Sabtu, 24 April 2010

SMA Santa Maria


Gelar Sang Pewaris Negeri

Siswa-siswi SMA Santa Maria, Sabtu (24/4) di Aula Santa Maria mengelar pergelaran seni 2K10 dengan mengusung tema Sang Pewaris Negeri. Sang Pewaris Negeri ini dikemas melalui maha karya seni musik, tari, dan seni rupa.

Diantaranya Tari Gemilang Nusantara, Rampak Perkusi, Tari Saman ”Gayo Linggau”, Tari Rantak, Kentrung Modern yang berjudul ”Nying-Nying Tradisional vs Modern, Tari ”Enchantuer”, Tari ”Antara 2 Pulau”, Tresna Tanpa Wicara, Tari Tresnaning Putri”, Kompisi Penataan ”Parisuka”, dan seni daur ulang dibawah bimbingan Pambuko Kristian S.Sn, Maria Darmajani, Eva Dianita D. S.Pd., dan C.J. Suwarto.

Menurut Pambuko Kristian, koordinator pelaksana mengungkapkan bahwa Sang Pewaris Negeri ini bagian dari penilaian ujian kompetensi siswa dalam menyajikan karya seni di sekolah. Tidak hanya teori yang diberikan pada mata pelajaran seni dan budaya di kelas. Tetapi mereka diajak untuk menciptakan karya seni sendiri. Karya seni diciptakan oleh kelas XI yang berjumlah 192 siswa-siswi dari program IPA, IPS, dan Bahasa, ungkap Pambuko.

Hingga, apa yang telah diberikan di proses kegiatan belajar mengajar ada bukti fisiknya dan tidak sekedar mencari nilai. Melainkan memahami karya seni itu mahal dan tidak dapat dihitung oleh finalsial.

”Dan, sampai bulan Maret siswa-siswi kelas XI telah menciptakan 11 karya kolaborasi karawitan, perkusi, tari, dan teater.”

Untuk proses latihannya membutuhkan waktu 2 bulan lebih. Dan, proses pembuatannya diawali dengan perdebatan konsep antara anggota kelompok. Setiap kelompok diberikan kebebasan mengeksplorasi konsepnya, seperti perpaduan karawitan denagn teater, yakni Torehan Kasih, tambahnya.

Torehan Kasih ini menceritakan ketidaksadaran seorang anak yang melupakan ibunya. Akibat dari keegoisannya untuk selalu bersama teman-temannya. Sampai melupakan ibunya. Dan, dieding cerita si anak yang diperankan oleh Maria Aurillia Lazuardi timbul kesadaran dengan membaca buku harian ibunya, ungkap Pambuko.

Dan, 3 jam lebih pergelaran seni digelar dan tidak membuat para penonton beranjak dari tempat duduk. Dan, Ir. Marceline Prophylia mengungkapkan bahwa Sang Pewaris Negeri sungguh luar biasa. Siswa-siswi kelas XI sangat kreatif membuat konsep dan alur ceritanya. (asep) Foto : xel, kelas x.

Rabu, 14 April 2010

Jepret


Meneropong
kedisplinan dan ketegasan PASKIBRA
Sekolah Menengah Atas se-Jatim.
bidikan Ogi SMA Santa Maria Surabaya

Selasa, 13 April 2010

Fotografi POCONGS 2K10

JUARA II -Lukas SMA Santa Maria Surabaya

JUARA I-Ogi SMA SANTA MARIA SURABAYA
"Proficiat dan Viva SMA Santa Maria"
Jl. Raya Darmo No. 49 Surabaya


Sabtu, 10 April 2010

SMA Negeri 7 Surabaya


Gelar COPA 2K10

Batalyon Pengibar Bendera SMA Negeri 7 Surabaya, Minggu (11/4) tepat di jalan Ngaglik mengelar Creativity of Paskibra (COPA 2K10). COPA 2K10 ini diikuti sejumlah sekolah menengah atas dari negeri dan kejujuran se Jawa Timur. Tempatnya di lapangan upacara SMA Negeri 7 yang dibatasi yellow line. COPA 2K10 ini digelar sejak 07.00 -18.00 WIB.

Tidak hanya itu, panitia juga mengelar Photography Competition of You NGNster (POCONGS 2K10). Puluhan fotografer sekolah menengah atas antusias membidik gerak-gerakan, formasi, yel-yel, dan betel dari peserta COPA 2K10 dengan serius. Para fotografer POCONGS 2K10 mengunakan kamera poket dan beberapa kamera profesional yang disebut SLR. Ada pula yang tidak puas dengan membawa kamera, para fotografer ini juga membawa alat bantu, yakni tripod dan tangga. Untuk menghasilkan bidikan yang terbaik.

Untuk peserta POCONGS 2K10, salah satunya dari SMA Santa Maria. SMA Santa Maria mengirimkan 3 siswanya, diantaranya Ogi, Lukas, dan Shelvy. Kesemuanya mereka tergabung dalam ekstrakurikuler Jurnalistik SMA Santa Maria.

”Sebelum pelaksanaan kompetisi POCONGS 2K10 ini, peserta diwajibkan mengirim 1 foto tentang profil sekolah. Sebelum hari Sabtu sudah terkirim dan hasilnya dipajang gedung samping kiri lapangan upacara,” jelas Ogi.

