Sabtu, 14 Agustus 2010

OMK

PASANG SURUT ORGANISASI ORANG MUDA KATOLIK (OMK)

Orang Muda Katolik (OMK) di Paroki Kelahiran Santa Perawan Maria (Kelsapa) Surabaya memang masih aktif, lihat saja BIAK, Rekat, Mudika dan Misdinar. Namun, ada juga orka OMK yang susah diajak untuk bekerja sama. Beberapa tahun lalu pernah mengadakan kegiatan seperti acara sinterklas yang diadakan BIAK (Bina Iman Anak Katolik) dan drama musikal yang diadakan Mudika. Saat itu, orka-orka masih mudah bekerja sama tanpa pikir panjang langsung kerja, jauh berbeda dengan saat ini.
Saat ini orka-orka susah! Untuk diajak kerja sama dengan berbagai macam alasan. Hal ini dikuatkan Stefanus Agus Kristiawan, ketua Mudika. OMK yang aktif secara langsung dalam kegiatan di paroki sangat sedikit. Jika dibandingkan dengan yang belum mau terlibat secara langsung dalam kegiatan dan kepengurusan yang ada di paroki, keluhnya.

Senada yang dikatakan Kuncoro Kohar, mantan Ketua Remaja Katolik (REKAT) mengakui belum terjalinnya kerja sama. Pernah diadakan misa misioner pada tahun 2008 dengan maksud dan tujuan menjaring OMK untuk kaderisasi dan melanjutkan kembali misa misioner agar dapat berpartisipasi. Namun, disayangkan sampai saat ini belum diadakan lagi, katanya.

Hal ini juga diungkapkan oleh Lazarus L.N. ketua kelompok paduan suara Epifani, belum pernah mengadakan kerja sama. Karena kelompok paduan suara Epifani baru terbentuk kurang lebih setahun yang lalu. Bukan berarti kelompok paduan suara ini menutup diri untuk bekerja sama. Kalau ada OMK yang mengajak kelompok paduan suara Epifani, kami menyetujuinya. “Jika kelompok paduan suara Epifani ada kegiatan yang membutuhkan OMK untuk berpartisipasi, kami akan mengajaknya” ungkap Lazarus.
Sedangkan, Olivier Chunnardi, ketua BIAK BIAK selama ini sudah bekerja sama dengan Orka OMK lainnya, khususnya REKAT. “Untuk Orka OMK lainnya masih belum pernah diajak kerjasama” kata Chun, sapa akrapnya.

PERSOALAN YANG TERJADI
Tren saat ini. Adalah hal yang sering terjadi dalam kehidupan zaman sekarang. Seperti buah-buahan kalau lagi musim panen dapat ditemui di mana-mana, Lalu bagaimana tren kehidupan Orka OMK dalam menggereja dewasa ini? Apakah setiap kegiatan sudah ada tindak lanjut yang berkelanjutan, ataukah masih mengikuti tren zaman sekarang yang hanya booming sesaat lalu tenggelam?

Dewan Pastoral Paroki Kelsapa sudah melakukan berbagai tindakan yang kongkret, salah satunya berupa dana. “Dana bukanlah yang menjadi hambatan utama. Dewan pastoral pasti memberikan dana asalkan tujuan kegiatannya jelas,” kata Stefanus.

Lanny Hartani selaku ketua lektor menambahkan kurangnya koordinasi dan keterbatasan waktu yang menjadi salah satu hambatan. “Sejauh ini paroki memang sudah mewadahi Orka OMK yang ada. Namun, kurang memotivasi kaum mudanya agar mau terlibat dalam Orka OMK yang ada” tambahnya. Sehingga yang terlibat dalam kegiatan yang diadakan paroki tetaplah orang-orang yang sama.

Hambatan lainnya, untuk mengumpulkan OMK saja sangat susah terutama pada waktu ada kegiatan, seperti beberapa tahun lalu, ketika ada misa misioner. Banyak di antara Orka OMK yang susah dihubungi dengan berbagai alasan, imbuh Lanny.

Permasalahan ini ditanggapi oleh Fransiskus Hangky Kosasih, Ketua II Dewan Pastoral Paroki tidak mengetahui secara persis permasalahan yang terjadi di OMK. “Sebenarnya OMK sendirilah yang tahu apa permasalahan yang terjadi,” jelasnya.

