dilakukan oleh pihak kepolisan, Angkatan Darat, dan satuan polisi pamong praja menjaga 5 titik akses masuknya supplier sayuran dari desa dan menjadi 12 titik akses.
Tidak mau terjadi kekerasan yang mengorbankan korban jiwa, seperti makam Priok. Pemerintah kota Surabaya bersikap tenang, namun pasti dengan cara melakukan pendekatan kepada para pedagang. Pedagang pun tetap bersikukuh keras mempertahankan keberadaan pasar Keputran.
Dengan cara memberikan pagar pertahanan, seperti tempat mereka berjualan. Bambu runcing pun ikut menjadi senjata mereka. Dan, kain merah pun dikibarkan sebagai bentuk perlawanan sampai darah penghabisan.
Tidak terpancing emosi, pihak pemerintah kota Surabaya semakin memasang strategi. Untuk mengamankan pasar Keputran, hingga DPRD pun sampai meninjau keberadaan pasar Keputran.
Awal mula pasar Keputran berada di belakang ruko Urip Sumoharjo dan perkampungan jalan Keputran. Namun, entah siapa yang mendahului berjualan sayuran di jalan Keputran. Bahkan pada saat itu pos polisi yang berada di jalan Keputran masih terlihat jelas. Tak lama kemudian, hingga bertahun-tahun pasar Keputran pindah di badan jalan Keputran. Hingga memenuhi pertigaan jalan Keputran. Sampai penggunaan jalanpun tidak bisa melewati akses jalur tersebut. Bahkan pos polisi tenggelam tertutup pasar Keputran.
Dan, kenapa pihak pemerintah kota Surabaya membiarkan berlarut-larut sampai tahun 2010. Dengan desakkan penggguna jalan dan masyarakat setempat. Pasar Keputran diterbitkan oleh pemerintah kota Surabaya. Dengan menugaskan satuan polisi pamongan praja.
Kekuatan satuan polisi pamongan praja tidak mampu menembus para pedagang sayuran Keputran. Akhirnya, meminta bantuan aparat kepolisian, baik dari Polwiltabes mapun dari Polda. Brimob pun turun tangan mengamankan penertiban pasar Keputran.
Kurang lebih satu bulan lalu, proses negosiasi kepada pedagang diadakan oleh pemerintah kota Surabaya. Melalui jalur damai agak sulit proses karena pihak tertentu ada yang menjadi provokator. Dianggap tidak menguntungkan bagi penguasa pasar dan pihak-pihak tertentu yang bermain di dalamnya.
Lebih dari 3 Minggu, proses penertiban dilakukan oleh pihak kepolisan, Angkatan Darat, dan satuan polisi pamong praja menjaga 5 titik akses masuknya supplier sayuran dari desa dan menjadi 12 titik akses.
Tidak mau terjadi kekerasan yang mengorbankan korban jiwa, seperti makam Priok. Pemerintah kota Surabaya bersikap tenang, namun pasti dengan cara melakukan pendekatan kepada para pedagang. Pedagang pun tetap bersikukuh keras mempertahankan keberadaan pasar Keputran.
Dengan cara memberikan pagar pertahanan, seperti tempat mereka berjualan. Bambu runcing pun ikut menjadi senjata mereka. Dan, kain merah pun dikibarkan sebagai bentuk perlawanan sampai darah penghabisan.
Tidak terpancing emosi, pihak pemerintah kota Surabaya semakin memasang strategi. Untuk mengamankan pasar Keputran, hingga DPRD pun sampai meninjau keberadaan pasar Keputran.
Melalui proses negosiasi dan sosialisasi menjelaskan kenapa adanya penertiban pasar Keputran, yakni untuk relokasi pasar Keputran. Menjadikan fungsi semula untuk jalan raya. Dan, para pedagang legowo untuk pindah di Pasar Induk Osowilangun (PIOS). Tidak semuanya mau pindah di PIOS, dikarenakan jangkauannya terlalu jauh. Kurang sesuai dengan biaya transportasinya. Hingga dihitung-hitung keuntungan mungkin tipis bagi mereka. Namun kesepakatan tersebut diterima dengan lapangan dada.
Relokasi Pasar Keputran, Fungsikan Kembali sebagai Jalan Raya
Relokasi pun dapat dijalankan dimulai dari belakang hingga menuju jalan Keputran. Aparat pun, seperti Birmob, Angkatan Darat, Pamong Praja, dan Dinas Perhubungan dapat memasuki kawasan pasar Keputran. Untuk memastikan keamanan lokasi.
Dan, dinas kebersihan dan tata letak pun bergerak memperbaiki jalan Keputran. Dimulai dari depan Hotel Brantas, Wisma Dharmala, dan menuju jalan Darmo kali.
Kabar ini sangat menggembirakan bagi pihak pengusaha setempat, dikarenakan mereka dapat membuka kembali usahanya. Apalagi hotel Brantas akan semakin terkenal dan ramai pengunjung untuk transit di hotel Brantas. Hotel Brantas, salah satu bangunan tua yang harus kita lestarikan keberadaannya dan mejadi ikon Surabaya.
Perekonomian setempat stabil dan moral bagi pengusaha setempat. Dan, kepadatan arus lalu lintas dari arah Panglima Sudirman dapat terkurangi dengan adanya jalur alternatif dari arah jalan kayun menuju Keputran.
Tetapi apa yang terjadi, katanya pengeluaran untuk pembenahan jalan Keputran membutuhkan dana 1 milyar. Seperti yang diberitakan di media harian, baik pagi maupun sore.
Apa yang terjadi sampai sekarang jalan Keputran masih tertutup dengan pagar seng berwarna hijau. Dan, terlihat semakin rusak. Kondisi ini tidak sebanding dengan nilai uangnya. Kelihatan kondisi tidak sebagus kita kira. Tidak difungsikan kembali sebagai jalur alternatif untuk mengurangi kepadatan jalan Panglima Sudirman. Hal ini menjadi kecewaan besar bagi para pedagang pasar Keputran.
Relokasi yang terlalu lamban ini menyebabkan keuntungan bagi pedagang pasar Keputran. Untuk membuka kembali barang dagangannya di Keputran. Saat ini setiap sore aktifitas pasar Keputran kembali pulih. Pedagang pasar Keputran berjual di sekitar bibir sungai Bantaran Kali Mas dengan mendirikan tenda. Semestinya bibir sungai dijadikan ruang terbuka hijau, seperti sepanjang sungai Kali Mas.
“Bahkan di jalan Irian Barat telah dimanfaatkan oleh pedagang sayuran. Untuk berjual dan ini menyebabkan tidak ramah lingkungan. Kemacetan pun akan terjadi lagi. Kondisi jalan akan rusak, pemerintah kota Surabaya akan mengeluarkan biaya lagi dari APBN. Hal ini dirasakan kurang tegasnya pemerintah kota Surabaya. Untuk menfungsikan kembali jalan Keputran. Jalan hanya difungsikan kembali yang menuju jalan Kayoon dan Urip Sumohardjo.
Jadi, jangan salahkan pedagang Keputran berjualan kembali di Keputran. Dan, berilah solusi untuk mereka yang pedagang menengah ke bawah. Dikarenakan mereka tidak bisa berjualan di PIOS. PIOS hanya diperuntukkan supplier dan agen besar. Bayangkan kalau mereka diikutisertakan pindah ke PIOS. Mereka kesulitan mengatur keuangan mereka. Seperti transportasi dan biaya sewa stand PIOS.
Menjadi pekerjaan rumah untuk pemerintah kota Surabaya, untuk memikirkan hal ini. Tidak semua dapat dipindahkan di PIOS. Buatlah tempat bagi mereka yang strategi dan menguntungkan bagi mereka. Seperti yang digaungkan calon walikota dan wakilkota Surabaya pada bulan April hingga Mei. Cawali dan Cawawali ini berjanji akan menyejahterakan warganya. Apakah ini buktinya?
Seperti diberitakan di media harian bahwa pemerintah kota Surabaya akan berjanji menertibkan pedagang Keputran dalam batas waktu akhir Juni ini. Hal ini selalu dikatakan dengan janji. Janji lagi, apa kata Surabaya?
Ciptakan Culture kota Surabaya
Dengan melihat seperti ini, hendaknya pemerintah kota Surabaya membuat strategi yang cepat untuk mengatasi hal ini. Dengan cara menempatkan mereka di tempat yang strategi, seperti pembuatan pasar rakyat ataupun tradisional. Karena kalau kita kelola dengan baik pasar tradisional ini tidak kalah dengan pasar modern. Diantaranya mall yang ada di kota Surabaya.
Malahan pembangunan mall ini akan mengaburkan biaya dan nilai-nilai kota Surabaya. Nilai-nilai dan budaya kota Surabaya akan hilang dengan sendirinya. Terciptalah sikap egois, individu, tidak adanya komunikasi, hedoisme, dan menciptakan dengan sendirinya budaya kapitalis. Sungguh memprihatinkan hal ini, bila semakin terjadi di kota Surabaya!
