Rabu, 04 April 2012

Briket Unik dan Cantik

dari Hulu sampai ke Hilir

"Pemberdayaan sumber alam menjadi produk unggulan dan memilki nilai jual lebih dalam menciptakan usaha baru

Pepatah Jawa mengatakan, Jagemah ripah loh jinawi. Pepatah ini tidaklah sekedar slogan dan isapan jempol belaka. Tetapi menumbuhkan alam ini menjadi subur makmur, seperti alam Indonesia.
Indonesia merupakan negara agraris yang mempunyai 2(dua) iklim, yakni musim penghujan dan musim kemarau yang berada dibawa garis khatulistiwa. Hingga sinar matahari begitu menyinari alam Indonesia. Faktor tersebut begitu berpengaruh terhadap hasil perkebunan maupun pertanian di Indonesia. Ibarat tongkat pun menjadi tanaman.
Alhasil, hasil produk turunan pertanian dan perkebunan saat ini masih banyak yang belum diolah dan dimanfaatkan oleh petani. Baru sekitar tahun 2000 poduk turunan hasil pertanian dan perkebunan dilirik para investor. Namun sisa-sisanya dianggap sebagai produk turunan atau sampah yang tidak menghasilkan bagi para investor. Produk turunan ini semula hanya sebagai limbah yang tidak dapat dimanfaatkan. Namun setelah dikaji dan diteliti kembali oleh tangan-tangan yang peka dan peduli menjadi sesuatu yang unik dan menghasilkan produk unggulan.
Di sebagian wilayah Indonesia masih banyak produk turunan mungkin boleh disebut limbah pertanian belum diolah mereka. Produk tersebut jika diolah akan mempunyai nilai tambah dan nilai jual. Produk turunan dari limbah hasil pertanian diantaranya : tempurung kelapa-coconutshell, cangkang sawit-palmkernelshell, cangkang kemiri-candlenutshell, sekam padi-husk, dan serbuk gergaji-sawdust, serta masih banyak lagilimbah hasil pertanian.

Tempurung Kelapa, Limbah Pengolahan Perkebunan Kelapa
 
Selama ini petani tidak pernah mengolah limbah ini. Setelah diambil daging buahnya, petani membuang tempurung begitu saja. Penggunaannya hanya terbatas sebagai kayu bakar. Hanya berakhir diliang tungku untuk menanak nasi.
Limbah tempurung bisa mencapai 2 (dua) ton setiap panen per petani yang memiliki kurang lebih 400-500 pohon kelapa. Pohon kelapa tidak memiliki musim panen, berbuah secara terus menerus. Bahkan sebelum dipanen pohon kelapa sudah menumbuhkan calon buah muda. Bedanya hanya ketika musim kemarau hasil buah yang dihasilkan lebih kecil, dibanding musim penghujan.
Ada beberapa kalangan masyarakat memanfaatkan tempurung kelapa sebagai arang. namun kapasitasnya tidak begitu banyak. Pemanfaatannya pun sekedar untuk membakar sate atau mengasap ikan supaya awet.
Arang tempurung kelapa memilki kadar karbon cukup tinggi dibanding arang kayu. Kadar kalorinya pun cukup tinggi, mencapai 7000 Kcal. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil analisa laboratorium.
Hal ini membuat pengelola berminat mengolah menjadi arang dan briket arang tempurung. Minat terhadap briket arang tempurung cukup tinggi, sehingga permintaan ekspor arang tempurung cukup tinggi dari tahun ke tahun. Jika mengekspor arang tempurung tidak memberikan lapangan pekerjaan bagi tenaga kerja Indonesia. Tidak mungkin karena hasil cukup mengiurkan dan menjadi mata pencarian yang dapat dihandalkan di dunia bisnis pertanian kelapa. Dibilang sebagai limbah dari hasil perkebunan kelapa oleh para petani kelapa.
Alasan ini membuat pengelola berpikir kritis dan berusaha membangun pabrik pengolahan limbah buah kelapa untuk menjadikan arang kemudian kami proses menjadi briket. Berikut pengolahannya.
 
Prose Pembuatan Arang Tempurung Kelapa secara Tradisional

Pirolisis sebutan lain dari proses pembakaran yang tidak sempurna menghasilkan karbon (arang).”