Tanggapan Kosasih ini, ditepis oleh Lazarus bahwa alangkah lebih baiknya kalau dari pihak paroki mau terjun langsung ke lapangan. Sehingga mengetahui persoalan yang dihadapi oleh OMK. Jangan hanya merencanakan program-program saja, OMK butuh pendampingan dan pembinaan.

Namun, Kosasih juga menyayangkan OMK saat ini terlalu sibuk dengan kegiatan di luar gereja sehingga kurang atau belum aktif dalam kegiatan gereja. Lalu, siapa lagi yang akan berperan katakanlah 5 tahun mendatang gereja kita sebagai gereja tua yang bergaya Goethic ini sudah tidak ada umatnya karena OMK tidak mau terlibat kepengurusan, sibuk sendiri dalam dunianya di luar gereja. Hal itu sangat memprihatinkan, keluhnya. Dan, ini menjadi tanggung jawab kita bersama sebagai orang-orang yang dituakan dalam hidup menggereja.

JALAN KELUAR
Untuk membentuk kerja sama yang baik membutuhkan modal. Modal yang dimaksud bukanlah uang atau barang. Melainkan modal iman, kepercayaan, dan kemauan. Tanpa hal-hal tersebut, kerjasama yang dicapai kurang maksimal.

Lazarus L. N. menngungkapkan tidak boleh ada tendensi apa-apa dalam menjalin kerja sama. Apabila tercapai kondisi tersebut, maka kegiatan dalam Orka tidak berjalan lancar. Dalam menjalin kerja sama, diharapkan ada semangat dan kepercayaan antar Orka OMK. Hal tersebut harus diimbangi dengan komunikasi. Komunikasi merupakan kunci utama dalam menjalin kerjasama. Seperti yang digaungkan dalam arah dasar dari Keuskupan pada bulan November lalu.

Dalam suatu hubungan, jika terjadi miskom (miskin komunikasi) dengan teman-teman yang ada di Orka OMK lainnya, dapat berakibat terjadi salah paham, ungkapnya.
“Jangan ada perasaan sungkan dan minder serta merasa dirinya paling pintar dalam menjalin kerja sama antar Orka OMK lainnya. Karena dengan begitu komunikasi akan lancar. Sehingga semua Orka OMK dapat saling bekerja sama” jabarnya. Proses komunikasi lainnya dengan pendekatan persuasif melalui masing-masing anggota Orka OMK lainnya maupun dengan OMK di tingkatan wilayah maupun lingkungan.

Pendekatan yang dilakukan yakni mendatangi rumah anggota-anggota Orka OMK lainnya. Kalau proses pendekatan itu sudah lancar, untuk mengajak anggota-anggota Orka OMK lainnya tidak susah. Setelah pendekatan persuasif baru mengadakan pertemuan rutin antar Orka OMK, jangan hanya ketika ada acara-acara besar baru berkumpul.
Kekuatan lainnya terletak pada semangat dan kemauan. Sehingga ketika ada kritikan tetap jalan terus. Sebab dengan kritikan dapat menjadi acuan ke depan yang lebih baik.

Dari pihak Dewan Pastoral Paroki mengharapkan, “OMK dapat ikut berperan aktif dalam kegiatan hidup menggereja”. Hal itu sesuai dengan arah dasar Keuskupan tahun 2010-2019 yakni “Gereja Keuskupan Surabaya sebagai Persekutuan Murid-Murid Kristus yang Semakin Dewasa Dalam Iman, Guyub, Penuh Pelayanan, dan misioner”. untuk mewujudkan hal tersebut diatas, “OMK hendaknya mulai sekarang sudah mempunyai program kegiatan rutin baik untuk jangka pendek dan jangka panjang (5 tahun atau 10 tahun) mendatang,” tutur Hangky Kosasih.

Ketua II Dewan Pastoral Paroki ini mencontohkan, dalam bidang liturgi dibutuhkan peran serta dalam menjadi misdinar, lektor, koor, dan lain-lain.
Ia juga mengajak agar semua OMK yang ada di paroki ini mau bergabung dalan kegiatan dan kepengurusan tanpa membedakan Orka-Orka yang satu dengan yang lain.
Dan, Kuncoro menambahkan selain itu perlunya kepercayaan dari dewan paroki untuk menyerahkan sepenuhnya kegiatan dalam lingkup besar ditangani oleh OMK. Dengan begitu OMK dapat belajar lebih banyak, terutama tanggung jawab dalam hidup menggereja.

“Dewan Paroki saat ini bertindak sebagai fasilitator dan kontrol pada gerakan OMK, “ keluhnya. (KOMSOS KELSAPA)