Ciptakan kota Surabaya yang penuh komunikasi, ramah, sopan, dan menghormati sesama warga dengan adanya pasar tradisional. Karena di dalamnya pasar tradisional ini dapat menumbuhkembangkan nilai-nilai dan cultur kota Surabaya. Banyak nilai-nilai yang akan tertanam dalam kota Surabaya, seperti adanya komunikasi antar pembeli dan penjual melalui transaksi jual beli. Maka, sikap saling menghormati ada di dalamnya. Bahkan sikap nasionalisme akan semakin bertumbuh di dalam jiwa warga kota Surabaya. Tidak hanya itu bahasa Jawa Timuran akan semakin berkembang di kalangan kota Surabaya. Itulah ikon kota Surabaya.
Janganlah meluluh mementingkan para pemodal dengan adanya pembangunan gedung bertingkat dan mall. Ini semua memang baik adanya, tetapi dampaknya bagi Surabaya akan tenggelam dengan adanya air hujan. Dikarenakan tidak adanya penyerepan air hujan. Mari kita pertahankan Adipura kita sebagai kota Surabaya dengan ramah lingkungan dengan adanya ruang terbuka hijau (RTH). RTH dapat mengurangi polusi udara yang disebabkan oleh asap pengguna kendaraan dan menjadi penyerepan air hujan. Banjir tidak akan berlama-lama mengenangi kota Surabaya. (asep) Ilustrasi : www.image.google.co.id
Senin, 21 Juni 2010
Situs
Blogger, Yes!
Blogger dimulai oleh sebuah perusahaan sangat kecil di San Fransisco yang bernama Pyra Labs pada bulan Agustus 1999. Terjadi di tengah-tengah booming dot-com. Tetapi kami bukan jenis perusahaan yang didanai oleh VC, suka berpesta, dan berhura-hura, ataupun minum bir. (Kecuali bir gratis.)
Kami tiga sekawan, didanai dengan melakukan kontrak proyek web yang mengesalkan untu perusahaan besar, berusaha mencari jalan masuk yang megah ke dunia Internet. Apa yang dulu kami coba lakukan tidak ada hubungannya lagi sekarang. Tapi dulu ketika melakukan itu, kami menciptakan Blogger, hanya iseng saja, dan kami berpikir — Hmmmm... ini sepertinya menarik.
Blogger dimulai, dengan cara sederhana, dan akhirnya membesar, selama beberapa tahun. Kami telah mendapatkan sedikit uang (tapi masih kecil). Kemudian keruntuhan dot-com terjadi, dan kami pun kehabisan uang, dan kesenangan kecil dalam perjalanan kami semakin tidak menyenangkan lagi. Kami hampir tidak selamat, tidak utuh, tapi masih bisa mempertahankan layanan tetap berjalan sepanjang waktu (biasanya) dan mulai membangunnya kembali.
Semua hal berjalan dengan baik lagi di tahun 2002. Kami memiliki ratusan ribu user, meskipun itu belum banyak. Dan kemudian sesuatu yang tidak diharapkan terjadi: Google ingin untuk membeli kami. Ya, Google yang itu................
Kami suka Google, banget. Dan mereka suka blog. Jadi kami mengamini ide tersebut. Dan segalanya berjalan lancar.
Sekarang kami merupakan tim kecil (tapi sedikit lebih besar dari sebelumnya) di Google berfokus untuk menolong orang memiliki suara mereka sendiri di web dan mengorganisasikan informasi dunia dari perspektif perorangan. Yang dari dulunya sudah menjadi urusan kami. (net) Ilustrasi rangkak.blogspot.com
Blogger dimulai oleh sebuah perusahaan sangat kecil di San Fransisco yang bernama Pyra Labs pada bulan Agustus 1999. Terjadi di tengah-tengah booming dot-com. Tetapi kami bukan jenis perusahaan yang didanai oleh VC, suka berpesta, dan berhura-hura, ataupun minum bir. (Kecuali bir gratis.)
Kami tiga sekawan, didanai dengan melakukan kontrak proyek web yang mengesalkan untu perusahaan besar, berusaha mencari jalan masuk yang megah ke dunia Internet. Apa yang dulu kami coba lakukan tidak ada hubungannya lagi sekarang. Tapi dulu ketika melakukan itu, kami menciptakan Blogger, hanya iseng saja, dan kami berpikir — Hmmmm... ini sepertinya menarik.
Blogger dimulai, dengan cara sederhana, dan akhirnya membesar, selama beberapa tahun. Kami telah mendapatkan sedikit uang (tapi masih kecil). Kemudian keruntuhan dot-com terjadi, dan kami pun kehabisan uang, dan kesenangan kecil dalam perjalanan kami semakin tidak menyenangkan lagi. Kami hampir tidak selamat, tidak utuh, tapi masih bisa mempertahankan layanan tetap berjalan sepanjang waktu (biasanya) dan mulai membangunnya kembali.
Semua hal berjalan dengan baik lagi di tahun 2002. Kami memiliki ratusan ribu user, meskipun itu belum banyak. Dan kemudian sesuatu yang tidak diharapkan terjadi: Google ingin untuk membeli kami. Ya, Google yang itu................
Kami suka Google, banget. Dan mereka suka blog. Jadi kami mengamini ide tersebut. Dan segalanya berjalan lancar.
Sekarang kami merupakan tim kecil (tapi sedikit lebih besar dari sebelumnya) di Google berfokus untuk menolong orang memiliki suara mereka sendiri di web dan mengorganisasikan informasi dunia dari perspektif perorangan. Yang dari dulunya sudah menjadi urusan kami. (net) Ilustrasi rangkak.blogspot.com
Minggu, 20 Juni 2010
Seminar 180 Menit
Kupas Tuntas RSBI dan Penentuan KKM
Setelah rapat kerja menjelang tahun pelajaran 2010 - 2011, guru SMA Santa Maria mendapat wawasan mengenai Sekolah Berbasis Internasional (SBI) dan Rintisan Sekolah Berbasis Internasional (RSBI). Pemberian wawasan ini dikemas dalam Seminar dalam satu arah, Jumat (18/6) lalu di ruang Romana.
Pihak sekolah mengundang narasumber dari Pengawas Diknas kota Surabaya, Bapak Suryanto. Pada kesempatan kali ini, Suryanto menjelaskan terlebih dahulu mengenai Pergeseran Paradigma Konsep Kemajuan Bangsa yang dilihat dari 10 tanda kemunduran bangsa.
Namun, beliau menegaskan pula bahwa tidak etis kita memperlihatkan kemundurannya saja. Bangsa ini juga memerlukan 13 karakter penunjang keberhasilan. Seperti jujur, dipercaya, tepat waktu, dapat menyesuaikan diri dengan orang lain, dan dapat diandalkan, tegas Pengawas Diknas.
Setelah menjelaskan pergeseran paradigma, Suryanto menjelaskan SBI dan RSBI. Sebelum kita memutuskan sekolah berbasis Internasional dan rintisan Internasional. Hendaknya kita mengetahui terlebih dahulu perkembangan SBI dan RSBI, jelasnya.
Untuk melangkah ke RSBI ataupun SBI, pertama-pertama kita harus melihat Kebijakan Pembinaan RSBI dan SBI menurut Permendiknas No. 78/2009 dan PP No. 11/2010. Dan, untuk menuju RSBI harus memenuhi 8 unsur SNP yang diperkaya dengan standrat negara maju dengan dasar hukum, yakni UUSPN No. 20/2003.
Tidak hanya itu, sekolah juga memenuhi standart dari RSBI, seperti berbagai macam kreteria. Diantaranya kurikulum, proses pembelajaran, staf kependidikannya, Kepala Satuan Pendidikan, sarana prasarana, pengelolahan, dan pembiayaan.
Lanjut, session kedua. Suryanto memaparkan Penetapan Kreteria Ketuntasan Minimal (KKM). Kreteria Ketuntasan Minimal tidak ditentukan oleh Diknas, melainkan ditentukan oleh pihak sekolah sendiri dengan persetujuan guru bidang studi dan pengesahan kepala satuan pendidikan sekolah setempat.
”KKM ditetapkan oleh sekolah pada awal tahun pelajaran dengan memperhatikan intake (kemampuan rata-rata peserta didik), kompleksitas (mengidentifikasi indikator sebagai penanda tercapainya kompetensi dasar), dan daya dukung.”
Tidak hanya wawasan tentang KKM saja yang diberikan oleh Suryanto, melainkan bagaimana cara menghitung KKM berdasarkan ketiga komponen tersebut dan penilaian berbasis kelas, paparnya. (asep)
Pelepasan Siswa-Siswi Kelas XII
Bawah Semangat dan Nilai SERVIAM
Setelah menempuh dan menerima hasil Ujian Nasional 2010, siswa-siswi kelas XII SMA Santa Maria angkatan 2010 dilepas dan diserahkan kepada orang tuanya kembali. Pelepasan siswa-siswi ini diadakan di aula Santa Maria lantai 4, Sabtu lalu (19/6) dihadiri ratusan wali murid, alumni, dan sivitas akademika.