Arang tempurung masih melalui beberapa tahap sampai menjadi briket yakni digiling di mixing kemudian dipress dengan menggunakan mesin press.
Setelah melalui proses penggilingan, mixing, kemudian pengepressan arang tempurung bisa dicetak sesuai permintaan produk.
Hasil tes analisa laboratorium dari BRIKET, sebagai berikut :
Total Moisture-7.38
Ash content-.71
Volatille Matter-14.74
Fixs Carbon-.17
Sulfur- 0.10
Gross Calorie Value-7027
Hardgrove Grandibility Index- 48
Permintaan ekspor yang begitu besar bisa mencapai 5000 ton/bulan, membuat kami ingin memproduksi briket arang tempurung yang nantinya kami pasarkan ke pasar ekspor.

Kami sudah memiliki banyak calon pembeli produk kami. ANDA tertarik dan pesan di PT. CAHAYA BUDI atas nama Stefanus Agus Setyono-Mobile : 081 334 812 678, 081 9385 04038.
Foto : dokumen PT. CAHAYA BUDI dan www.google.com/images

Misa Acies

Ingatkan Kembali Janji Legioner

Ratusan legioner dari 18 presidium di beberapa paroki memenuhi halaman Gereja Paroki Redemptor Mundi. 18 presidium yang tergabung dalam Kuria Mater Salvatoris dalam rangka menggelar Misa Acies 2012.

Acies merupakan acara akbar legio yang diadakan sekali dalam setahun. Biasanya Acies dirayakan setiap tanggal 25 Maret atau tanggal yang berdekatan. Acies sendiri berarti pasukan yang siap bertempur.

Kata yang berasal dari bahasa latin ini tepat digunakan untuk upacara di mana legioner sebagai suatu badan berkumpul untuk memperbaharui janji kepada Maria, ratu Legio, selain itu juga untuk menerima kekuatan dan berkat dari Maria sebagai bekal untuk pertempuran selama satu tahun yang akan datang dalam melawan kekuasaan setan.

Misa Acies kali ini mengusung tema “Per Mariam Ad Jesum”, Jumat (23/3) didahului perarakkan para legioner dengan membawa panji-panji presidium yang didominasi merah.

Usai perarakkan, perwakilan pembawa panji meletakkannya panji-panji presidium dan panji kuria dari Surabaya Barat, tongkat kebesaran dari legioner, dan Bunda Pelindung Legioner-Bunda Maria yang dihiasi kain putih dan bunga. Menggambarkan keagungan Bunda Pelindung, para Legioner.

Misa Acies pun dimulai oleh selebran utama Rm. Antonius Adrian Adiredjo, OP didampingi RD. Yustinus. Setelah berkat pembuka, Romo Adrian mengajak legioner. Untuk berdoa Rosario dipimpin oleh salah satu panitia dengan peristiwa sedih.

Legioner tampak khusuk dan hening berdoa doa Rosario Usai doa Rosario, Romo Adrian mengajak legioner untuk merayakan perayaan ekaristi.

Romo Andrian di homilinya menegaskan, sebagai legioner, kita berada di komunitas. Komunitas merupakan perayaan untuk mewujudnyatakan visi dan misi yang sehati dan sejiwa.

Untuk menumbuhkembangkan komunitas yang ramah dengan penuh persaudaraan dan kerukunan sangatlah sulit. Seperti yang kita dengar di bacaan I Kebijaksanaan 2:1a.12-22 bahwa kita harus sehati sejiwa bersamaNya. Ikut merasakan sukacitaNya. Hal ini telah diberikan kepada kita melalui teladan Bunda Maria. Mari meneladani dan belajar dari Bunda kita.

Untuk selalu hidup bersama, satu komunitas, satu saudara yang selalu menghargai dan mencintai. Janganlah kita meminta selalu dihargai dan dicintai, sebelum kita belajar menghargai dan mencintai saudara di komunitas kita, pesan Romo Adrian.

“Dan, itu salah satu prinsip yang mendasar, yakni kalau Anda ingin dicintai, buatlah diri Anda untuk mudah dicintai.”

Misa berlanjut dengan Aku Percaya dan pengulangan janji legio secara pribadi. Diawali oleh Romo, lektor, dan prodiakon, kemudian legioner maju berdua-dua, berlutut di depan veksilum besar, dengan tangan memegang bola dunia pada veksilum, lalu bersuara mantap mengucapkan janji kepada Bunda Maria: “Segala milikku adalah milikmu, dan segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu, ya Ratu dan Bundaku”.

