Kamis, 26 Februari 2009

45 Tahun Yayasan Lembaga Karya Dharma Keuskupan Surabaya


Dari Merangkak Sampai Tubuh Dewasa

Yayasan Lembaga Karya Dharma Keuskupan Surabaya (YLKD Keuskupan Surabaya) merupakan salah satu organisasi karya sosial dan amal yang berada dinaungan Gereja Katolik Keuskupan Surabaya.

Seperti yang dituturkan Mgr. Vincentius Sutikno Wicaksono mengatakan bahwa YLKD Keuskupan Surabaya didirikan oleh Mgr. JAM Klooster, CM pada tanggal 1 September 1963, kata Uskup Surabaya.
”YLKD telah mempunyai akte notaris dari Anwar Mahajudin dengan Nomor 79 pada tanggal 24 Januari 1964. Sejak akte notaris dimiliki oleh YLKD dan tanggal tersebut ditetapkan sebagai hari ulang tahun YLKD”.

24 Januari yang lalu YLKD telah merayakan ulang tahunnya. Usianya hampir setengah abad, yakni 45 tahun. Lima tahun lagi, YLKD merayakan pesta emas.

Setelah menentukan hari ulang tahun YLKD, beberapa tahun kemudian merumuskan Anggaran Dasar (AD). AD beberapa kali mengalami perubahan. Akhir AD teakhir telah ditetapkan menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 juncto Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Yayasan. YLKD mempunyai maksud dan tujuan di bidang sosial dan kemanusiaan.

Sejak sinode Keuskupan Surabaya 1996, Visi dan Misi YLKD terus diperbaiki. Visinya diantaranya mewujudkan Cinta Kasih Allah bagi masyarakat tanpa memandang suku, ras, agama, dan golongan dengan melibatkan semua orang. Agar mampu mencintai dan rela berkorban untuk sesamanya.

Misinya mendukung dan mendorong usaha-usaha dari berbagai elemen dan masyarakat untuk mewujudkan kasih Allah melalui dan oleh unit-unit kegiatan bersama umat ditujukan kepada masyarakat.

YLKD , salah satu perpanjangan tangan LPPS-MAWI (Lembaga Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi – Majelis Agung Wali Gereja Indonesia) di Keuskupan Surabaya untuk menyalurkan bantuan dari USAID (United States of America Agency for International Development).

Tahun-tahun awal kegiatan YLKD memfokuskan diri pada korban bencana dan kelaparan. Karya sosial lainnya di bidang kesehatan dan pendidikan non-formal. Bidang kesehatan ini dikembangkan dengan mendirikan Balai Pengobatan atau Poli ”Alma Karya” tahun 1966 dan tahun 1967 bekerjasama dengan Puteri Kasih mendirikan Poli Don Bosco. Setahun kemudian Poli St. Anna. Berdirinya poli ini digunakan untuk masyarakat kurang mampu.

Alhasil, YLKD mengembangkan sayap dengan mencanangkan program padat karya (1975) dan program gizi (1976) di daerah-daerah, diantara Bojonegoro, Pacitan, Lumajang, Malang, Lamongan, Magetan, Madiun, Blitar, dan Kediri.

Tak lama kemudian, tahun 1977 YLKD ikut melahirkan Usaha Bersama Widya Dharma sebagai cikal bakal koperasi untuk unit-unit sosial. Proyek air bersih pun dicanangkan di enam desa yang mengalami kekeringan di Ponorogo dan Pacitan.

Tidak hanya memikirkan keprihatinan masyarakat tidak mampu. Tahun 1982 YLKD juga mendirikan koperasi bagi kesejahteraan karyawan dan pekerja sosialnya.

Berbagai upaya dilakukan YLKD dalam menumbuhkembangkan sayapnya. Dan perlu diketahui bahwa YLKD setingkat dengan Lembaga Swadya Masyarakat yang lingkupnya tidak bergerak di bidang pendidikan. Sampai akhirnya di tahun 2000 mendirikan unit Sosial Moroseneng. Unit ini dikatakan unit termudah dan YLKD merupakan Lembaga Swadya Masyarakat dibawah naungan Keuskupan Surabaya berkembangan pesat dan melebarkan sayap di bidang sosial kemasyarakatan dan pelayanana kesehatan bagi masyarakat kecil.

Akhirnya sejak tahun 1990 subsidi dari luar negeri berhenti, YLKD mulai berusaha mandiri dengan mengoptimalkan karya kesehatan dan menghimpun dana dari para dermawan kecil. Selain juga membuat program strategis di bidang sosial, kesehatan, pendidikan, dan koperasi. (sep, disarikan dari brosur YLKD).
ilustrasi diambil dari internet

GELAR DRAMA MUSIKAL “SAMSON AND DELILAH”

Happy Valentine 2009

ANTARA CINTA dan PRAHARA

Ide awal mula dari keprihatinan Orang Muda Katolik (OMK) di Gereja Katolik Paroki Kelahiran Santa Maria-Kepanjen (Kelsapa, red.) yang jarang sekali nampak di kegiatan Gereja. Sungguh menjadi kerinduan bagi mereka untuk berkumpul bersama untuk menumbuhkembangkan kebersamaan dalam membangun Gereja Kelsapa, papar Donata Yohanadiati, selaku pemerhati OMK.

“Perlu diketahui bahwa Gereja Kelsapa merupakan bangun cagar budaya dan menjadi gereja wisata. Tidak hanya itu dari segi arsitekur sangat indah dan klasik. Karena arsitekturnya bergaya Geothic.”