Tepat pukul 08.00 WIB pelepasan diawali dengan defile bendera dari lobby aula Santa Maria menuju panggung. Panggung didesain oleh panitia OSIS bernuansa hijau. Seperti kebanggaan SMA Santa Maria yang selalu bertumbuhkembang mengikuti perkembangan jaman. Dengan penanaman nilai-nilai Serviam yang peduli dan peka terhadap masyarakat sekitar. Dan, perpaduan multimedia yang telah dirancang oleh OSIS sedemikian rupa.
Defile bendera semakin terasa dengan kekompakkan paduan suara Santa Maria dalam melantunkan lagu Indonesia Raya, Serviam, Hymne Guru, dan Padamu Negeri. Dan, semakin lengkap pula di pelepasan ini ditayangkan flash back rutinitas siswa-siswi kelas XII selama menempuh pendidikan di sekolah tercinta, jabar Antoni ketua OSIS.
Setelah, penayangan video dilanjutkan dengan sambutan perwakilan wali murid dan Kepala Satuan Pendidikan, Ir. Marceline Prophylia. Marceline mengatakan janganlah Anda padamkan semangat untuk terus membekali diri dengan ilmu pengetahuan yang pada akhirnya dapat Anda gunakan untuk membangun dunia yang lebih baik, katanya.
Dan, pada kesempatan itu pula Marceline juga memperkenalkan Kepala Satuan Pendidikan yang baru, yakni Sr. Fitri Murniati, OSU. Mulai per 1 Juli 2010, Beliau akan mengemban tugas di SMA Santa Maria, kenalnya.
Sempurnalah, pelepasan siswa-siswi kelas XII ini dengan pemberian penghargaan kepada siswa-siswi yang berprestasi akademis dan aktif berprestasi di OSIS. Dan, penyerahan surat kelulusan dan medali, jelas Feliani, seksi acara pelepasan.
Keseimbangan Sistem Pendidikan dan Pelakunya
Dalam pelepasan ini Vania Denise, siswi jurusan IPA mengatakan kami tetap akan selalu menerapkan nilai-nilai Serviam yang telah kami terima selama tiga tahun di sekolah.
Di waktu kelas X, saya dibekali Respect and Serve Others (RSO). RSO ini dikonsep dengan melayani tukang sapu, clean service, dan penjual koran. Pelayanan siswa-siswi dengan cara menggantikan pekerjaan mereka. Bagaimana susah payahnya bekerja sebagai pekerja kasar?, Namun tetap dilakukan oleh mereka. Dari RSO ini, siswa-siswi dapat mengambil nilai-nilai yang terdapat pada diri mereka. Sehingga siswa-siswi dapat menghargai jasa pelayanan di publik.
Dan, semakin terbuka pada orang tua mereka yang selama ini memberikan kasih saying, baik itu moriil maupun financial. Hingga siswa-siswi semakin sadar dan peka pada orang tua. Dengan menghargai dan menghormati jerih payah orang tua.
Selain itu di kelas XI, saya dan teman-teman saya dibekali dengan adanya Serviam Project. Serviam Project yang dilakukan di rumah singgah, panti asuhan, dan panti jompo. Kegiatan ini salah satu implementasi nilai Serviam, untuk berempati kepada masyarakat marginal dengan memberikan bimbingan belajar, pelayanan kasih kepada anak-anak yang ditinggalkan orang tuanya, dan melayani omah opah yang dtinggalkan keluarganya.
Kelas XII, sekolah memberikan kami nilai-nilai hidup yang tidak semua dapat diukur dengan uang. Diantaranya kesederhanaan, kerendahhatian, kelembutan hati masyarakat desa yang penuh guyuh antara tetangga. Walaupun mereka kekurangan, masyarakat desa mempunyai nilai berbagi antara tetangga dengan menerapkan dasar hidup manusia. Manusia adalah mahkluk sosial. Masyarakat desa mempunyai teposeliro yang tinggi.
“Kegiatan kelas XII pendidikan karakter ini dikemas dalam Live In di luar kota. Seperti Wonogiri, Ponorogo, Boro, Klaten, Nglebeng, dan Parangteritis. Majulah terus dan tetap teguh, Serviam,” kata siswi terbaik di OSIS.
Pengembangan nilai karakter ini salah satu program unggulan dari SMA Santa Maria, dikarenakan saat ini generasi penerus kiat moral dan kebersamaan. Hubungan cinta kasih dan damai telah direnggut oleh uang. Uang sekarang segala-segalanya bagi mereka. Bahkan manusia pun dapat dibeli oleh uang. Dari sinilah sejak masuk di kelas X, siswa-siswi SMA Santa Maria ditumbuhkembangkan kepekaan dan kepedulian terhadap sesama, terutama masyarakat sekitar. Melalui nilai-nilai Serviam. Serviam artinya siap mengabdi.
Hal ini ditegaskan pula oleh Romo Agus Setyono, CM bahwa generasi penerus harus berani mengatakan TIDAK pada virus budaya yang tidak sesuai dengan cultur kita. Untuk berpratisipasi terhadap dunia. Dengan cara mengurangi pertikaian, seperti di jalur Gaza dan Aborsi.
Dan, mari kita meneladani semangat Mother Teresa yang berani melayani masyarakat Kalkuta di balik tembok biaranya, jelas Romo Agus pada saat misa tutup tahun pelajaran 2009-2010 di gereja Paroki Hati Kudus Yesus, Rabu lalu (9/6).
Di sisi akademis, guru-guru sangat telaten membimbing kami, sehingga banyak prestasi yang telah kami raih dalam olimpiade. Dan, kami sangat banyak bawah menempuh pendidikan selalu ditekankan kejujuran. Dengan adanya kontrak kejujuran selama menjalani ujian, terutama saat kami menempuh Ujian Nasional.
Kami juga bangga bahwa sekolah kami semakin maju dengan adanya sistem manajemen mutu dengan adanya ISO 9001:2000. Saat ini sistem kami telah menerima ISO 9001:2008. Tidak hanya pendidikan karakter dan akedemis yang diprioritaskan.
”Sistemnya pun diperbahaui terus menerus, hingga berjalan seiring perkembangan jaman dalam proses globalisasi. Dalam artian adanya balance antara pendidikan dan sistem." Semua diperlukan dalam proses pendidikan di SMA Santa Maria. Terkadang institusi pendidikan hanya sisi akademisnya. Untuk administrasi dan pendidikan karakter mengalami kepincangan. (asep)
Pesta Demokrasi Paroki Sakramen Mahakudus
Tak Mau Kalah dengan Pilkada Kota Surabaya
Tidak mau kalah dengan pesta dekorasi kota Surabaya dengan pemilihan walikota dan wakilkota Surabaya. Orang Muda Katolik (OMK) biasanya mengadakan pemilihan ketua Mudika (Muda Mudi Katolik) secara voting atau dengan langsung ditunjuk melalui dewan paroki dan romo paroki.
”Kali pertama, OMK Paroki Sakramen Mahakudus menggelar pemilihan Ketua Wakil Ketua Mudika dengan Pemilu ala Kamusamaku Community (KC). KC merupakan bagian dari OMK yang populer dengan sebutan Kaum Muda Sakramen Mahakudus.”
Pemilihan ini diadakan di Balai Paroki, Minggu lalu (14/4) dengan cara mencontreng. Dan, pemilihan ini terdapat delapan bakal calon. Setiap calon diberi kesempatan untuk berkampanye dengan cara berorasi selama maksimal lima menit. Untuk memaparkan visi-misi dan pengalaman berorganisasi masing-masing.
Dari delapan calon, ada tujuh yang hadir dan menyampaikan orasinya. Suara gemuruh dan tepuk tangan dari para pendukung menyertai orasi masing-masing calon persis seperti kampanye dalam pilkada dan pilpres.
“Usai menyampaikan orasinya, masing-masing calon diminta untuk menjawab pertanyaan dengan mengambil nomer undian pertanyaan sebagaimana kalau ada pemilihan cak dan ning.”
Panitia Pesta Demokrasi ala Kamusamaku menyediakan 120 kartu suara dan 86 kartu suara digunakan oleh para pemilihnya, yang berarti ada 71,67 % yang menggunakan haknya untuk mencontreng.
Hasil perolehan suara adalah ketua terpilih, Louis Andilun Gatu, memperoleh 51 suara (59,30 % dari kartu suara yang dicontreng) dan wakil ketua terpilih, Veronika Sari Fuji, mendapatkan 9 suara (10,47 % dari kartu suara yang dicontreng).