Sebagai civitas Akademika SMA Santa Maria patut berbangga hati, 3 bidikan dari siswa SMA Santa Maria mendapat apresiasi yang dhasyat dari SMA Negeri 7 dan pengunjung COPA 2K10. Karena sesuai kreteria yang diinginkan panitia dan mempunyai nilai artistik dan berkonsep. Masing-masing foto tersebut berjudul Arsitektur bidikan Lukas, Tetap Kokoh Berdiri bidikan Shelvy, dan Lorong Pelajar bidikan Ogi. Dan, SMA Santa Maria merebut juara I-Ogi dan Juara II-Lukas di POCONGS 2K10. (asep) Foto :Ogi.

MANDIRI


Berikan Service Excellent

Setiap kali melintasi jalan Yos Sudarso dan Ketabang Kali terpampang jelas di sebelah kanan jalan spanduk bertuliskan MANDIRI. Mandiri di sini bukanlah kantor ”bank”, melainkan biro jasa pencucian sepeda motor.

Kamis malam lalu (8/4) sambil menyucikan sepeda motorku, secara tidak sengaja aku duduk bersama pemilik pencucian sepeda motor. Pemiliknya bernama Anugerah Ariyadi. Anugerah Ariyadi mengatakan pencucian sepeda motor ini, salah satu usaha yang pernah berjalan dengan pesat di jalan Nias. Kemudian pindah di samping klinik Pusura Yos Sudarso.

Dan, dari awal konsepnya memang untuk pencucian sepeda motor, bukan mobil. Tetapi warga Surabaya atau pelanggan menghendaki untuk mencuci mobil. Kita akan membantunya sesuai kemampuan kami. Yang jelas, petugas kami dididik untuk mencuci sepeda motor, jelas Arif.

Selain pemilik usaha jasa cuci sepeda motor, beliau juga bekerja sebagai pengacara. Tidak hanya itu, beliau aktif di dunia politik, yakni tim sukses dari Risma dan Bambang.

Pencucian sepeda motor Mandiri ini luas sekali bisa menampung belasan sepeda motor sekaligus, karena pegawainya lebih dari 12 orang. Pada malam itu pegawai yang bekerja ada 14 pegawai, diantaranya 2 kasir, 10 petugas cucinya, dan 2 pengawas.

Proses pencucian ada 4 tahap, pertama didaftarkan terlebih dahulu di kasir. Kedua, pengawas menyerahkan kepada petugasnya untuk dievakuasi hingga bersih. Ketiga, proses pengeringan dengan menggunakan kompressor dan selanjutkan proses finishing, yakni sepeda motor setelah dicuci, petugasnya melakukan proses pemolesan.

”Jasa cucian sepeda motor ini khas dengan warna merah. Seperti spanduk yang terpampang jelas warna backgroundnya merah bertulis Mandiri-cuci dan poles sepeda motor eks jl. Nias. Dan, buka setiap hari dimulai dari pukul 07.00 – 22.00 WIB”.

Jasa cucian sepeda motor Mandiri ini dilengkapi dengan musik, televsi, meja, dan kursi untuk pelanggan. Bahkan warna kursinya pun merah.

Lanjut, pelanggan pun dimanjakan dengan sajian ringan, yakni bakso solo, mie ayam Mandiri, dan minuman soft drink. Sangat rileks sekali pelanggan Mandiri karena suasana di sana sejuk dipenuhi dengan pohon rindang di sekitar Mandiri dan keindahan sungai Kali Mas.

Harga jasa cuciannya pun terjangkau oleh warga Surabaya. Standar warga Surabaya. ”Bukan harganya bung, tetapi kepuasan dan kebersihan sepeda motor Anda terjamin.” Anda penasaran silakan mencobanya. Pasti hasilnya puas dan puas! (asep) Ilustrasi foto : image.google.com

Kamis, 08 April 2010

Cita Rasa Unik


SOTO DAGING
BLAURAN POJOK

Minggu (4/4), kira-kira pukul 24.30 wib setelah nyelawat papa angkatannya temanku. Meis mengajakku makan. Entah, makan apa saja pokoknya kenyang, kata meisku di atas sepeda motor blackku. Melintasi jalan Semarang, aku berbelok kiri melewati Pasar Blauran. Sambil menunjukkan makanan, seperti tempe penyet, nasi bebek, bakmie, dan gule. Kesemuaan itu tidak selera di hatinya.

Tak pikir panjang, aku menambah kecepatan laju sepeda motor blackku menuju jalan Tunjungan ke arah Embong Malang. Kembali aku menawarkan makanan, seperti rawon, pecel, dan roti bakar. Meisku tetap tidak selera, saat itu seleranya ingin makan soto daging.

Kiri ke arah Kedungdoro banyak pedagang kaki lima berjualan makanan Sea Food, Chainese Food, dan Bakso. Akhirnya aku langsung berbelok kanan dan melihat keinginan meisku, yakni soto daging.

Kuparkirkan sepeda motor dekat rombongnya, meisku memesan dua porsi soto daging dan dua teh hangat manis. Penjual tersebut melayaninya dengan senyum manis dan ramah.

Sambil minum teh hangat, aku mulai bertanya kepada penjualnya. Siapa nama Ibu?, tanyaku. Ibu menjawab oh........, namaku Rully. Berapa lama ibu berjualan soto daging?, tanyaku kembali. Berjualan di sini sudah puluhan tahun dan waktu itu masih di depan. Karena pemkot Surabaya sedang menggalakkan tata letak kota dengan mempercantik trotoar. Trotoarnya diberi lantai keramik orange kombinasi warna hitam. Akhirnya berjualan di gang ini, keluhnya.