Setelah legioner maju, giliran pengulangan janji secara bersama-sama. Cukup berdiri di tempat masing-masing, dengan dipimpin Romo, kembali legioner mengucapkan janji penyerahan diri kepada Bunda Maria dengan format yang lebih panjang. Setelah itu semua selesai, misa kembali berlanjut seperti biasa.

“Sadarkah kita akan arti kata-kata tersebut? Jangan sampai kata-kata tersebut menjadi sekedar kata yang harus diulang tiap tahunnya.” (asep)

UKWMS



REOG PONOROGO
Sambut RUA-PTIK KE-29
di Unika Widya Mandala Surabaya

Terakhir kalinya Rapat Umum Anggota Asosiasi Perguruan Tinggi Katolik (RUA-APTIK) ke-28 diselenggarakan di Semarang. Kali ini RUA-APTIK ke-29 diselenggarakan di kota Pahlawan, Surabaya. Anggota APTIK mempercayakan kepada Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS) sebagai tuan rumah, Senin-Kamis, 12-15 Maret 2012 di Bangkok Room, Hotel Mercure – Grand Mirama Surabaya.

RUA-APTIK mengusung tema “Peningkatan Kualitas Perguruan Tingkat Katolik melalui Manajemen dan Tata Kelola Keuangan”. Tema ini diambil untuk mengupayakan pengelolaan perguruan tinggi secara otonom, akuntabel, dan transparan. Dengan begitu membuka peluang bagi penyelenggara perguruan tinggi. Untuk dapat melakukan berbagai langkah terobosan yang inovatif dan kreatif.

Selain membahas permasalahan di atas, RUA-APTIK juga membahas agenda internal organisasi dengan narasumber, yakni Romo Paulinus M. Simbolon, OFM.Cap dan Michael T. Tjoajadi dari salah satu lembaga yang mengelola keuangan dan Lembaga manajer yang mengelola reksadana tersebar di Indonesia, jabar Anastasia humas UKWMS.

Sebelum RUA-APTIK dimulai, Humas UKWMS menggelar konferensi pers (12/3) di hotel Mercure dengan narasumber Ricahrdus Djokopranoto, Ketua APTIK, Penulis Buku “Wealth Management untuk Penyelenggaraan Perguruan Tinggi”. Ricahrdus pernah bekerja di industri perminyakkan dengan karir terakhir Kepala Divisi Logistik Pertamina. Dan, Prof Bernadette Setiadi, Sekretaris APTIK. Moderatornya Kuncoro Foe, Ph.D., Ketua Panitia Penyelenggara RUA-APTIK 2012, Wakil Rektor I UKWMS.

Usai konferensi pers, Panitia mengawalinya perayaan ekaristi di Gereja Hati Kudus Yesus dengan selebran Mgr. V. Sutikno Wicaksono didampingi Mgr. Aloysius Sudarso, Ketua Komisi Pendidikan KWI dengan RD. Jelantik, Pastor Paroki Santa Maria Tak Bercela, Ngagel. Tampak pula dengan khusuk mengikuti perayaan ekaristi di altar Duta Besar dari Vatikan, Nunsio Apostolik Mgr. Antonio Guido Filipazzi.

Semakin meriah pula, Reog Ponorogo menyambut para anggota RU-APTIK di halaman depan UKWMS dengan berbagai antraksi dan tarian Kuda Lumping. Satu per satu dua anggota dari APTIK diangkat naik di atas kepala Reog, yakni Romo Antonius Subiyanto, OSC dan Almeteus Setyamarsudi, Se.Ak. menuju pintu masuk.

Tak hanya Reog Ponorogo, berbagai hiburan, yakni musik tradisional Angklung, Kulintang, dan tari parade nusantara memeriahkan RUA-APTIK tahun ini. Dan, secara resmi RUA-APTIK dibuka pemukulan gong Nunsio Apostolik Mgr. Almeteus didampingi bapak Uskup Surabaya, Ketua Komisi Pendidikan KWI, Perwakilan dari Yayasan UKWMS, dan Ketua APTIK di auditorium Benediktus. (asep)

Anton Ferry Kurniawan Mutter

Di Tangan Sang Dirigen, Raih Segudang Prestasi

Sambil asyik duduk di Café Petra Toga Mas, Anton menceritakan kisah menjadi Dirigen. Keasyikkan blogger berbincang bersama Anton semakin seru dengan ditemani secangkir minum yang menyegarkan sampai pukul 17.00 WIB.