Atas terpilihnya ketua dan wakil ketua yang baru, ketua mudika paroki Samaku 2007-2010 mengucapkan selamat kepada mereka dan menyampaikan pesan “Jangan cepat putus asa dalam mengemban tugas”.
Selanjutnya, pastor kepala paroki Sakramen Mahakudus, Pagesangan, romo J.A. Sri Nugroho yang akrab dengan sapaan romo Nano – memberikan salam proficiat untuk mereka dan berpesan: “Rukun-rukun lah selalu anak-anakku”, sebagaimana pesan orang tua kepada anak-anaknya, pesannya.
Ketua terpilih pun memberikan sambutan singkat yang pada intinya mohon dukungan dari semua mudika Samaku dan ajakan untuk saling sharing demi kemajuan bersama serta bertanggungjawab keberadaan generasi Mudika Samaku.
Pemilihan Dewan Pastoral Paroki
Tak lama kemudian, selang dua bulan di Gereja Paroki Sakramen Mahakudus yang diresmikan Presiden ke-4, yakni Alm. Gus Dur. Menggelar pemilihan Dewan Pastoral Paroki di Balai Paroki, Minggu lalu (13/6).
Sebelum pemilihan digelar panitia mensosialisasikan pada saat misa kudus. Sosialisasi ini langsung disampaikan oleh romo Nano selama satu bulan lebih. Setelah sosialiasasi para bakal calon Ketua Dewan Pastoral Paroki (DPP), panitia mempersiapkan diri untuk mengkonsep pemilihannya.
”Bahkan secara khusus panitia dan romo paroki membuatkan doa menjelang pemilihan ketua DPP. Diantaranya Ibrahim Hadi Wijaya, R.B. Heru Kwartanto, Y. Samuel Kristianto P, Dominikus Misnunarso, F.J. Marbun Banjar Nahor, F.X. Susilo Adi, dan Josaphat Haryono.”
Berbagai banner dan poster terpampang di balai paroki. Tujuannya untuk mengingatkan kembali para bakal calon Ketua DPP dengan menyertakan motto, visi, dan misinya.
Andreas Simson Ginting (54), Ketua Panitia menjelaskan konsep pengajuan calon ketua DPP. Awal mulanya pemilihan DPP diajukan melalui lingkungan masing-masing. Kemudian, disaring oleh tim sukses dari setiap wilayah. Kali ini lain, romo Nano yang memutuskan para calonnya. Bahkan, para calon tersebut belum tentu mewakili wilayahnya, jelas Andreas.
Dan, pada saat penentuan calon harus memenuhi 2 syarat, yakni syarat khusus dan umum. Syarat khususnya merupakan umat sendiri, usia di atas 40 tahun, pasutri Katolik, telah menerimakan sakramen komuni,sakramen krisma, dan kehidupan keluarganya menjadi teladan umat setempat. Sedangkan, syarat umumnya, yakni sopan, rendah hati, jujur, terbuka, mau melayani umat sesuai dengan 1 Petrus 5:2-3, jabar Andreas.
Akhirnya, tepat pukul 10.00 WIB dari 210 umat yang membawah undangan pemilihan. Satu per satu menggunakan hak pilih untuk mencontreng bakal calonnya secara umum, terbuka, dan bertanggungjawab. Untuk kemajuan tubuh gereja yang berdiri di depan Masjid terbesar di Jawa Timur.
”Pencontrengan dilakukan dengan prosedur hampir sama dengan pencontrengan dalam pilkada dan pilpres yakni para pemilih menuju ke meja panitia untuk mengambil kartu suara yang berisi gambar dan nama calon dan kemudian menuju ke bilik pencontrengan. Panitia menyediakan empat bilik pencontrengan. Seusai mencontreng, pemilih memasukkan kartu suara yang sudah dicontreng ke dalam kotak suara yang disediakan.”
Namun perbedaannya berada pada Kartu Pemilih dan tidak ada tinta. Tinta sebagai tanda bahwa umat telah mencontreng. Dari 210 pemilih yang memilih 202 pemilih. Jadi, dapat dikatakan hampir 100% umat menggunakan hak pilihnya.
Sekitar pukul 11.30 WIB proses perhitungan dimulai dengan disaksi para pengamatan sejumlah 62. 62 pengamatan ini ditunjuk bertujuan untuk memastikan dan memantau jalannya pemilihan. Sekaligus menjadi saksi perhitungan suara yang tidak tergabung dari partai mana pun juga atau seringkali disebut pengamatan independen.
Nantinya, Ketua DPP terpilih akan mengemban tugas yang telah dirumuskan oleh Keuskupan Surabaya, yakni Arah Dasar Pastoral. Dalam 4 bidang pastoral, diantaranya bidang pembinaan (keluarga, anak, remaja, dan orang muda), Sumber Iman (katekese, liturgi, dan kitab suci), Kerasulan Khusus (karya misioner, pendidikan, dan komunikasi sosial), serta kerasulan umum (kerawam, pengembangan sosial, ekonomi/PSE, dan Hubugan Antar Agama dan Kepercayaan), jabar ketua panitia. (asep)
Tidak mau kalah dengan pesta dekorasi kota Surabaya dengan pemilihan walikota dan wakilkota Surabaya. Orang Muda Katolik (OMK) biasanya mengadakan pemilihan ketua Mudika (Muda Mudi Katolik) secara voting atau dengan langsung ditunjuk melalui dewan paroki dan romo paroki.
”Kali pertama, OMK Paroki Sakramen Mahakudus menggelar pemilihan Ketua Wakil Ketua Mudika dengan Pemilu ala Kamusamaku Community (KC). KC merupakan bagian dari OMK yang populer dengan sebutan Kaum Muda Sakramen Mahakudus.”
Pemilihan ini diadakan di Balai Paroki, Minggu lalu (14/4) dengan cara mencontreng. Dan, pemilihan ini terdapat delapan bakal calon. Setiap calon diberi kesempatan untuk berkampanye dengan cara berorasi selama maksimal lima menit. Untuk memaparkan visi-misi dan pengalaman berorganisasi masing-masing.
Dari delapan calon, ada tujuh yang hadir dan menyampaikan orasinya. Suara gemuruh dan tepuk tangan dari para pendukung menyertai orasi masing-masing calon persis seperti kampanye dalam pilkada dan pilpres.
“Usai menyampaikan orasinya, masing-masing calon diminta untuk menjawab pertanyaan dengan mengambil nomer undian pertanyaan sebagaimana kalau ada pemilihan cak dan ning.”
Panitia Pesta Demokrasi ala Kamusamaku menyediakan 120 kartu suara dan 86 kartu suara digunakan oleh para pemilihnya, yang berarti ada 71,67 % yang menggunakan haknya untuk mencontreng.
Hasil perolehan suara adalah ketua terpilih, Louis Andilun Gatu, memperoleh 51 suara (59,30 % dari kartu suara yang dicontreng) dan wakil ketua terpilih, Veronika Sari Fuji, mendapatkan 9 suara (10,47 % dari kartu suara yang dicontreng).
Atas terpilihnya ketua dan wakil ketua yang baru, ketua mudika paroki Samaku 2007-2010 mengucapkan selamat kepada mereka dan menyampaikan pesan “Jangan cepat putus asa dalam mengemban tugas”.
Selanjutnya, pastor kepala paroki Sakramen Mahakudus, Pagesangan, romo J.A. Sri Nugroho yang akrab dengan sapaan romo Nano – memberikan salam proficiat untuk mereka dan berpesan: “Rukun-rukun lah selalu anak-anakku”, sebagaimana pesan orang tua kepada anak-anaknya, pesannya.
Ketua terpilih pun memberikan sambutan singkat yang pada intinya mohon dukungan dari semua mudika Samaku dan ajakan untuk saling sharing demi kemajuan bersama serta bertanggungjawab keberadaan generasi Mudika Samaku.
Pemilihan Dewan Pastoral Paroki
Tak lama kemudian, selang dua bulan di Gereja Paroki Sakramen Mahakudus yang diresmikan Presiden ke-4, yakni Alm. Gus Dur. Menggelar pemilihan Dewan Pastoral Paroki di Balai Paroki, Minggu lalu (13/6).
Sebelum pemilihan digelar panitia mensosialisasikan pada saat misa kudus. Sosialisasi ini langsung disampaikan oleh romo Nano selama satu bulan lebih. Setelah sosialiasasi para bakal calon Ketua Dewan Pastoral Paroki (DPP), panitia mempersiapkan diri untuk mengkonsep pemilihannya.
”Bahkan secara khusus panitia dan romo paroki membuatkan doa menjelang pemilihan ketua DPP. Diantaranya Ibrahim Hadi Wijaya, R.B. Heru Kwartanto, Y. Samuel Kristianto P, Dominikus Misnunarso, F.J. Marbun Banjar Nahor, F.X. Susilo Adi, dan Josaphat Haryono.”