”Dan, soto daging asli Madura ini warisan dari bapak saya, yakni H. Sirad Juddin. Terletak di Blauran Pojok. Kalau kita dari arah Embong Malang dan Kedungdoro pasti akan spanduk yang terbentang berwarna hijau ”SOTO DAGING ASLI MADURA”, H. Sirad Juddin.”

Rully menambahkan soto daging mulai buka dari jam 20.00 sampai 04.00 WIB. Harganya pun terjangkau oleh kalangan warga Surabaya.

Tak lama kemudian, hidangan soto daging telah siap saji dihadapan kami berdua. Perlahan-lahan aku mulai makan soto daging. Rasanya gurih dan dagingnya empuk. Apalagi ada telurnya. Enak dimakan hangat-hangat dengan minum teh hangat, jelas meis. Anda penasaran........., silakan mencobanya! (asep) Foto : image.google.co.id

Selasa, 06 April 2010

In Memoriam


100 Hari, Wafatnya Gus Dur

Gus Dur mempunyai nama lengkap KH Abdurrahman Wahid meninggal dunia pada usia 69 tahun karena sakit di RSCM Jakarta, Rabu (30/12) pukul 18.40 WIB.

KH Abdurrahman Wahid menjabat Presiden RI mulai 20 Oktober 1999 hingga 24 Juli 2001. Putra pertama dari enam bersaudara itu lahir di Desa Denanyar, Jombang, Jawa Timur, pada 4 Agustus 1940. Gus Dur menikah dengan Shinta Nuriyah dan dikaruniai empat putri yaitu Alissa Qotrunnada Munawaroh, Zannuba Arifah Chafsoh (Yenni), Annita Hayatunnufus, dan Inayah Wulandari.

Kamis (8/4) memperingati 100 hari wafatnya Gus Dur akan digelar di Pondok Pesantren, Tebuireng, Jombang. Dan, diperkirakan akan dipadati puluhan ribu orang. Tidak hanya para santri, kaum Nahdliyin, dan berbagai elemen masyarakat lain di Indonesia yang akan hadir.

Seperti yang diberita di media harian pagi, sekitar 250 turis asing mancanegara akan mnghadiri 100 harinya Gus Dur. Para turis ini mengaku suka karakter Gus Dur dan sekaligus idola kepada Mantan Ketua Umum PBNU sekaligus mantan Presiden RI ke-4 ini.

Bahkan ribuan masyarakat Indonesia, terutama Surabaya nantinya yang tidak datang di Ponpes Tebuireng akan menggelar doa bersama, seperti yang terpampang jelas baliho di sudut kota Surabaya untuk ajakkan doa bersama mengenang kepergian Tokoh Bapak Bangsa yang peduli pada isu-isu pluralisme. (asep) Foto : image.google.co.id

Semarak 475 tahun Ordo Santa Ursula di Indonesia


GELAR UYC II di Sativa, Pacet

Selain pentas budaya digelar dalam menyambut semarak 475 tahun Ordo Santa Ursula di Indonesia. Ursulin juga menggelar kegiatan yang lingkupnya lebih besar, yakni Nasional. Kegiatan ini dinamakan dengan Ursuline’s Youth Camp (UYC). UYC sudah pernah diadakan oleh suster-suster dan para staf kependidikan yang berada dalam naungan Ordo Santa Ursula. Atau dikenal dengan Ursulin.

UYC ini kegiatan menyatu dengan alam yang bukan kali pertama diadakan oleh Ursulin. Melainkan kegiatan kali kedua yang akan diselenggarakan di Sativa, Pacet-Mojokerto pada tanggal 2 – 5 Agustus 2010.

Dan, Kali ini kepanitian yang berada di wilayah Jawa Timur, seperti Madiun, Malang, Pacet, Sidoarjo, dan Surabaya.

Panitia akan mengundang seluruh siswa-siswi SMP dan SMA yang berada di seluruh Indonesia. Kegiatan ini merupakan wujudnyata dari kebersamaan dan kepedulian kita dengan sesama. Kegiatan ini bagian dari implementasi dari nilai-nilai Serviam yang ditumbuhkembangkan di sekolah-sekolah Ursulin melalui semangat hidup dan pelayanan Santa Ursula dan Angela. Dan, menjiwai semangat Santa Maria yang mempunyai kelembutan hati, rendah hati, mau peduli, dan peka terhadap sesama.

Kegiatan Ursuline’s Youth Camp II ini mempunyai berbagai acara yang menarik dalam gerakan sosial kemasyarakatan dan pentas seni. Diantaranya adventure, exploration, culture stage, out bond, dan fun games. (asep)

Teater Adhi Tama


Manggung Lagi di Bulan Juni’10

Selasa lalu (23/3) di pendopo Instituts Teknologi Adhi Tama Surabaya (ITATS), suasananya tidak seperti biasanya di sebelah kiri pendopo di gedung B terpampang kain hitam yang dibentuk semacam lorong hitam.

Ternyata itu gedung B-14 dan 15 sengaja didesain seperti itu. Kaca dan trails pun ikut hitam dan dikombonasi dengan koran bekas. Dan, usut punya usut adanya pementasan teater Adhi Tama. Teater Adhi Tama, salah satu bagian dari Unit Kegiatan Mahasiswa di ITATS.

“Kali ini teater Adhi Tama menggelar Malam Budaya Seni dengan melakonkan Para Jahanam dan Puisi Teaterikal Bangsa Pelacur.“

Dalam gedung B-14 dan 15 berubah total dipenuhi kain hitam. Hitam merupakan warna inspirasi bagi seniman teater. Latar panggung dibuat minimalis dan pencahayaannya pun dibuat sederhana.

