Rabu, 30 Desember 2009

Rakyat Indonesia Berduka


Di Usia 83 Tahun,
Frans Seda Meninggal Dunia

Terakhir bertemu dengan Frans Seda di Hotel Mojopahit, Surabaya pada waktu Pernas Forum Masyarakat Katolik Republik Indonesia dengan menggunakan kursi roda. Dengan melihat tatapan wajahnya, kagum dan bangga pada tokoh satu ini.

Namun, setelah membuka e-mail dan membaca kompas.com bahwa Frans Seda diberitakan meninggal dunia pada usia 83 tahun, Kamis (31/12) tadi pagi.

”Frans Seda ini mempunyai nama lengkap Franciscus Xaverius Seda lahir di Flores, Nusa Tenggara Timur, 4 Oktober 1926.”

Salah satu tokoh Nasional, tokoh Katolik pernah menjabat Menteri Keuangan di awal Orde Baru (1966-1968). Dan, Menteri Perkebunan dalam Kabinet Kerja IV (1963-1964) dan Menteri Perhubungan dan Pariwisata (1968-1973) dalam Kabinet Pembangunan I. (asep, dari berbagai sumber)
Illustrasi dari www.image.google.co.id

Rakyat Indonesia Berduka



Gus Dur, Tokoh Besar Bagi Indonesia

Rabu, (30/12) sambil menunggu dosen Pemograman Berorientasi Objek (PBO), mahasiswa-mahasiswi ITATS, Fakultas Teknologi Informasi, Jurusan Teknolgi Informasi sibuk mempersiapkan tugas PBO di ruang H-303. Beberapa menit kemudian, kira-kira pukul 19.50 dosen PBO memberitahukan bahwa Gus Dur, Mantan Presiden RI ke-4 meninggal dunia. Mahasiswa-mahasiswi ITATS, Fakultas Teknologi Informasi, Jurusan Teknolgi Informasi serentak kaget mendengar berita meninggalnya Gus Dur. Langsung memanjatkan doa dipimpin oleh Risgan.

Gus Dur mempunyai nama lengkap KH Abdurrahman Wahid meninggal dunia pada usia 69 tahun karena sakit di RSCM Jakarta, Rabu (30/12) pukul 18.40 WIB.

KH Abdurrahman Wahid menjabat Presiden RI mulai 20 Oktober 1999 hingga 24 Juli 2001. Putra pertama dari enam bersaudara itu lahir di Desa Denanyar, Jombang, Jawa Timur, pada 4 Agustus 1940. Gus Dur menikah dengan Shinta Nuriyah dan dikaruniai empat putri yaitu Alissa Qotrunnada Munawaroh, Zannuba Arifah Chafsoh (Yenni), Annita Hayatunnufus, dan Inayah Wulandari.

”Kepergian Gus Dur membuat rakyat Indonesia bersedih, karena kehilangan tokoh besar bagi bangsa Indonesia.”

Dengan meninggalnya Gus Dur, maka kita kehilangan bapa bangsa yang pernah memimpin bangsa ini dengan unik dan memberi kebebasan dalam banyak hal. Banyak jasa Gus Dur bagi bangsa ini, terutama kelompok yang selama ini disebut minoritas.

Gus Dur juga selalu menyuarakan toleransi dan kerukunan umat beragama, memperhatikan isu-isu pluralisme dan mementingkan arti dari kejujuran. Selama hidupnya, Gus Dur dikenal sebagai sosok yang sangat mendedikasikan jiwa dan raganya untuk bangsa Indonesia.

Hingga, beberapa rekan kerja dan sahabat dekat sedih atas kepergian Gus Dur, diantaranya Wimar Witoelar, mantan juru bicara Gus Dur, Romo Benny Susetyo, Sekretaris Eksekutif Hubungan Antaragama Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) di Jakarta, Romo Yosef Eko Budi Susilo, Pastor Kepala Paroki Hati Kudus Yesus Surabaya, dan Laksamana TNI (Purnawirawan) Sudomo. Terutama rakyat Indonesia dan para santri Pondok Pesantren Tebu Ireng.

Untuk menghormati kepergian Gus Dur, Presiden RI Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono menghimbau kepada seluruh rakyat Indonesia untuk mengibrarkan bendera setengah tiang selama 7 hari. Jenazah Gus Dur diberangkatkan dari rumah duka, Warung Sila, Ciganjur, Jakarta, Kamis (31/12) dan disemayamkan di Pondok Pesantren, Tebu Ireng, Jombang. (asep, dari berbagai sumber)
Ilustrasi: www.image.google.com