Berbagai banner dan poster terpampang di balai paroki. Tujuannya untuk mengingatkan kembali para bakal calon Ketua DPP dengan menyertakan motto, visi, dan misinya.
Andreas Simson Ginting (54), Ketua Panitia menjelaskan konsep pengajuan calon ketua DPP. Awal mulanya pemilihan DPP diajukan melalui lingkungan masing-masing. Kemudian, disaring oleh tim sukses dari setiap wilayah. Kali ini lain, romo Nano yang memutuskan para calonnya. Bahkan, para calon tersebut belum tentu mewakili wilayahnya, jelas Andreas.
Dan, pada saat penentuan calon harus memenuhi 2 syarat, yakni syarat khusus dan umum. Syarat khususnya merupakan umat sendiri, usia di atas 40 tahun, pasutri Katolik, telah menerimakan sakramen komuni,sakramen krisma, dan kehidupan keluarganya menjadi teladan umat setempat. Sedangkan, syarat umumnya, yakni sopan, rendah hati, jujur, terbuka, mau melayani umat sesuai dengan 1 Petrus 5:2-3, jabar Andreas.
Akhirnya, tepat pukul 10.00 WIB dari 210 umat yang membawah undangan pemilihan. Satu per satu menggunakan hak pilih untuk mencontreng bakal calonnya secara umum, terbuka, dan bertanggungjawab. Untuk kemajuan tubuh gereja yang berdiri di depan Masjid terbesar di Jawa Timur.
”Pencontrengan dilakukan dengan prosedur hampir sama dengan pencontrengan dalam pilkada dan pilpres yakni para pemilih menuju ke meja panitia untuk mengambil kartu suara yang berisi gambar dan nama calon dan kemudian menuju ke bilik pencontrengan. Panitia menyediakan empat bilik pencontrengan. Seusai mencontreng, pemilih memasukkan kartu suara yang sudah dicontreng ke dalam kotak suara yang disediakan.”
Namun perbedaannya berada pada Kartu Pemilih dan tidak ada tinta. Tinta sebagai tanda bahwa umat telah mencontreng. Dari 210 pemilih yang memilih 202 pemilih. Jadi, dapat dikatakan hampir 100% umat menggunakan hak pilihnya.
Sekitar pukul 11.30 WIB proses perhitungan dimulai dengan disaksi para pengamatan sejumlah 62. 62 pengamatan ini ditunjuk bertujuan untuk memastikan dan memantau jalannya pemilihan. Sekaligus menjadi saksi perhitungan suara yang tidak tergabung dari partai mana pun juga atau seringkali disebut pengamatan independen.
Nantinya, Ketua DPP terpilih akan mengemban tugas yang telah dirumuskan oleh Keuskupan Surabaya, yakni Arah Dasar Pastoral. Dalam 4 bidang pastoral, diantaranya bidang pembinaan (keluarga, anak, remaja, dan orang muda), Sumber Iman (katekese, liturgi, dan kitab suci), Kerasulan Khusus (karya misioner, pendidikan, dan komunikasi sosial), serta kerasulan umum (kerawam, pengembangan sosial, ekonomi/PSE, dan Hubugan Antar Agama dan Kepercayaan), jabar ketua panitia. (asep)
JARKOM KUDUS
Berawal dari Kerinduan dan Keeratan Komunikasi
Dua pekan menjelang Pentakosta, Minggu lalu (9/5),seperti para rasul yang berkumpul di ruang atas menantikan turunnya Roh Kudus, sekitar 20 orang berkumpul di salah satu ruangan di Restoran Kuningan Surabaya.
Ke-20 itu merupakan perwakilan-perwakilan dari beberapa komunitas doa yang ada di Keuskupan Surabaya, yakni PUKAT, Bunda Kudus, Puspita, KTM, BPK-PKK, PDKI, ME, PTRS, dan lain-lain. Berlatar belakang kerinduan mendalam akan jalinan persaudaraan yang lebih erat di antara komunitas-komunitas doa se-Keuskupan Surabaya. Mereka berbagi rasa, wawasan, dan pendapat tentang rencana pembentukan sebuah wadah komunikasi dan kerjasama semua komunitas doa yang ada di wilayah Keuskupan Surabaya.
Dan akhirnya, Roh Kudus – Roh Pemersatu – sungguh-sungguh berkarya dengan terbentuknya JARKOM KUDUS (Jaringan Komunikasi Komunitas Doa Keuskupan Surabaya).
Ide pertemuan ini atas insiatif EV. Heru Prasanta Wijaya, umat Paroki St. Yakobus Surabaya, yang sedikit banyak terlibat dalam beberapa komunitas doa yang ada.
“Berbekal restu lisan dari Bapak Uskup Surabaya yang telah mendengar ide tentang jaringan komunikasi. Heru mengirimkan undangan pertemuan yang ternyata mendapat tanggapan sangat menggembirakan dari komunitas-komunitas doa yang diundang.
Akhirnya, pertemuan berlangsung dalam suasana akrab penuh persaudaraan. Dalam pengantar yang disampaikan di awal pertemuan, Pak Heru menceritakan histori idenya tentang pembentukan jaringan yang melingkupi semua komunitas doa yang ada di Keuskupan Surabaya, ceritanya.
Ide embrional yang sangat genial dari Pak Heru dan beberapa koleganya adalah pembelian sekomplek ruko; komunitas-komunitas akan mendapat satu bagian ruko untuk kantor sekretariat dan tempat kegiatan. Kedekatan geografis diharapkan dapat menjadi awal komunikasi yang baik. Kesadaran selanjutnya diperkuat oleh pengalaman perjumpaan dengan Jairngan Kodok (Jaringan Komunikasi Antar Komunitas Doa KAS). Dalam sebuah pertemuan dengan Jaringan Kodok Kevikepan Surakarta di Solo, Pak Heru sebagai umat Keuskupan Surabaya ditantang untuk membentuk jaringan komunikasi yang serupa di Keuskupan Surabaya; bahkan secara berkelakar, diusulkan nama Jaringan Kodok Ngorek, jabarnya detail.
Selanjutnya, wakil dari masing-masing komunitas yang hadir turut memberikan pandangan dan pendapat tentang jaringan komunikasi tersebut. Semua perwakilan komunitas yang hadir menyampaikan bahwa pada dasarnya mereka menyambut baik rencana pembentukan jaringan komunikasi.
Begitu banyaknya komunitas doa yang ada di Keuskupan Surabaya menjadi alasan utama diperlukannya sebuah jaringan komunikasi yang diharapkan bisa menyinergikan program serta kegiatan komunitas-komunitas yang ada, tambahnya.
Sebagian hadirin juga melihat potensi ‘gesekan’ yang sangat mungkin terjadi antara komunitas yang satu dengan yang lain. Diharapkan, jaringan komunikasi yang terbentuk akan juga menjadi wadah komunikasi dan rekonsiliasi agar keakraban dan persaudaraan tetap dapat terjaga. Hal ini disepakati oleh Bp. Hanny Rumoei dari PUKAT dan Bp. Agustinus dari BPK-PKK.
Menyampaikan pesan dari Bp. Totok, Ketua PTRS yang tidak bisa hadir, Pak Heru juga mengusulkan agar jaringan komunikasi yang nantinya terbentuk tidak overlap. Sehingga semua komunitas tetap dapat secara independen melaksanakan program kegiatan rutin sesuai dengan kharisma dan spiritualitas masing-masing.
Bp. Henry Nangoy menambahkan bahwa dengan adanya jaringan komunikasi, program dan kegiatan masing-masing komunitas justru dapat dikomunikasikan satu sama lain sehingga sangat dimungkinkan terjadi saling bantu dalam aktivitas-aktivitas yang dilaksanakan, tambahnya.
Menanggapi usulan nama jaringan komunikasi tersebut yang mengandung kata ‘Kudus’, Ibu Magda Nangoy menegaskan bahwa kekudusan harus menjadi orientasi bersama. Salah satu tanda nyata dari kekudusan adalah sikap tidak ingin menonjolkan diri atau komunitasnya sendiri.
Setelah diskusi cukup panjang yang berlangsung dalam suasana penuh keakraban, pada akhirnya diambillah keputusan bersama yang menegaskan terbentuknya jaringan komunikasi yang diberi nama JARKOM KUDUS (Jaringan Komunikasi Komunitas Doa Keuskupan Surabaya). Kekeluargaan dan koordinatif menjadi sifatnya.
Tidak hanya memutuskan nama jaringan pada saat itu, mereka yang hadir juga berhasil merumuskan visi “Komunikasi kasih dalam kehidupan antar komunitas sekeuskupan surabaya”. Sedangkan Misinya "Menjalin hubungan dan komunikasi yang baik antar komunitas. Melaksanakan program Keuskupan serta mengadakan kegiatan bersama minimal setahun sekali.”
Dalam tugas pertamanya, para pengurus yang sudah dipilih adalah segera mencari data seluruh komunitas yang ada di wilayah Keuskupan Surabaya serta mengirimkan surat kepada mereka. Untuk meminta kesediaannya bergabung dan terlibat dalam Jarkom Kudus.