Sebelum pementasan teater, panitia menyajikan tari tradisional dengan judul ”Roro Minggir “, puisi spontanitas ”Rayuan”, dan perkusi Phsyco Noise dengan membawa dua komposisi, yakni selamat datang dan sampai jumpa Phsyco Noise. Permainan Phsyco Noise kompak sekali melalui perpaduan tong, perkusi, dan kayu yang di susun mirip kulintang.

“Semakin lengkap dan meriah Malam Budaya Seni dengan hadirnya puluhan mahasiswa ITATS, pemerhati seni teater, dan pembantu rektor III, yakni Bambang Setiono.”

Menurut Bambang menuturkan bahwa melalui peran seni pesan sosial kemasyarakatan tersampaikan dengan baik. Masyarakat akan lebih melek terhadap situasi dan kondisi saat ini. Dan, mengungkapkan sejarah kehidupan dunia. Beliau sendiri juga setuju dengan lagu yang dilantunkan Ahmad Akbar, yakni dunia itu panggung sandiwara.

Dengan teater, para pemain semakin peka dan peduli pada masalah sosial kemasyarakatan, terutama di Surabaya, tambah Bambang.

”Dunia sekarang tidak lagi putih dan jernih. Sekarang menjadi abu-abu atau bahkan hitam, itu karena manusia sendiri yang mengotorinya.”

Setelah berbagai sajian pembuka dan kata pengantar dari Bambang, lakon para jahanam pun digelar dengan setting panggung hanya terdapat satu meja dan kursi. Pak Tua sedang binggung mencari secarik kertas berisi puisinya.

Dan, memanggil istrinya, Tumiah. Tumiah mempunyai sifat selalu mengeluh akan hidupnya yang serba kekurangan. Setiap kali berkeluh kepada Pak Tua. Pak Tua selalu menjawab sabarlah dulu. Malahan meminta uang kepada istrinya untuk pasang lotre. Pak Tua mengantungkan hidupnya dengan lotre dan merah delima.

Begitu juga hidup keponakkannya, Ujang pun sama selalu hidup di jalan dan minum-minuman keras. Dan, berbuat mesum kepada si Janda. Tak kunjung datang rezeki dari loter, akhirnya Pak Tua gelisah dan stress. Mendapati Ujang yang lagi mabuk berat dan menyisakan minumannya.

Pak Tua langsung meminum minuman tersebut. Kembalilah tidur dan memasuki kamar sambil sempoyongan. Di dalam kamar tersebut ada keponakkan perempuannya dan istrinya yang sedang tidur. Tak sadar akibat minuman keras, Pak Tua menggauli keponakkannya dengan leluasan. Ending cerita dari Para Jahanam ini, akhirnya sang istri marah geram.

Lanjut, bangsa pelacur pun ditampilkan di malam budaya seni ini dengan mengisahkan perjalanan seorang pelacur. Penampilan teater Adhi Tama sangat ketal dengan gerak tubuh, ekspresi wajahnya, dan setting blokingnya. Bahkan olah vokalnya pun terdengar jelas. Semakin kuat karakter para pemain bangsa pelacur dengan alunan musik instrumentalia, permainan perkusi, seruling dari tim musik, permainan toya, dan tata lighting.

”Putu Wijaya mengatakan bahwa bermain teater tidak perlu membutuhkan biaya yang tinggi. Kebutuhan teater telah berada di alam, katanya.” (asep)

Teater Adhi Tama


Manggung Lagi di Bulan Juni’10

Selasa lalu (23/3) di pendopo Instituts Teknologi Adhi Tama Surabaya (ITATS), suasananya tidak seperti biasanya di sebelah kiri pendopo di gedung B terpampang kain hitam yang dibentuk semacam lorong hitam.

Ternyata itu gedung B-14 dan 15 sengaja didesain seperti itu. Kaca dan trails pun ikut hitam dan dikombonasi dengan koran bekas. Dan, usut punya usut adanya pementasan teater Adhi Tama. Teater Adhi Tama, salah satu bagian dari Unit Kegiatan Mahasiswa di ITATS.

“Kali ini teater Adhi Tama menggelar Malam Budaya Seni dengan melakonkan Para Jahanam dan Puisi Teaterikal Bangsa Pelacur.“

Dalam gedung B-14 dan 15 berubah total dipenuhi kain hitam. Hitam merupakan warna inspirasi bagi seniman teater. Latar panggung dibuat minimalis dan pencahayaannya pun dibuat sederhana.

Sebelum pementasan teater, panitia menyajikan tari tradisional dengan judul ”Roro Minggir “, puisi spontanitas ”Rayuan”, dan perkusi Phsyco Noise dengan membawa dua komposisi, yakni selamat datang dan sampai jumpa Phsyco Noise. Permainan Phsyco Noise kompak sekali melalui perpaduan tong, perkusi, dan kayu yang di susun mirip kulintang.

“Semakin lengkap dan meriah Malam Budaya Seni dengan hadirnya puluhan mahasiswa ITATS, pemerhati seni teater, dan pembantu rektor III, yakni Bambang Setiono.”

Menurut Bambang menuturkan bahwa melalui peran seni pesan sosial kemasyarakatan tersampaikan dengan baik. Masyarakat akan lebih melek terhadap situasi dan kondisi saat ini. Dan, mengungkapkan sejarah kehidupan dunia. Beliau sendiri juga setuju dengan lagu yang dilantunkan Ahmad Akbar, yakni dunia itu panggung sandiwara.