Nama Anton Ferry Kurniawan Mutter didengar bagi komunitas paduan suara di Keuskupan Surabaya tidaklah asing, terutama Orang Muda Katolik.

Pria yang lahir di kota Pahlawan, menuturkan, kegemaran mendengarkan musik gerejawi dan nyanyian klasik, semisal lagu inkulturasi daerah. Awal mula ketertarikkan Anton memulai belajar paduan suara dan menekuni dunia olah vokal. Tahun 1998, Anton aktif tergabung di paduan suara Orang Muda Katolik Santa Caecilia di Gereja Santa Maria Tak Bercela, Ngagel, akunya.

Berbekal dari ketekunannya Anton memberanikan diri dan semakin belajar notasi angka dan balok. Talenta Anton semakin berkembang dengan belajar dari pengalaman melalui Kak Kiem. Melihat perkembangan Anton, Kak Kiem menunjuk Anton menjadi dirigen. Pertama kalinya di tahun 2001, Anton memimpin paduaan suara Santa Caecilia Perayaan Ekaristi Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, tutur pria yang lahir 16 Mei 1983.

Keberanian menjadi dirigen ini membuahkan hasil dan mulai bergabung di kelompok paduan suara di Surabaya, diantaranya Ubaya Choir, KPMG, dan Eliata, tambahnya.

Berlanjut sampai tahun 2003, anggota paduan suara Santa Caecilia mempercayai sepenuhnya kepada Anton sebagai ketua. Keterkejutan ini membuat dirinya tidak patah semangat dalam belajar olah vokal. Melainkan menjadi pemicu tersendiri untuk semakin tertantang mendalaminya.

Berangkat dari rasa tantangan di dunia olah vokal. Anton menuturkan, mengajar di SDK Santa Clara, Ngagel sesuatu hal yang menarik baginya. Karena, bagian dari tujuan Anton untuk melayani Tuhan, menumbuhkembangkan bakat minat anak-anak setingkat sekolah dasar, dan lebih mudah melatih mereka. Selain itu, memerlukan kesabaran dan ketelatenan dalam mengajari mereka. Anton mengaku sebagai pelatih paduan suara anak-anak mau tidak mau jiwa kreatifitas lebih ditonjolkan dan memberikan arasemen yang sederhana, tuturnya.

Alhasil, berkat ketelatenannya, Anton membawa Paduan Suara SDK St. Clara meraih juara II di festival Paduan Suara tingkat Nasional dan Juara I di Gramedia Ayo Menyanyi,” jabar anak ke-4 dari 4 bersaudara pasutri F. Ferry Dinanto dan Theresia Paidjah.

Buah kemenangannya, Anton melebarkan sayapnya melatih di beberapa paroki. Diantaranya Paroki Kelahiran Santa Perawan Maria, Kepanjen (wilayah Gabriel), Stasi Santo Agustinus-wilayah 14 (Santa Katarina), Paroki Santo Marinus Yohanes (Rekat dan BIAK), Paroki Yohanes Pemandi (BIAK), Xinzhong Laguna, dan Paroki Redemptor Mundi (Santo Gabriel). Bahkan di tahun 2008, dia juga mengajar di TK Santa Maria.

Tidak hanya melebarkan sayapnya dengan melatih, mengajar, dan sharing antar dirigen. Anton membekali diri ikut pelatihan di Yogyakarta, yakni Pusat Musik Liturgi (PML) yang diasuh oleh Karl-Edmund Prier, SJ dan Paul Widyawan. Dan, dia juga mengikuti pelatihan di Bandung Choral Society.

Skill itulah yang sampai saat ini dipegang dalam melatih kelompok-kelompok paduan suara di Surabaya. Di tahun 2008 pula, dia bersama teman-temannya mendirikan kelompok paduan suara Angeli Vox Choir dengan melihat keprihatinan koor manten yang serba minim dan dilaksanakan pada jam kerja. Padahal momen ini sekali seumur hidup, sambung alumni Ubaya, jurusan Teknik Informatika. (asep)

Foto : dokumen Anton

Angelii Vox Choir


Berbagi Kasih di Koe-Kupang

Angelii Vox Choir (AVC) kembali menggelar kegiatan pelayanan cinta kasih kepada sesama. Kegiatan ini wujud dari kesibukkan AVC bernyanyi, baik perayaan ekaristi di gereja maupun job event lainnya. Sebagai wujud rasa syukur atas rahmat Bapa agar AVC tetap sinergi dan eksis. AVC mengadakan kegiatan dengan mengusung tema To Serve with Love. Kegiatan ini kali ketiga yang diselenggarakan di Koe-Kupang. Setelah diadakan di Bali tahun lalu. Serve with Love merupakan acara charity tahunan AVC, jabar Stephanie Yovita, Ketua AVC.