Alhasil, nantinya Gereja Kelsapa diwarisi kepada OMK. Kalau OMK tidak mempunyai kepedulian dan kepekaan terhadap Gerejanya. How, satu kata tanya yang layak direfleksikan bersama?

Dari latar belakang inilah, beberapa aktivis OMK Gereja Kelsapa mengelar Konser Drama Musikal. Drama Musikal ini diadakan Sabtu (14/2) yang lalu bertepatan dengan Hari Valentine. Momen ini sekaligus mengajak OMK untuk memberikan kasih sayang untuk Gereja Kelsapa. Bergerak bersama menumbuhkembangkan sinergi antar OMK yang lain dalam membangun dan memelihara Gereja Kelsapa.

Drama Musikal dihadiri oleh Romo Sapta, Romo Astanto, Romo Rudy CM, Dewan Paroki, yakni Bapak Daryana. Tidak hanya itu gedung Empire Palace dipadati oleh ratusan OMK dan orang tua.

Romo Antonius Sapta Widada, CM selaku Pastor Paroki Kelsapa dalam sambutannya mengatakan terselenggaranya drama ini bentuk dari usaha untuk mempersatuakan OMK, karena mengumpulkan dan mempersatukan OMK “jaman baru” ini tidak mudah. Karena gaya hidupnya berkumpul melalui hobby, status sosial, pekerjaan yang sama. Paling berbahaya, yakni gaya hidup yang hedonisme. Dengan adanya drama ini, Romo Sapta mendukung sekali karena tujuannya mulia sekali.

”Terima kasih semua, terutama di hari Valentine bagi semua OMK. Proficiat!,” seru Romo Sapta.

Sebelum digelar drama musikal, para hadirin dan undangan dimanjakan dengan santap malam bersama di di depan Hall lantai Empire Palace, Blauran 57-75. Tradisi mengatakan kalau setelah santap malam pasti terjadi katuk di benak hadirin dan undangan.

Dengan sigap panitia memanjakan hadirin dan undangan dengan band, yakni Amin Band, konser organis dari komunitas organis Kelsapa, Paduan Suara Mudika Bernadette Soubirous dengan conductor-Stephanus Slamet.

Menginjak inti dari konser ini dimulai Trio Stefani melalui suara apiknya dengan mengumandangkan lagu “Sejuta Tangan”. Melalui Sejuta Tangan hadirin dan undangan diajak untuk berbagi berkat dengan memberikan tali asih kepada anak-anak Panti Asuhan Don Bosco.

Tali asih langsung diberikan langsung kepada anak-anak Panti Asuhan Don Bosco melalui perwakilan dari Panti Asuhan, Sr. Gita, P.K.

Selang beberapa menit, drama musikal yang berjudul ”Samson dan Delilah”. Drama ini mengisahkan seorang anak muda itu bernama Samson yang menjalin kasih dengan seorang putri raja yang bernama Delilah.

Terjalinnya kasih sayang dengan Samson itu, karena Delilah ditolong pada saat di hutan. Delilah pada saat itu terancam oleh Singa. Semua prajurit keraajaan tidak ada yang bisa mengatasinya. Datang Samson menolong Delilah.

Akhirnya Samson mengalahkan Singa tersebut dengan kekuatannya. Pulanglah Delilah ke kerajaan. Dengan hati yang bergembira, Delilah menceritakan kepada ayahnya tentang kejadian di hutan yang menimpa diri Delilah. “Delilah selamat ayah, karena diselamatkan oleh anak muda yang cakep itu, ayah!”, cerita Delilah. Ayah bertanya kepada putri: “Siapakah anak muda tersebut?”. Dengan gembira Delilah mengatakan kepada ayahnya: “namanya-Samson.”

Usut punya usut, akhirnya Samson terketahui keberadaannya oleh penasehat kerajaan. Penasehat kerajaan memberitahukan kepada raja: ”Samson adalah anak muda dari buruh tani”. Dengan terkejut baginda raja menjawab itu memalukan bagi kerajaan.

Setelah diketahui oleh baginda raja. Sang baginda raja tidak setuju, anaknya menjalin cinta dengan anak muda tersebut. Akhir baginda raja mempunyai akal untuk memusnahkan Samson dengan memotong rambutnya. Karena letak kekuatannya berada di rambutnya.

Delilah dimanfaatkan oleh ayahnya dengan rayuan bahwa kalau ayah ingin awet muda harus dengan rambut samson. Maka ambil dan pangkaslah rambutnya, putriku!, pinta baginda raja.

Akhirnya Delilah dan Samson ngedit bertemu di taman pada saat bulan purnama. Dengan rayuan Delilah, Samson tertidur pulas dan saatnya Delilah melaksanakan amanat ayahnya.

Setelah memotong rambutnya, Delilah memberikan kepada ayahnya. Baginda raja memerintahkan penasehat dan serdadu untuk menangkap Samson. Samson tidak dapat berbuat apa-apa. Karena kehilangan kekuatannya.

Dari situlah Samson sadar bahwa perbuatannya hanya mementingkan dirinya sendiri. Melalui kesadarannya, Samson kembali memiliki kekuatannya dan memperjuangkan tanah leluhurnya.

Drama Musikal Samson dan Delilah diperankan oleh OMK Paroki Kelsapa. Peran sebagai Samson adalah Ignasius Suramin dan peran sebagai Delilah adalah Cecilia. Drama musikal berkat ide dari Bapak Prio Utomo selaku sutradara dan didampingi dua asisten sutradara, yakni Agus dan Dita.

Drama musikal lengkap sekali melalui nyanyian merdu dari Paduan Mudika Bernadette Soubirous dengan melantunkan lagu Haec Dies dan Sempurna dari Andra and The Backbone. (sep.)