“Sebagai rencana ke depan, akan diadakan pertemuan yang lebih besar dengan melibatkan semakin banyak komunitas. Dan diharapkan dalam satu atau dua bulan ke depan, Jarkom Kudus sudah dapat dikukuhkan oleh Bapak Uskup.”
Tidak akan pernah ada paksaan atau keharusan bagi komunitas-komunitas untuk bergabung. Namun harapan terbesar yang terungkap dalam pertemuan tersebut bahwa semua komunitas mau turut bergabung dan bersatu hati dalam Jarkom Kudus. Untuk saling mengembangkan dan bersama-sama membangun Keuskupan Surabaya. (nawanto/asep)
Informasi Hubungi :
Sekretariat Jarkom Kudus
Sdr. Anselmus Budi Nawanta
HP. 085645771856
Email: jarkom.kudus@gmail.com
Minggu, 30 Mei 2010
Bincang Pagi
Jembatani Bakal Calon Walikota dan Wakil Walikota
Tak lama lagi, Surabaya menyelenggarakan pesta demokrasi. Tepatnya, tanggal 2 Juni 2010. Dalam pemilihan calon Walikota dan Wakil Walikota. Pemilihan tahun ini diharapkan memilih dengan hati nurani dan berasaskan LUBER. Diantaranya Langsung, Umum, Bebas, dan Rahasia.
Namun, pada saat pemilihan, pemilih tidak mengetahui keberadaan calon Walikota dan Walikota, terutama umat katolik Keuskupan Surabaya. Sebagai umat yang bertanggungjawab atas kehidupan bersama di kota Surabaya diharapkan memilih secara aktif, jujur, cerdas, dan kritis.
Untuk itu umat katolik perlu mencermati, menganalisis, menimbang dengan cerdas dan kritis, serta hati nurani yang diterangi roh kudus, yakni sang pembebasan dari money politics. Dan, tidak hanya tertarik pada pesona janji-janji politiknya yang sering kali tidak terpenuhi.
Yang pasti dari calon Walikota dan Wakil Walikota mempunyai visi dan misi untuk kemajuan Surabaya. Tetapi juga mempunyai kelebihan dan kelemahan. Untuk mengetahui hal ini, umat perlu dibantu dalam mengamati para calon.
Dengan begitu seksi kerasulan Awam Gereja Katolik Paroki St. Yakobus, Citraland bekerjasama Komisi Kerasulan Awam Keuskupan Surabaya menyelenggarakan Bincang-Bincang Pagi Bersama Cawali dan Cawawali kota Surabaya. Tema dari bincang pagi ini mengusung ”Sosok Walikota dan Wakil Walikota Surabaya yang Ideal di Mata Masyarakat.”
Bincang pagi ini diadakan di Balai Paroki St. Yakobus, Minggu lalu (9/5) menghadirkan kelima calon Walikita dan Wakil Walikota. Diantaranya Mazlan Mansur, S.E. nomor urut 1 (calon wakil Walikota) dari partai pendukung PKB, Gerindra, Ir. H. Fandi Utomo (calon Walikota) nomor urut 2 dari partai pendukung PDS, PKS, PPP, PKNU, Arif Afandi (calon Walikota) nomor urut 3 dari partai pendukung Demokrat, Golkar, PAN, dan Fitradjaja Purnama bersama wakilnya Naen Soeryono nomor urut 5 independen.
Untuk calon Walikota dan Wakil Walikota nomor urut 4, yakni Ir. Tri Rismaharini dan Drs. Bambang DH tidak hadir, dikarenakan mempunyai agenda di tempat lain. Dan, Drs. Bambang DH sendiri harus membuka festival Rujak Uleg. Festival Rujak Uleg ini diselenggarakan di Kembang Jepun dalam rangka Hari Ulang Tahun Surabaya ke-717.
Dalam bincang pagi ini dihadir umat katolik dari 19 paroki, mahasiswa, aktivis gereja, para romo, suster, BEM Universitas Katolik Dharma Cendika, BEM Universitas Katolik Widya Mandala, mahasiswa-mahasiswi keperawatan dari RKZ, dan organisasi katolik. Diantaranya FMKRI, WKRI, PMKRI, dan Pemuda Katolik.
Sebelum dimulainya, bincang pagi Romo Y. Eko Budi Susilo selaku Ketua Komisi Kerasulan Awam memberikan pengantar kepada umat yang hadir. Beliau mengajak umat katolik untuk mengenal lebih dekat dan dialog dengan bakal calon pemimpin kota Surabaya. Karena umat katolik juga ikut bertanggungjawab pada sosial politik. Untuk memilih yang terbaik dari yang baik.
Romo Eko juga menghimbau kepada umat katolik untuk terlibat dalam politik demi kebaikan dan kemajuan bersama. Gereja juga menyadari tugas dan wewenangnya dikarenakan tidak dapat dicampur dengan negara dan tidak terikat pada sistem politik manapun juga, himbaunya.
”Jika ada umat katolik ikut bergabung dengan partai. Itu salah satu bentuk dari keaktifan umat dalam memperjuangkan kesejahteraan bersama dengan cinta kasih. Keaktifanya sebenarnya merupakan ungkapan iman yang didasari oleh panggilan pribadinya. Dan, tidak mengatasnamakan Gereja, tetapi dijiwai uman Katolik demi kepentingan umum dan kesejahteraan warga bersama.”
Kita datang di Balai Paroki merupakan bagian dari tanggungjawab kita sebagai warga Surabaya. Untuk mengenal lebih dekat bakal calon Walikota dan Wakil Walikota dari segi pribadinya, kepemimpinannya, integritas moral, dan kemampuan dalam bidang yang seharusnya dikuasai.
Oleh karena itu, tolak ukur para bakal Walikota dan Wakil Walikota, yakni mampu mengintegrasikan cinta kasih kepada warganya, martabat kemanusiaan dengan menghargai kemerdekaan, kesamaan, dan persaudaraan. Menjunjung tinggi kejujuran dalam keadilan hingga menumbuhkan iklim saling mempercayai antar warga masyarakat dan pelaksanaan pemerintahan, paparnya.
Selain itu, calon Walikota dan Wakil Walikota harus mengajak warga untuk menghargai pluralitas dengan membangun kekuatan di atas kepercayaan. Penghargaan terhadap perbedaan sebagai sesuatu yang saling memperkaya keanekaragaman di Surabaya. Di lain pihak para calon wajib menekankan hak hidup kepada warganya. Seperti menghindari sikap hedonisme, pergaulan bebas, permisif terhadap euthanasia, aborsi, dan bunuh diri.
”Hak hidup juga diwujudkan dalam pelayanan publik optimal dengan mempermudah dan memperoleh identitas, akses ruang publik, perlindungan keamanan, kebutuhan sehari-hari maupun ruang religiusitas.”
Romo Eko menambahkan bahwa warga Surabaya peka dan peduli pada lingkungan hidup. Mempersempit urbanisasi dengan menata dan mengelolah lingkungan hidup sebagaimana mestinya hingga warga masyarakat bisa hidup secara aman dan sehat, tambahnya.
Mengapa ingin menjadi Cawali dan Cawawali kota Surabaya?
Setelah kata pengantar dari romo Eko, Vinsensius Awey dan Retno selaku moderator membuka bincang pagi dengan memanggil keempat calon Walikota dan Wakil Walikota. Untuk maju ke depan. Sebagai pembuka, Vinsensius Awey memberikan pertanyaan kepada Fitra. Mengapa ingin menjadi Walikota?
Fitra menjawab seperti yang dituturkan romo Eko bahwa kita harus berpolitik atas panggilan pribadi didasari kesejahteraan bersama seluruh warga kota Surabaya. Terpenting sebagai pemimpin mau melayani dan rela berkorban waktu maupun perasaan, jawab Cawali nomor urut 5.
Naen pun menambahkan keinginannya menjadi Cawawali untuk mengabdikan diri kepada warga Surabaya. Melalui pengalamannya sebagai seorang pendidik. Salah satunya meningkatkan mutu pendidikan di Surabaya, tambah pria yang kesehariannya bekerja sebagai Advokat dan dosen di Universitas Katolik Darma Cendika Surabaya.
Berbeda dengan keinginan Mazlan, Cawawali dari partai pendukung PKB dan Gerindra ini mengungkapkan bahwa dirinya ingin memperbaiki Surabaya lebih maju dengan pembangunan. Dan, menjadikan kota yang agamis dengan tidak mensengsarakan yang lain. Pemuda juga harus ikut bangkit bersama yang tua, ungkapnya.