Dengan teater, para pemain semakin peka dan peduli pada masalah sosial kemasyarakatan, terutama di Surabaya, tambah Bambang.

”Dunia sekarang tidak lagi putih dan jernih. Sekarang menjadi abu-abu atau bahkan hitam, itu karena manusia sendiri yang mengotorinya.”

Setelah berbagai sajian pembuka dan kata pengantar dari Bambang, lakon para jahanam pun digelar dengan setting panggung hanya terdapat satu meja dan kursi. Pak Tua sedang binggung mencari secarik kertas berisi puisinya.

Dan, memanggil istrinya, Tumiah. Tumiah mempunyai sifat selalu mengeluh akan hidupnya yang serba kekurangan. Setiap kali berkeluh kepada Pak Tua. Pak Tua selalu menjawab sabarlah dulu. Malahan meminta uang kepada istrinya untuk pasang lotre. Pak Tua mengantungkan hidupnya dengan lotre dan merah delima.

Begitu juga hidup keponakkannya, Ujang pun sama selalu hidup di jalan dan minum-minuman keras. Dan, berbuat mesum kepada si Janda. Tak kunjung datang rezeki dari loter, akhirnya Pak Tua gelisah dan stress. Mendapati Ujang yang lagi mabuk berat dan menyisakan minumannya.

Pak Tua langsung meminum minuman tersebut. Kembalilah tidur dan memasuki kamar sambil sempoyongan. Di dalam kamar tersebut ada keponakkan perempuannya dan istrinya yang sedang tidur. Tak sadar akibat minuman keras, Pak Tua menggauli keponakkannya dengan leluasan. Ending cerita dari Para Jahanam ini, akhirnya sang istri marah geram.

Lanjut, bangsa pelacur pun ditampilkan di malam budaya seni ini dengan mengisahkan perjalanan seorang pelacur. Penampilan teater Adhi Tama sangat ketal dengan gerak tubuh, ekspresi wajahnya, dan setting blokingnya. Bahkan olah vokalnya pun terdengar jelas. Semakin kuat karakter para pemain bangsa pelacur dengan alunan musik instrumentalia, permainan perkusi, seruling dari tim musik, permainan toya, dan tata lighting.

”Putu Wijaya mengatakan bahwa bermain teater tidak perlu membutuhkan biaya yang tinggi. Kebutuhan teater telah berada di alam, katanya.” (asep)




Minggu, 04 April 2010

Paskah 2010


Perayaan Paskah Bersama BKS

Senin, (5/4) di Gereja Paroki Kristus Raja, tepat di Jl. Residen Sudirman No. 3 penuh sesak dipadati oleh pahlawan tanpa tanda jasa, yakni Guru, Kepala Sekolah, Frater, Suster, dan Romo. Mereka memadati gedung gereja merayakan Paskah bersama. Paskah bersama ini diadakan oleh Panitia BKS Regio I Keuskupan Surabaya.

Perayaan Paskah ini diawali dengan perayaan ekaristi. Dan, setelah dilanjutkan ramah tamah di gedung Kristus Raja tepatnya belakang gereja. Perayaan Paskah ini merupakan kegiatan rutin tiap tahun diselenggarakan oleh BKS.

Untuk menjalin keakraban dan bertukar pengalaman dalam mengajar anak didik kita dengan karakter iman Katolik kita.”

Dan, semoga perayaan ini tidak sekedar perayaan biasa. Melainkan sesuatu yang menghasilkan buah-buah karya pendidikan yang jauh lebih maju lagi. Dalam menumbukembangkan generasi atau anggota tubuh gereja yang masih perlu pendampingan dalam bergerak maju. Melalui kemenanganNya kita sebagai pahlawan tanpa tanda jasa semakin dikuatkan sebagai pendidik.

Sebagai pendidik tidak hanya sekedar mengajar, tetapi ditambah 2M lagi. Diantaranya Melatih dan Mendidik. Sehingga M-nya menjadi lengkap. Karena guru merupakan panggilan Tuhan yang unik. (asep)

Sajian Unik


Sate Klopo Ondomohen

Melintasi jalan Walikota Mustajab dari arah Balai Kota menuju Genteng Kali, kita sebagai warga kota Surabaya setiap pagi pasti menghirup asap yang mempunyai rasa seger dan berbau daging ayam.

Asap tersebut bersumber dari perempatan jalan Walikota Mustajab di pojok warung kopi, kiri jalan. Asap tersebut ternyata dari penjual sate daging ayam. Dengan rasa penasaran, diriku setiap melintasi jalan Walikota Mustajab ingin mencobanya. Tetapi waktu pun kadang-kadang tidak ada untuk singgah menikmati sate daging ayam tersebut.

Akhirnya, sampai di rumah diriku curhat kepada istriku, istriku tertarik juga ingin mencobanya. Minggu merupakan hari keluarga yang tepat untuk mencoba menikmati sate daging ayam.

Ternyata, tiba di sana sudah penuh sesak dipadati penikmat sate daging ayam. Penjualnya pun sampai tidak terlihat karena dikerumuni penikmat sate.

Setelah antri satu setengah jam, diriku bersama istriku mendapatkan 2 porsi sate daging ayam. Pelan-pelan aku makan sate, satenya ternyata reyah dan gurih. Bumbunya pun terasa sampai di lidah. Tanpa kata, istriku pun dengan nikmati sate tersebut.

