Minggu, 20 Juni 2010

Profil

Seminar 180 Menit


Kupas Tuntas RSBI dan Penentuan KKM

Setelah rapat kerja menjelang tahun pelajaran 2010 - 2011, guru SMA Santa Maria mendapat wawasan mengenai Sekolah Berbasis Internasional (SBI) dan Rintisan Sekolah Berbasis Internasional (RSBI). Pemberian wawasan ini dikemas dalam Seminar dalam satu arah, Jumat (18/6) lalu di ruang Romana.

Pihak sekolah mengundang narasumber dari Pengawas Diknas kota Surabaya, Bapak Suryanto. Pada kesempatan kali ini, Suryanto menjelaskan terlebih dahulu mengenai Pergeseran Paradigma Konsep Kemajuan Bangsa yang dilihat dari 10 tanda kemunduran bangsa.

Namun, beliau menegaskan pula bahwa tidak etis kita memperlihatkan kemundurannya saja. Bangsa ini juga memerlukan 13 karakter penunjang keberhasilan. Seperti jujur, dipercaya, tepat waktu, dapat menyesuaikan diri dengan orang lain, dan dapat diandalkan, tegas Pengawas Diknas.

Setelah menjelaskan pergeseran paradigma, Suryanto menjelaskan SBI dan RSBI. Sebelum kita memutuskan sekolah berbasis Internasional dan rintisan Internasional. Hendaknya kita mengetahui terlebih dahulu perkembangan SBI dan RSBI, jelasnya.

Untuk melangkah ke RSBI ataupun SBI, pertama-pertama kita harus melihat Kebijakan Pembinaan RSBI dan SBI menurut Permendiknas No. 78/2009 dan PP No. 11/2010. Dan, untuk menuju RSBI harus memenuhi 8 unsur SNP yang diperkaya dengan standrat negara maju dengan dasar hukum, yakni UUSPN No. 20/2003.

Tidak hanya itu, sekolah juga memenuhi standart dari RSBI, seperti berbagai macam kreteria. Diantaranya kurikulum, proses pembelajaran, staf kependidikannya, Kepala Satuan Pendidikan, sarana prasarana, pengelolahan, dan pembiayaan.

Lanjut, session kedua. Suryanto memaparkan Penetapan Kreteria Ketuntasan Minimal (KKM). Kreteria Ketuntasan Minimal tidak ditentukan oleh Diknas, melainkan ditentukan oleh pihak sekolah sendiri dengan persetujuan guru bidang studi dan pengesahan kepala satuan pendidikan sekolah setempat.

”KKM ditetapkan oleh sekolah pada awal tahun pelajaran dengan memperhatikan intake (kemampuan rata-rata peserta didik), kompleksitas (mengidentifikasi indikator sebagai penanda tercapainya kompetensi dasar), dan daya dukung.”

Tidak hanya wawasan tentang KKM saja yang diberikan oleh Suryanto, melainkan bagaimana cara menghitung KKM berdasarkan ketiga komponen tersebut dan penilaian berbasis kelas, paparnya. (asep)

Pelepasan Siswa-Siswi Kelas XII


Bawah Semangat dan Nilai SERVIAM

Setelah menempuh dan menerima hasil Ujian Nasional 2010, siswa-siswi kelas XII SMA Santa Maria angkatan 2010 dilepas dan diserahkan kepada orang tuanya kembali. Pelepasan siswa-siswi ini diadakan di aula Santa Maria lantai 4, Sabtu lalu (19/6) dihadiri ratusan wali murid, alumni, dan sivitas akademika.

Tepat pukul 08.00 WIB pelepasan diawali dengan defile bendera dari lobby aula Santa Maria menuju panggung. Panggung didesain oleh panitia OSIS bernuansa hijau. Seperti kebanggaan SMA Santa Maria yang selalu bertumbuhkembang mengikuti perkembangan jaman. Dengan penanaman nilai-nilai Serviam yang peduli dan peka terhadap masyarakat sekitar. Dan, perpaduan multimedia yang telah dirancang oleh OSIS sedemikian rupa.