Arif Afandi pun menjelaskan keinginannya menjadi Cawali. Menjadi Cawali itu salah satu amanah dari orang tua beliau untuk melayani orang lain. Apalagi kalau memanggil nama beliau ada sesuatu yang berbeda. Nama beliau mempunyai arti yang mendalam, yakni seorang laki-laki yang tampan dan mengutamakan kebijakan dalam bertindak. Semisal dengan memperhatikan perkembangan kota Surabaya melalui otonomi daerah hingga dapat bersaing dan maju.
Di sela-sela menjawab pertanyaan moderator, Awey mengajukan pertanyaan yang unik, kenapa Pak Arif tidak melamar Bambang DH sebagai pendamping bapak. Arif dengan tenang menjawab pertama Bambang DH tidak boleh mencalonkan kembali sebagai Cawali. Jadi, Bambang BH hanya bisa mencalonkan diri sebagai Cawawali, jawab Cawali nomor urut 3.
Sedangkan saya telah mendaftarkan diri sebagai Cawali. Kalau Bambang DH menjadi Cawawali mendampingi saya. Itu namanya kualat. Dikarenakan Bambang DH itu dulu menjadi bapak saya. Pada tahun 2005, Bambang DH melamar saya untuk menjadi Cawawali. Masak saya melamar Bambang DH menjadi Cawawali, tambah mantan pemimpin redaksi media harian di Surabaya.
Bagaimana Program 100 hari ke depan?
Setelah pertanyaan pertama diajukan Vinsensius Awey, Retno menyambung pertanyaan kedua, bagaimana program 100 hari ke depan, jika Anda semua menjadi Walikota dan Wakil Walikota.
Arif Afandi yang mengusung slogan Rumah Kita memaparkan kunci utama, meningkatkan kesejahteraan warga masyarakat Surabaya melalui pertumbuhan ekonomi. Anggaran Pendapatan Belanja Daerah, 5%nya untuk perputaran uang.
Kami juga menfasilitasi dan merangkul pengusaha untuk membuka usaha di Surabaya. Di bidang pendidikan, kesehatan terutama puskesmas. Kami ingin mengratiskan untuk masyarakat bawah dan menengah (middle low) hingga kemiskinan dapat terkurangi. Bahkan, infrastruktur pun kami bangun sebagai pengurangan kemacetan melalui arus balik, jelasnya.
Untuk program 100 hari ke depan, pasangan Fitra dan Naen merencanakan pembebasan tanah yang sifatnya masih surat ijo menjadi sertifikat. Sesuai dengan teks Proklamasi 1945 ”....... pemindahan dalam tempo sesingkat-singkatnya...”.
Fitra menambahkan dengan tanah, warga Surabaya dapat menjadi modal dasar. Tanah merupakan hak milik rakyat yang harus diperjuangkan pemerintah kota dengan melihat UU Pokok Agraria.
UU Pokok Agraria itu hanya mengatur dan kami akan memperjuangkan kepada Badan Pertahanan Nasional (BPN) sampai menjadi sertifikat. Sampai ke tangan rakyat sebagai hak atas milik tanah. Dan, dalam waktu 3 bulan sistem soal tanah dapat terselesaikan, tambah pasangan independen. Dan, mohon doa restu dari warga Surabaya.
Setelah Retno mempersilakan Fitra menyampaikan programnya. Giliran pasangan dari partai PKB dan Gerinda ini. Mazlan mewakili Sutadi menyampaikan programnya, menjalankan mandar UU dan rakyat melalui pemberantasan kemiskinan dan pendidikan.
Untuk mengetaskan kemiskinan, Mazlan menambahkan bahwa seharusnya pembangunan infrastruktur ditinjau lagi dan tepat sasaran. Seperti penghijauan dan penbangunan ruang terbuka hijau mengeluarkan APBD begitu banyak. Sehingga perlunya penghematan dana, penghematan ini nantinya akan dialokasikan yang lain, seperti pengembangan rumah sakit Dr. Suwandi, tambahnya.
”Dr. Suwandi merupakan rumah sakit milik pemerintah kota Surabaya yang semestinya dikelola dengan baik. Akhirnya rumah sakit Dr. Suwandi menjadi pelayanan masyarakat.”
Bahkan, puskesmas tidak hanya gratis, melainkan pengalokasian dana. Pengembangan Sumber Daya Manusia, yakni kinerja perawat terutama pelayanan optimal. Dengan begitu pemerintah kota Surabaya dapat mengembangkan rumah sakit untuk orang tua. Semisal perawat-perawat yang tua melayani orang tua yang sakit. Jadi, perawat-perawat yang tua dapat berkarya.
Dan, terakhir perubahan identitas diri, seperti program dapat database dan kualitas kartu diperkuat. Janganlah seperti kartu pelajar.
Setelah Mazlan memyampaikan programnya, Fandi menyampaikan program pada pemuda harapan dan masa depan bangsa. Dengan menumbuhkembangkan partisipasi, emansipasi, dan ekspresi pemuda. Dan, yang paling penting program 100 ke depannya, pengentasan kemiskinan. Dana APBD difokuskan dan diorientasikan pada warga miskin melalui pengembangan alat produksi bagi warga miskin, sampainya. (asep) Foto: google.image.co.id
Tak lama lagi, Surabaya menyelenggarakan pesta demokrasi. Tepatnya, tanggal 2 Juni 2010. Dalam pemilihan calon Walikota dan Wakil Walikota. Pemilihan tahun ini diharapkan memilih dengan hati nurani dan berasaskan LUBER. Diantaranya Langsung, Umum, Bebas, dan Rahasia.
Namun, pada saat pemilihan, pemilih tidak mengetahui keberadaan calon Walikota dan Walikota, terutama umat katolik Keuskupan Surabaya. Sebagai umat yang bertanggungjawab atas kehidupan bersama di kota Surabaya diharapkan memilih secara aktif, jujur, cerdas, dan kritis.
Untuk itu umat katolik perlu mencermati, menganalisis, menimbang dengan cerdas dan kritis, serta hati nurani yang diterangi roh kudus, yakni sang pembebasan dari money politics. Dan, tidak hanya tertarik pada pesona janji-janji politiknya yang sering kali tidak terpenuhi.
Yang pasti dari calon Walikota dan Wakil Walikota mempunyai visi dan misi untuk kemajuan Surabaya. Tetapi juga mempunyai kelebihan dan kelemahan. Untuk mengetahui hal ini, umat perlu dibantu dalam mengamati para calon.
Dengan begitu seksi kerasulan Awam Gereja Katolik Paroki St. Yakobus, Citraland bekerjasama Komisi Kerasulan Awam Keuskupan Surabaya menyelenggarakan Bincang-Bincang Pagi Bersama Cawali dan Cawawali kota Surabaya. Tema dari bincang pagi ini mengusung ”Sosok Walikota dan Wakil Walikota Surabaya yang Ideal di Mata Masyarakat.”
Bincang pagi ini diadakan di Balai Paroki St. Yakobus, Minggu lalu (9/5) menghadirkan kelima calon Walikita dan Wakil Walikota. Diantaranya Mazlan Mansur, S.E. nomor urut 1 (calon wakil Walikota) dari partai pendukung PKB, Gerindra, Ir. H. Fandi Utomo (calon Walikota) nomor urut 2 dari partai pendukung PDS, PKS, PPP, PKNU, Arif Afandi (calon Walikota) nomor urut 3 dari partai pendukung Demokrat, Golkar, PAN, dan Fitradjaja Purnama bersama wakilnya Naen Soeryono nomor urut 5 independen.
Untuk calon Walikota dan Wakil Walikota nomor urut 4, yakni Ir. Tri Rismaharini dan Drs. Bambang DH tidak hadir, dikarenakan mempunyai agenda di tempat lain. Dan, Drs. Bambang DH sendiri harus membuka festival Rujak Uleg. Festival Rujak Uleg ini diselenggarakan di Kembang Jepun dalam rangka Hari Ulang Tahun Surabaya ke-717.
Dalam bincang pagi ini dihadir umat katolik dari 19 paroki, mahasiswa, aktivis gereja, para romo, suster, BEM Universitas Katolik Dharma Cendika, BEM Universitas Katolik Widya Mandala, mahasiswa-mahasiswi keperawatan dari RKZ, dan organisasi katolik. Diantaranya FMKRI, WKRI, PMKRI, dan Pemuda Katolik.
Sebelum dimulainya, bincang pagi Romo Y. Eko Budi Susilo selaku Ketua Komisi Kerasulan Awam memberikan pengantar kepada umat yang hadir. Beliau mengajak umat katolik untuk mengenal lebih dekat dan dialog dengan bakal calon pemimpin kota Surabaya. Karena umat katolik juga ikut bertanggungjawab pada sosial politik. Untuk memilih yang terbaik dari yang baik.
Romo Eko juga menghimbau kepada umat katolik untuk terlibat dalam politik demi kebaikan dan kemajuan bersama. Gereja juga menyadari tugas dan wewenangnya dikarenakan tidak dapat dicampur dengan negara dan tidak terikat pada sistem politik manapun juga, himbaunya.