Dan, sate ini tidak seperti biasanya. Sate daging ayam ini terlapisi dengan bumbu kelapa berwarna kuning kecoklatan. Pas dimakan dengan minum teh atau jeruk hangat. Nikmat sekali. Sate daging ayam yang dilapisi kelapa berbumbu itu sangat laris dan lezat. Pas untuk sarapan pagi. "Sate ini dikenal dengan sebutan Sate Klopo Ondomohen yang didirikan oleh Ibu Asih, Hj. Zaenab tahun 1977. Ondomohen sendiri merupakan nama jalan pada zaman penjajahan Belanda. Sekarang berganti nama Jl. Walikota Mustajab."

Menu pagi spesial ini paling dikenal oleh masyarakat Surabaya di antara para penjual sate kelapa lainnya. Dan, para artis dan petinggi negara pun sering kali singgah untuk menikmati sajian unik. Setiap harinya Ibu Asih ini melayani sendiri pelanggannya sejak pukul 06.00 -16.00 WIB. (asep)
foto :image.google.co.id

Family


KEHARMONISAN KELUARGA
Sedikit Berkata, Banyak Berbuat

Kunci Keharmonisan Keluarga itu Komunikasi
Sejak menikah, 23 Juli 1983 di Stasi Tlagasari, Paroki Purworejo Kabupaten Malang, Yohanes Berchmans Yan Sastra (54) telah menerapkan kepada keluarganya untuk hidup secara harmonis sesuai dengan hukum kanonik 1057.

Demikian petikan dari hukum kanonik 1057 : “(1)Kesepakatan pihak-pihak yang dinyatakan secara legitim antara orang-orang yang menurut hukum mampu, membuat perkawinan; kesepakatan itu tidak dapat digantikan oleh kuasa manusiawi manapun. (2)Kesepakatan perkawinan adalah tindakan kehendak dengannnya seorang laki-laki dan seorang perempuan saling menyerahkan dan saling menerima untuk membentuk perkawinan dengan perjanjian yang tak dapat ditarik kembali.” Adapun tujuan sakramen perkawinan tersebut untuk mensejahterakan keluarga dan anak, agar tercipta keluarga Kudus seperti yang diajarkan Yesus didalam Alkitab.

Yan Sastra ini menjelaskan keluarga harmonis itu saling memahami peran masing–masing, guyub, keterbukaan, dan tidak egois. Dan, untuk membentuk keluarga yang harmonis, bapak kelahiran Ruteng Flores ini mendidik anak-anaknya agar telibat dalam pelayanan gereja dan lingkungan. Diantaranya doa lingkungan, pelajaran agama, koor, kolektan dan tatib, jelas bapak yang lahir pada tanggal 9 Januari 1956.

Lanjut, Yan Sastra menambahkan bahwa saat ini beliau mempunyai 1 putri dan 2 putra. Diantaranya Antonius Septian Brilianto, Caecilia Novarista Sastri, dan Albertus Benny Irawan). Untuk kedua putra, Yan Sastra ini menerapkan hidup pelayanan dan hidup hemat, seperti menjadi anggota misdinar dan memberikan uang saku secukupnya.

Selain mengajarkan dua pola hidup tersebut, beliau juga selalu mengamati proses belajar putra-putra dengan menanyakan hasil ujian. Dan, tidak pernah melarang putra dan putrinya untuk bermain, melainkan hanya membatasi mereka dalam bermain, tambahnya.

Di dalam hidup menggereja, Suami dari Fransiska Lasmi (52) juga ikut ambil bagian dalam kepengurusan dewan paroki. Awal kepengurusan dimulai dari lingkungan, sekarang telah menjadi Ketua I Dewan Paroki Kelahiran Santa Perawan Maria. Di situlah di dalam keluarag, beliau menerapkan kepada keluarganya untuk selalu bertanggung jawab, khususnya dalam mendidik anak-anaknya untuk nenumbuhkembangkan iman Katolik, kata Bapak yang berdomisili di jalan Sedayu V/11.

”Dengan begitu diharapkan dalam berkomunikasi di keluarga harus terjalin dengan baik, sehingga apabila terjadi kesalahpahaman sebaiknya diselesaikan dengan kekeluargaan.”

Resep-resep yang diterapkan dalam keluarganya ini, mencoba berbagi kepada keluarga muda supaya turut serta berpartisipasi di dalam kegiatan yang ada di lingkungan, wilayah, dan di paroki. Dan, menerapkan Aksi Puasa Pembangunan tahun ini, bukan hanya di momen prapaskah dan paskah, tetapi tetap menerapkan selamanya, tutur Bapak yang berdomisili di lingkungan Bernadette Soubirous 2.

Pengalaman membina keluarga ini juga tidak lepas dari kegiatam-kegiatan yang telah diikut olehnya, seperti di Marriage Encounter (ME). Beliau mengatakan acara tersebut sangat bermanfaat karena para pesertanya dibekali dengan renungan, pengarahan, dan perilaku agar komunikasi di dalam keluarga dapat terbina dengan baik. Dan, itu semua yang beliau dapat berkat pelayanannya di Gereja. Sebagai umat Katolik menjadi pelayanan Tuhan, sungguh anugerah yang tak ternilai harganya. Karena upahnya besar di Surga.

Koreksi Diri, Kunci Keluarga Harmonis
Menurut Edy Joko Prasetyo, keluarga harmonis merupakan keluarga yang hidup secara harmonis tanpa ada pertengkaran dalam keluaga dan hidup rukun. Edy juga mengajarkan kepada ke dua putranya untuk saling mengasihi satu sama lain. Dan, jika jika ada pertengkaran harus saling memberikan pengertian satu dengan yang lain, seperti koreksi diri. Penyelesaiannya pada saat itu juga dan jangan sampai berlarut-larut, karena itu berbahaya sekali bagi keharmonisan keluarga kita, jelas bapak yang menikah di Santa Maria Purworejo, 1 juni 1994.