Defile bendera semakin terasa dengan kekompakkan paduan suara Santa Maria dalam melantunkan lagu Indonesia Raya, Serviam, Hymne Guru, dan Padamu Negeri. Dan, semakin lengkap pula di pelepasan ini ditayangkan flash back rutinitas siswa-siswi kelas XII selama menempuh pendidikan di sekolah tercinta, jabar Antoni ketua OSIS.

Setelah, penayangan video dilanjutkan dengan sambutan perwakilan wali murid dan Kepala Satuan Pendidikan, Ir. Marceline Prophylia. Marceline mengatakan janganlah Anda padamkan semangat untuk terus membekali diri dengan ilmu pengetahuan yang pada akhirnya dapat Anda gunakan untuk membangun dunia yang lebih baik, katanya.

Dan, pada kesempatan itu pula Marceline juga memperkenalkan Kepala Satuan Pendidikan yang baru, yakni Sr. Fitri Murniati, OSU. Mulai per 1 Juli 2010, Beliau akan mengemban tugas di SMA Santa Maria, kenalnya.

Sempurnalah, pelepasan siswa-siswi kelas XII ini dengan pemberian penghargaan kepada siswa-siswi yang berprestasi akademis dan aktif berprestasi di OSIS. Dan, penyerahan surat kelulusan dan medali, jelas Feliani, seksi acara pelepasan.

Keseimbangan Sistem Pendidikan dan Pelakunya
Dalam pelepasan ini Vania Denise, siswi jurusan IPA mengatakan kami tetap akan selalu menerapkan nilai-nilai Serviam yang telah kami terima selama tiga tahun di sekolah.

Di waktu kelas X, saya dibekali Respect and Serve Others (RSO). RSO ini dikonsep dengan melayani tukang sapu, clean service, dan penjual koran. Pelayanan siswa-siswi dengan cara menggantikan pekerjaan mereka. Bagaimana susah payahnya bekerja sebagai pekerja kasar?, Namun tetap dilakukan oleh mereka. Dari RSO ini, siswa-siswi dapat mengambil nilai-nilai yang terdapat pada diri mereka. Sehingga siswa-siswi dapat menghargai jasa pelayanan di publik.

Dan, semakin terbuka pada orang tua mereka yang selama ini memberikan kasih saying, baik itu moriil maupun financial. Hingga siswa-siswi semakin sadar dan peka pada orang tua. Dengan menghargai dan menghormati jerih payah orang tua.

Selain itu di kelas XI, saya dan teman-teman saya dibekali dengan adanya Serviam Project. Serviam Project yang dilakukan di rumah singgah, panti asuhan, dan panti jompo. Kegiatan ini salah satu implementasi nilai Serviam, untuk berempati kepada masyarakat marginal dengan memberikan bimbingan belajar, pelayanan kasih kepada anak-anak yang ditinggalkan orang tuanya, dan melayani omah opah yang dtinggalkan keluarganya.

Kelas XII, sekolah memberikan kami nilai-nilai hidup yang tidak semua dapat diukur dengan uang. Diantaranya kesederhanaan, kerendahhatian, kelembutan hati masyarakat desa yang penuh guyuh antara tetangga. Walaupun mereka kekurangan, masyarakat desa mempunyai nilai berbagi antara tetangga dengan menerapkan dasar hidup manusia. Manusia adalah mahkluk sosial. Masyarakat desa mempunyai teposeliro yang tinggi.

“Kegiatan kelas XII pendidikan karakter ini dikemas dalam Live In di luar kota. Seperti Wonogiri, Ponorogo, Boro, Klaten, Nglebeng, dan Parangteritis. Majulah terus dan tetap teguh, Serviam,” kata siswi terbaik di OSIS.

Pengembangan nilai karakter ini salah satu program unggulan dari SMA Santa Maria, dikarenakan saat ini generasi penerus kiat moral dan kebersamaan. Hubungan cinta kasih dan damai telah direnggut oleh uang. Uang sekarang segala-segalanya bagi mereka. Bahkan manusia pun dapat dibeli oleh uang. Dari sinilah sejak masuk di kelas X, siswa-siswi SMA Santa Maria ditumbuhkembangkan kepekaan dan kepedulian terhadap sesama, terutama masyarakat sekitar. Melalui nilai-nilai Serviam. Serviam artinya siap mengabdi.

