Kamis, 04 Desember 2008

Jelang Natal 2008

Umat Katolik Siapkan Hati dan Budi

Sebelum memasuki Natal, Umat Katolik merayakan masa liturgi Adven menandai masa persiapan rohani umat beriman sebelum Natal. Adven dimulai pada hari Minggu terdekat sebelum Pesta St. Andreas Rasul (30 November). Masa Adven berlangsung selama empat hari Minggu dan empat minggu persiapan, meskipun minggu terakhir Adven pada umumnya terpotong dengan tibanya Hari Natal.

Meskipun sejarah Adven agak “kurang jelas”, makna Masa Adven tetap terfokus pada kedatangan Kristus. Menurut Dra. Bernadette S. Rini D., Guru Agama Santa Maria, Adven berasal dari bahasa Latin “adventus”, artinya “datang”. Katekismus Gereja Katolik menekankan makna ganda “kedatangan” ini: “Dalam perayaan liturgi Adven, Gereja menghidupkan lagi penantian akan Mesias; dengan demikian umat beriman mengambil bagian dalam persiapan yang lama menjelang kedatangan pertama Penebus dan membaharui di dalamnya kerinduan akan kedatangan-Nya yang kedua”, terang Guru Agama ini.

Dalam menantikan kedatangan Yesus Kristus yang lahir kembali ke dunia, Umat Katolik merayakan adven merayakan empat lilin. Lilin adven membentuk lingkaran yang tidak mempunyai kata awal dan akhir. Semakin mendekati keempat lilin tersebut, umat Katolik semakin memantapkan hati dan budinya untuk menyambut Sang Juru Slamat.

Berbagai persiapan dilakukan oleh umat Katolik mulai dari beli baju, membuat kue Natal, menghias pohon Natal hingga mendesign kandang Natal. Bahkan diberbagai mal di Surabaya bernuansa Natal dan menggelar pesta Santa Claus sebelum Natal.

Tetapi itu semua juga penting dalam menyambut Sang Juru Slamat kita. Lahir di kota Bethelem, di kandang domba yang bau dan kotor. Sejak awal ini menunjukkan bahwa Sang Juru Slamat, Yesus Kristus ini mau rela berkorban demi hambaNya. Sejak awal mau menderita dilahirkan di kandang domba.

Dengan demikian kita bisa berhenti sejak melakukan olah batin atau yang sering kita sebut refleksi. Kita ditunjukkan sikap yang begitu luar biasa. Maria dan Yusuf tidak pernah mengeluh atas kehendak Allah terhadap dirinya. Walaupun orang tua Yesus mempunyai kekurangan terhadap keluarga, tetap disyukuri dan berterima kasih telah diberikan rahmat yang berlimpah.

Dari sinilah, kita diingatkan oleh Sang Juru Slamat untuk peduli pada sesama kita yang membutuhkan bantuan kita, seperti nantinya pada saat malam Natal. Janganlah sibuk pada kerapian baju kita yang serba mini. Tengoklah kanan dan kiri kita saat memasuki gerbang gereja di situlah Sang Juru Slamat datang di hati mereka. Hati mereka penuh kekayaan lahiriah dan batiniah, bahkan kaya akan lima keutamaan yakni kelembutan hati, kesederhanaan, rendah hati, mati raga, dan selus animarum (penyelamatan jiwa-jiwa, red).

Bukan kekayaan materiah yang kita bahwa kepada Sang Juru Slamat, seperti baju yang mewah. Tetapi hati dan batin kita untuk siap menjadi muridNya yang militan dan berjuang dalam membahagiakan orang lain. Dari situlah kebahagiaan kita terpancarkan. Bukan lagi berbahagia di atas penderita orang lain. Hapus itu dari pikiran kita dengan menghormati kepada orang lain. (as.)

Jelang Natal 2008

Umat Katolik Siapkan Hati dan Budi

Sebelum memasuki Natal, Umat Katolik merayakan masa liturgi Adven menandai masa persiapan rohani umat beriman sebelum Natal. Adven dimulai pada hari Minggu terdekat sebelum Pesta St. Andreas Rasul (30 November). Masa Adven berlangsung selama empat hari Minggu dan empat minggu persiapan, meskipun minggu terakhir Adven pada umumnya terpotong dengan tibanya Hari Natal.

Meskipun sejarah Adven agak “kurang jelas”, makna Masa Adven tetap terfokus pada kedatangan Kristus. Menurut Dra. Bernadette S. Rini D., Guru Agama Santa Maria, Adven berasal dari bahasa Latin “adventus”, artinya “datang”. Katekismus Gereja Katolik menekankan makna ganda “kedatangan” ini: “Dalam perayaan liturgi Adven, Gereja menghidupkan lagi penantian akan Mesias; dengan demikian umat beriman mengambil bagian dalam persiapan yang lama menjelang kedatangan pertama Penebus dan membaharui di dalamnya kerinduan akan kedatangan-Nya yang kedua”, terang Guru Agama ini.

Dalam menantikan kedatangan Yesus Kristus yang lahir kembali ke dunia, Umat Katolik merayakan adven merayakan empat lilin. Lilin adven membentuk lingkaran yang tidak mempunyai kata awal dan akhir. Semakin mendekati keempat lilin tersebut, umat Katolik semakin memantapkan hati dan budinya untuk menyambut Sang Juru Slamat.

Berbagai persiapan dilakukan oleh umat Katolik mulai dari beli baju, membuat kue Natal, menghias pohon Natal hingga mendesign kandang Natal. Bahkan diberbagai mal di Surabaya bernuansa Natal dan menggelar pesta Santa Claus sebelum Natal.

Tetapi itu semua juga penting dalam menyambut Sang Juru Slamat kita. Lahir di kota Bethelem, di kandang domba yang bau dan kotor. Sejak awal ini menunjukkan bahwa Sang Juru Slamat, Yesus Kristus ini mau rela berkorban demi hambaNya. Sejak awal mau menderita dilahirkan di kandang domba.

Dengan demikian kita bisa berhenti sejak melakukan olah batin atau yang sering kita sebut refleksi. Kita ditunjukkan sikap yang begitu luar biasa. Maria dan Yusuf tidak pernah mengeluh atas kehendak Allah terhadap dirinya. Walaupun orang tua Yesus mempunyai kekurangan terhadap keluarga, tetap disyukuri dan berterima kasih telah diberikan rahmat yang berlimpah.

Dari sinilah, kita diingatkan oleh Sang Juru Slamat untuk peduli pada sesama kita yang membutuhkan bantuan kita, seperti nantinya pada saat malam Natal. Janganlah sibuk pada kerapian baju kita yang serba mini. Tengoklah kanan dan kiri kita saat memasuki gerbang gereja di situlah Sang Juru Slamat datang di hati mereka. Hati mereka penuh kekayaan lahiriah dan batiniah, bahkan kaya akan lima keutamaan yakni kelembutan hati, kesederhanaan, rendah hati, mati raga, dan selus animarum (penyelamatan jiwa-jiwa, red).

Bukan kekayaan materiah yang kita bahwa kepada Sang Juru Slamat, seperti baju yang mewah. Tetapi hati dan batin kita untuk siap menjadi muridNya yang militan dan berjuang dalam membahagiakan orang lain. Dari situlah kebahagiaan kita terpancarkan. Bukan lagi berbahagia di atas penderita orang lain. Hapus itu dari pikiran kita dengan menghormati kepada orang lain. (as.)