Ketua AVC mempercayakan kepada Albertus Gunawan Situmorang sebagai pimpinan proyek Serve with Love 3 .

Gunawan menceritakan, anggota AVC berangkat ke Koe mulai Kamis (9/2) melalui udara dan tiba di bandara El Tari Kupang. Anggota lainnya ada yang berangkat hari Jumat (10/2). Siang harinya, anggota AVC mengunjungi Gereja Paroki Santo Yoseph untuk bertegur sapa dengan romo dan pejabat Gereja lainnya. Dan, diterima oleh Pater Sebast Wedjang, SVD.

Anggota AVC berkeliling melihat gereja dan wisma pastoran yang baru tiga bulan ditempati setelah selesai dari pembangunan. Wisma pastoran di Santo Yoseph, Naikoten ini terlihat bersih dan rapi ini membuat anggota AVC betah berlama-lama di sana. Senyum sapa dari DPP, petugas sekretariat merasa diterima dengan penuh kekeluargaan, cerita Gunawan.

Jumat Sorenya, anggota AVC mengunjungi Panti Asuhan Sonaf Maneka. Sonaf Maneka dalam bahasa Timor berarti Istana Cinta Kasih. Panti Asuhan ini didirikan oleh Alm. Yuliana Afoan Bulu Manu Uskono pada tahun 26 Juli 1980. Sekarang panti asuhan ini diasuh oleh Maria Imaculata. Panti asuhan mempunyai 106 anak asuh. Dengan rentang usia TK sampai SMA dan seorang jompo tuna netra, jabar pimpinan proyek.

Pimpinan proyek menambahkan, untuk biaya operasional dan sekolah anak asuh mereka mengandalkan donasi dari para donatur yang berkunjung ke panti. Namun sampai sekarang belum ada donatur tetap.

30 September 2011, panti kebakaran akibat arus pendek. Dari situlah AVC mulai menyalurkan dan bergerak mencari data melalui Benny Leonard. Dengan sedikit bantuan untuk renovasi panti dan beberapa alat tulis, meja belajar, sandal, pensil warna, buku, baju, lemari, seperangkat computer, dan DVD Player. Untuk melengkapi ruang bacaan mereka.

“Saat tiba di panti, anggota AVC disambut meriah dan antusias oleh adik-adik dengan lagu berbahasa daerah. Sungguh, suara mereka mewakili suara para malaikat yang dengan gembira menerima berkat Tuhan.”

Sebagai bentuk ucapan syukur, anggota AVC juga menyanyikan lagu, berikut sepenggal lagu yang dilantunkan anggota AVC “…….Kami datang dengan rendah hati membawa kurban bersama Kristus……..”. Bernyanyi bersama. Melihat hasil renovasi rumah panti, berfoto bersama, dan bertegur sapa bersama mereka. Membuat anggota AVC semakin merasakan kebersamaan bersama mereka. Dengan hadirnya AVC dapat memberikan harapan yang lebih baik, menyemangati hidup, saling menguatkan mereka. Itu semua karena karya kasih dari Tuhan Yesus Kristus.

“Seperti teladan Rasul Paulus kepada kita : “Janganlah kita jemu untuk berbuat baik, dan pada tiba waktunya kita akan menuai..” (Galatia 6:9).

Usai, berkunjung di panti AVC menikmati keindahan pantai Lasiana, pantai Tablolong, Air Terjun Oesnesu, dan berdevosi di Gua Maria “Lourdes”. Semakin menikmati pula, AVC juga menyantap makanan khas kota Kupang, yakni Jagung Bose dan daging Se’i Babi.

Keesokan harinya, Minggu (12/2) pukul 10.00 WITA, AVC mengadakan pelayanan perayaan ekaristi di Gereja. Lantunan lagu AVC semakin menambah kekhusukkan dan keheningan umat Paroki Santo Yoseph. Bahkan saat mau beranjak pamitan dari acara ramah tamah di balai paroki. AVC masih diminta bernyanyi oleh Pater Sebast dan umat di depan Balai Paroki, papar pimpinan proyek. (asep)

Foto : dokumen AVC.