”Jika ada umat katolik ikut bergabung dengan partai. Itu salah satu bentuk dari keaktifan umat dalam memperjuangkan kesejahteraan bersama dengan cinta kasih. Keaktifanya sebenarnya merupakan ungkapan iman yang didasari oleh panggilan pribadinya. Dan, tidak mengatasnamakan Gereja, tetapi dijiwai uman Katolik demi kepentingan umum dan kesejahteraan warga bersama.”
Kita datang di Balai Paroki merupakan bagian dari tanggungjawab kita sebagai warga Surabaya. Untuk mengenal lebih dekat bakal calon Walikota dan Wakil Walikota dari segi pribadinya, kepemimpinannya, integritas moral, dan kemampuan dalam bidang yang seharusnya dikuasai.
Oleh karena itu, tolak ukur para bakal Walikota dan Wakil Walikota, yakni mampu mengintegrasikan cinta kasih kepada warganya, martabat kemanusiaan dengan menghargai kemerdekaan, kesamaan, dan persaudaraan. Menjunjung tinggi kejujuran dalam keadilan hingga menumbuhkan iklim saling mempercayai antar warga masyarakat dan pelaksanaan pemerintahan, paparnya.
Selain itu, calon Walikota dan Wakil Walikota harus mengajak warga untuk menghargai pluralitas dengan membangun kekuatan di atas kepercayaan. Penghargaan terhadap perbedaan sebagai sesuatu yang saling memperkaya keanekaragaman di Surabaya. Di lain pihak para calon wajib menekankan hak hidup kepada warganya. Seperti menghindari sikap hedonisme, pergaulan bebas, permisif terhadap euthanasia, aborsi, dan bunuh diri.
”Hak hidup juga diwujudkan dalam pelayanan publik optimal dengan mempermudah dan memperoleh identitas, akses ruang publik, perlindungan keamanan, kebutuhan sehari-hari maupun ruang religiusitas.”
Romo Eko menambahkan bahwa warga Surabaya peka dan peduli pada lingkungan hidup. Mempersempit urbanisasi dengan menata dan mengelolah lingkungan hidup sebagaimana mestinya hingga warga masyarakat bisa hidup secara aman dan sehat, tambahnya.
Mengapa ingin menjadi Cawali dan Cawawali kota Surabaya?
Setelah kata pengantar dari romo Eko, Vinsensius Awey dan Retno selaku moderator membuka bincang pagi dengan memanggil keempat calon Walikota dan Wakil Walikota. Untuk maju ke depan. Sebagai pembuka, Vinsensius Awey memberikan pertanyaan kepada Fitra. Mengapa ingin menjadi Walikota?
Fitra menjawab seperti yang dituturkan romo Eko bahwa kita harus berpolitik atas panggilan pribadi didasari kesejahteraan bersama seluruh warga kota Surabaya. Terpenting sebagai pemimpin mau melayani dan rela berkorban waktu maupun perasaan, jawab Cawali nomor urut 5.
Naen pun menambahkan keinginannya menjadi Cawawali untuk mengabdikan diri kepada warga Surabaya. Melalui pengalamannya sebagai seorang pendidik. Salah satunya meningkatkan mutu pendidikan di Surabaya, tambah pria yang kesehariannya bekerja sebagai Advokat dan dosen di Universitas Katolik Darma Cendika Surabaya.
Berbeda dengan keinginan Mazlan, Cawawali dari partai pendukung PKB dan Gerindra ini mengungkapkan bahwa dirinya ingin memperbaiki Surabaya lebih maju dengan pembangunan. Dan, menjadikan kota yang agamis dengan tidak mensengsarakan yang lain. Pemuda juga harus ikut bangkit bersama yang tua, ungkapnya.
Arif Afandi pun menjelaskan keinginannya menjadi Cawali. Menjadi Cawali itu salah satu amanah dari orang tua beliau untuk melayani orang lain. Apalagi kalau memanggil nama beliau ada sesuatu yang berbeda. Nama beliau mempunyai arti yang mendalam, yakni seorang laki-laki yang tampan dan mengutamakan kebijakan dalam bertindak. Semisal dengan memperhatikan perkembangan kota Surabaya melalui otonomi daerah hingga dapat bersaing dan maju.
Di sela-sela menjawab pertanyaan moderator, Awey mengajukan pertanyaan yang unik, kenapa Pak Arif tidak melamar Bambang DH sebagai pendamping bapak. Arif dengan tenang menjawab pertama Bambang DH tidak boleh mencalonkan kembali sebagai Cawali. Jadi, Bambang BH hanya bisa mencalonkan diri sebagai Cawawali, jawab Cawali nomor urut 3.
Sedangkan saya telah mendaftarkan diri sebagai Cawali. Kalau Bambang DH menjadi Cawawali mendampingi saya. Itu namanya kualat. Dikarenakan Bambang DH itu dulu menjadi bapak saya. Pada tahun 2005, Bambang DH melamar saya untuk menjadi Cawawali. Masak saya melamar Bambang DH menjadi Cawawali, tambah mantan pemimpin redaksi media harian di Surabaya.
Bagaimana Program 100 hari ke depan?
Setelah pertanyaan pertama diajukan Vinsensius Awey, Retno menyambung pertanyaan kedua, bagaimana program 100 hari ke depan, jika Anda semua menjadi Walikota dan Wakil Walikota.
Arif Afandi yang mengusung slogan Rumah Kita memaparkan kunci utama, meningkatkan kesejahteraan warga masyarakat Surabaya melalui pertumbuhan ekonomi. Anggaran Pendapatan Belanja Daerah, 5%nya untuk perputaran uang.
Kami juga menfasilitasi dan merangkul pengusaha untuk membuka usaha di Surabaya. Di bidang pendidikan, kesehatan terutama puskesmas. Kami ingin mengratiskan untuk masyarakat bawah dan menengah (middle low) hingga kemiskinan dapat terkurangi. Bahkan, infrastruktur pun kami bangun sebagai pengurangan kemacetan melalui arus balik, jelasnya.
Untuk program 100 hari ke depan, pasangan Fitra dan Naen merencanakan pembebasan tanah yang sifatnya masih surat ijo menjadi sertifikat. Sesuai dengan teks Proklamasi 1945 ”....... pemindahan dalam tempo sesingkat-singkatnya...”.
Fitra menambahkan dengan tanah, warga Surabaya dapat menjadi modal dasar. Tanah merupakan hak milik rakyat yang harus diperjuangkan pemerintah kota dengan melihat UU Pokok Agraria.
UU Pokok Agraria itu hanya mengatur dan kami akan memperjuangkan kepada Badan Pertahanan Nasional (BPN) sampai menjadi sertifikat. Sampai ke tangan rakyat sebagai hak atas milik tanah. Dan, dalam waktu 3 bulan sistem soal tanah dapat terselesaikan, tambah pasangan independen. Dan, mohon doa restu dari warga Surabaya.
Setelah Retno mempersilakan Fitra menyampaikan programnya. Giliran pasangan dari partai PKB dan Gerinda ini. Mazlan mewakili Sutadi menyampaikan programnya, menjalankan mandar UU dan rakyat melalui pemberantasan kemiskinan dan pendidikan.
Untuk mengetaskan kemiskinan, Mazlan menambahkan bahwa seharusnya pembangunan infrastruktur ditinjau lagi dan tepat sasaran. Seperti penghijauan dan penbangunan ruang terbuka hijau mengeluarkan APBD begitu banyak. Sehingga perlunya penghematan dana, penghematan ini nantinya akan dialokasikan yang lain, seperti pengembangan rumah sakit Dr. Suwandi, tambahnya.
”Dr. Suwandi merupakan rumah sakit milik pemerintah kota Surabaya yang semestinya dikelola dengan baik. Akhirnya rumah sakit Dr. Suwandi menjadi pelayanan masyarakat.”
Bahkan, puskesmas tidak hanya gratis, melainkan pengalokasian dana. Pengembangan Sumber Daya Manusia, yakni kinerja perawat terutama pelayanan optimal. Dengan begitu pemerintah kota Surabaya dapat mengembangkan rumah sakit untuk orang tua. Semisal perawat-perawat yang tua melayani orang tua yang sakit. Jadi, perawat-perawat yang tua dapat berkarya.
Dan, terakhir perubahan identitas diri, seperti program dapat database dan kualitas kartu diperkuat. Janganlah seperti kartu pelajar.
Setelah Mazlan memyampaikan programnya, Fandi menyampaikan program pada pemuda harapan dan masa depan bangsa. Dengan menumbuhkembangkan partisipasi, emansipasi, dan ekspresi pemuda. Dan, yang paling penting program 100 ke depannya, pengentasan kemiskinan. Dana APBD difokuskan dan diorientasikan pada warga miskin melalui pengembangan alat produksi bagi warga miskin, sampainya. (asep) Foto: google.image.co.id
Langganan:
Postingan (Atom)