Tanggapan ini selalu dipegang teguh oleh Edy, selaku Sub Seksi Liturgi Paroki Kelahiran Santa Perawan Maria. Dalam keluarga kecilnya, Edy memiliki 2 putra yang bernama Yusuf Anton Prasetyo duduk di bangku SLTP, dan Leo Agung Prasetyo duduk di bangku SD.

Bapak kelahiran Purworejo, 3 maret 1962 menjelaskan keluarga harmonis adalah keluarga yang hidup secara harmonis tanpa ada pertengkaran dan hidup rukun. Hal ini juga diterapkan dalam mengajarkan kepada kedua putranya untuk saling mengasihi. Dan, jika ada pertengkaran harus saling memberikan pengertian satu sama lain, jelasnya.

Edy dalam mendidik anaknya selalu berpakaian yang sopan, rapi pada waktu pergi ke gereja. Tidak hanya rapi, tetapi mengatur jadwal untuk kedua putranya. Diantaranya dengan melihat televisi yang sesuai dengan usia mereka, belajar sesuai waktu yang sudah ditentukan, dan bermain dengan teman yang sebaya dengan mereka, imbuhnya.

”Selain mendidik kedua anaknya, Edy (48) dalam mengatur ekonomi selalu melakukan manejemen ekonomi dimana kebutuhan pokok harus terbeli dahulu baru yang lainnya, ungkap suami dari Yustina Darmayati (42).

Beliau juga terlibat di paroki, seperti koor dan dirigen. Keaktifnya beliau juga merambah sampai di lingkungan dan kampungnya, seperti doa lingkungan dan pengurus RT 2/RW 8. Edy juga salah satu umat lingkungan Antonius Padua ini berpesan kepada keluarga muda supaya harus saling pengertian dan koreksi diri, terangnya. (jef/card)

Cermin


KESEJATIAN HIDUP DALAM KELUARGA

Apabila kita perhatikan dengan seksama, anak-anak mempunyai kesamaan atau kemiripan denagan orang tuanya. Semakin bertambah besar, ia semakin menampakkan ciri-ciri yang terdapat pada orang tuanya. Rambut, mata kulitnya dan sebagainya, juga bagaimana cara dia berbicara, makan, marah, dan memecahkan masalah. Sifat dan tingkah lakunya hampir semua meniru orang tuanya.

Orang tua adalah orang yang paling dekat dengan anak-anak, paling tidak ketika anak masih bayi. Orang tua sering mendapat julukan sebagai pendidik pertama dan utama. Dari merekalah anak-anak mulai mengalami cinta, benci, dan sedih. Sedikit demi sedikit anak-anak mempunyai gambaran diri dari orang tuanya. Anak mempunyai gambaran positif kalau diperlakukan dengan baik : “Saya dicintai, saya diperhatikan, saya diterima, saya anak yang diharapkan, saya anak yang tidak membebani orang tua dan sebagainya.”

Bila gambaran diri anak positif ia akan belajar merasa diri “Oke” dan mempunyai kepercayaan diri. Akan tetapi, tidak jarang anak-anak yang mempunyai gambaran diri seperti yang tidak dikehendaki kehadirannya. Membuat orang tua jengkel, tidak diperhatikan, tidak dicintai, lahir karena kecelakaan dan sebagainya. Anak akan mempunyai gambaran diri negatif.

Kita dapat mengetahui mereka mempunyai gambaran diri negatif dari ungkapan-ungkapannya: “Mengapa saya selalu dibanding-bandingkan dengan adik”, “Mama merasa menyesal karena melahirkan saya”, “Saya anak haram, anak yang tidak pantas dilahirkan”, dan sebagainya.
Gambaran diri yang negatif membuat anak menjadi minder, merasa diri “tidak oke”.

“Mereka mengatakan bahwa saya ini jelek, untuk apa saya dilahirkan?” seorang filsuf Jean Paul Sartre mengatakan “Orang lain adalah musuh bagiku.” Mengapa ia berpendapat demikian? Ia mempunyai gambaran diri yang jelek, maklumlah karena ia dilahirkan dan dibesarkan di dalam keluarga yang berantakan! Apalagi sebelah matanya cacat.

Kesalahan yang banyak dilakukan oleh orang tua adalah cara mendidik anak dengan sistem hukuman, dengan kata-kata kasar, bahkan kadang anak-anak sasaran pelampisan kekesalan dan kebingungan mereka. Anak yang begitu menderita secara sadar maupun tidak sadar, disebabkan oleh tindakan orang tuanya yang tidak tepat dalam memperlakukannya. Misalnya menerima dengan syarat-syarat, menghukum dengan kekerasan, bahkan tidak jarang anak dijadikan objek atau kemarahannya.

Anak-anak menerima dosa warisan orang tua mereka. Suatu saat nanti, mereka akan membawanya dalam kehidupan keluarga barunya, setelahnya mereka berkeluarga. Untuk itu, kita diajak dalam masa prapaskah dan paskah ini untuk menumbuhkembangkan kecintaan dan kebersamaan keluarga. Hal ini juga diserukan dalam tema APP 2010 secara umum : ”Kesejatian Hidup Dalam Keluarga”. Di Keuskupan Surabaya, Uskup bersama stafnya lebih mempersempitkan lagi menjadi ”Aku Cinta Keluarga”. Diharapkan dengan adanya tema keluarga dapat berkumpul, misalnya makan dan doa bersama. Dari situ akan timbul kebersamaan dan kecintaan keluarga secara utuh.

Dan, orang tua lebih memberikan kepercayaan dan kebebasan anak dengan kontrol sosial melalui kumpul keluarga minimal dalam satu bulan satu kali. Dengan begitu keluarga harmonis tercipta dengan sendiri.

Seperti illustrasi ini, ada salah seorang Frater sangat mengasihi anak-anak nakal. Mereka diterima. Mereka boleh berbuat apa saja dengan syarat tidak merugikan atau mengganggu orang lain. Dalam waktu 6 bulan, mulai terlihat perubahan-perubahan sikap dan tingkah laku anak didiknya, yang dulunya pemurung sekarang mulai ceria, yang dulunya tidak acuh sudah mulai memperlihatkan gejala-gejala interes terhadap teman-temannya dan sebagainya. Mereka mulai berubah, mereka menemukan gambaran dirinya yang sebenarnya. Setiap orang membutuhkan rasa aman, merasa diterima apa adanya. Benih membutuhkan tempat untuk tumbuh. Anak membutuhkan persemaian yaitu keluarga Allah, keluarga anda, keluarga Katolik. (L. Vicky)
foto : google.com

Kamis, 01 April 2010

Visualisasi Sengsara dan Wafat Yesus Kristus


Via Dolorosa, Jalan Kedukaan

Kamis (1/4), Umat Paroki Kelahiran St. Perawan Maria (Kelsapa), Kepanjen Surabaya mulai merayakan Triduum. Triduum merupakan Tri Hari Suci yang dimulai Minggu Palma. Minggu Palma, umat merayakannya dengan membawa daun palma untuk menyambut Yesus Kristus sebagai raja. Namun rakyat mengkhianati Yesus melalui ulah para petinggi zaman itu dengan memutarbalikkan fakta.

”Bekerja sama dengan Yudas Iskariot, para ahli Taurat, orang Farisi, dan bersama para prajurit menangkap Yesus. Saat berdoa menjelang sengsara dan wafatNya di kayu salib.”

Detik-detik penyaliban tersebut, kita renungkan dalam perayaan ekaristi Kamis Putih. Kamis Putih yang diadakan di Paroki Kelsapa dua kali, yakni pukul 18.00 dan 21.30 wib. Ratusan umat Paroki Kelsapa dengan kusuk menjalankan perayaan ekaristi. Walaupun gedung penuh sesak dipadati oleh umat. Bahkan di samping kanan kiri luar gereja juga dipadati. Di luar gereja panitia mefasilitasi dengan LCD untuk melihat alur dari perayaan ekaristi Kamis Putih. Kamis Putih dipersembahkan oleh Romo Eko, Romo Santoso, dan Romo Suparno, CM. Begitu juga dengan Fr. Yohanes Ferry CM ikut berpratisipasi dalam kekusukkan Perayaan Ekaristi.

”Kamis Putih merupakan perayaan ekaristi untuk memperingati perjamuan terakhir Yesus bersama dengan murid-muridnya.”

Perayaan Kamis Putih ditandai dengan pembasuhan kaki. Pembasuhan kaki merupakan simbolisasi dari bentuk penebusan dosa manusia. Tampak Romo Ignatius Suparno, CM membasuh kaki para rasul yang diperankan Orang Muda Katolik.

Setelah perayaan ekaristi dilanjutkan prosesi penghormatan sakramen mahakudus dan tuguran. Tuguran ini salah satu bentuk adorasi bersama Yesus sebelum sengsara dan wafatNya di kayu salib.

Kisah sengsara dan wafatNya di kayu salib ditandai dengan Via Dolorosa pada Jumat Agung, (2/4). Via Dolorosa dikemas dalam visualisasi yang diperankan oleh Orang Muda Katolik (OMK) Paroki Kelsapa. OMK Paroki Kelsapa menvisualisasikan Via Dolorosa ini mulai pukul 08.00 wib di dalam gedung gereja. Untuk menggambarkan penderitaan sengsara dan Wafat Yesus Kristus.

Menurut Stefanus Agus, selaku koordinator dari Via Dolorosa ini menuturkan dengan mengangkat kisah sengsara dan wafatNya di kayi salib ingin menjalin relasi secara mendalam, bahwa Yesus begitu mencintai kita. Dia rela mengorbankan diriNya di kayu salib untuk menjadi silih atas dosa kita. Padahal kita adalah orang yang penuh dengan dosa. Akan tetapi, Dia masih tetap mencintai kita dan mau merelakan nyawaNya sendiri untuk anak-anakNya, tutur Agus, koordinator Via Dolorosa.

Selain OMK Paroki Kelsapa, OMK Paroki Hati Kudus Yesus (HKY) juga mengelar Via Dolorosa di dalam gereja HKY. Via Dolorosa ini dikemas dalam teaterikal. Visualisasi drama penyaliban itu digelar di Gereja HKY. Umat pun memadati gereja untuk merenungkan penderitaan Yesus.

Semakin reflektif suasana teaterikal Via Dolorosa dengan adanya lagu-lagu dan instrument Paskah yang digaungkan oleh OMK HKY. Hingga, umat terharu melihat penderitaan Yesus sampai meneteskan air mata. Bahkan umat pun menahan nafas dan itu pun sebagai bentuk dari penyesalan mereka atas dosa-dosa yang selama ini umat perbuatan. (asep)