Hal ini ditegaskan pula oleh Romo Agus Setyono, CM bahwa generasi penerus harus berani mengatakan TIDAK pada virus budaya yang tidak sesuai dengan cultur kita. Untuk berpratisipasi terhadap dunia. Dengan cara mengurangi pertikaian, seperti di jalur Gaza dan Aborsi.

Dan, mari kita meneladani semangat Mother Teresa yang berani melayani masyarakat Kalkuta di balik tembok biaranya, jelas Romo Agus pada saat misa tutup tahun pelajaran 2009-2010 di gereja Paroki Hati Kudus Yesus, Rabu lalu (9/6).

Di sisi akademis, guru-guru sangat telaten membimbing kami, sehingga banyak prestasi yang telah kami raih dalam olimpiade. Dan, kami sangat banyak bawah menempuh pendidikan selalu ditekankan kejujuran. Dengan adanya kontrak kejujuran selama menjalani ujian, terutama saat kami menempuh Ujian Nasional.

Kami juga bangga bahwa sekolah kami semakin maju dengan adanya sistem manajemen mutu dengan adanya ISO 9001:2000. Saat ini sistem kami telah menerima ISO 9001:2008. Tidak hanya pendidikan karakter dan akedemis yang diprioritaskan.

”Sistemnya pun diperbahaui terus menerus, hingga berjalan seiring perkembangan jaman dalam proses globalisasi. Dalam artian adanya balance antara pendidikan dan sistem." Semua diperlukan dalam proses pendidikan di SMA Santa Maria. Terkadang institusi pendidikan hanya sisi akademisnya. Untuk administrasi dan pendidikan karakter mengalami kepincangan. (asep)

Pesta Demokrasi Paroki Sakramen Mahakudus

Tak Mau Kalah dengan Pilkada Kota Surabaya

Tidak mau kalah dengan pesta dekorasi kota Surabaya dengan pemilihan walikota dan wakilkota Surabaya. Orang Muda Katolik (OMK) biasanya mengadakan pemilihan ketua Mudika (Muda Mudi Katolik) secara voting atau dengan langsung ditunjuk melalui dewan paroki dan romo paroki.

”Kali pertama, OMK Paroki Sakramen Mahakudus menggelar pemilihan Ketua Wakil Ketua Mudika dengan Pemilu ala Kamusamaku Community (KC). KC merupakan bagian dari OMK yang populer dengan sebutan Kaum Muda Sakramen Mahakudus.”

Pemilihan ini diadakan di Balai Paroki, Minggu lalu (14/4) dengan cara mencontreng. Dan, pemilihan ini terdapat delapan bakal calon. Setiap calon diberi kesempatan untuk berkampanye dengan cara berorasi selama maksimal lima menit. Untuk memaparkan visi-misi dan pengalaman berorganisasi masing-masing.

Dari delapan calon, ada tujuh yang hadir dan menyampaikan orasinya. Suara gemuruh dan tepuk tangan dari para pendukung menyertai orasi masing-masing calon persis seperti kampanye dalam pilkada dan pilpres.

“Usai menyampaikan orasinya, masing-masing calon diminta untuk menjawab pertanyaan dengan mengambil nomer undian pertanyaan sebagaimana kalau ada pemilihan cak dan ning.”

Panitia Pesta Demokrasi ala Kamusamaku menyediakan 120 kartu suara dan 86 kartu suara digunakan oleh para pemilihnya, yang berarti ada 71,67 % yang menggunakan haknya untuk mencontreng.

Hasil perolehan suara adalah ketua terpilih, Louis Andilun Gatu, memperoleh 51 suara (59,30 % dari kartu suara yang dicontreng) dan wakil ketua terpilih, Veronika Sari Fuji, mendapatkan 9 suara (10,47 % dari kartu suara yang dicontreng).

Atas terpilihnya ketua dan wakil ketua yang baru, ketua mudika paroki Samaku 2007-2010 mengucapkan selamat kepada mereka dan menyampaikan pesan “Jangan cepat putus asa dalam mengemban tugas”.

Selanjutnya, pastor kepala paroki Sakramen Mahakudus, Pagesangan, romo J.A. Sri Nugroho yang akrab dengan sapaan romo Nano – memberikan salam proficiat untuk mereka dan berpesan: “Rukun-rukun lah selalu anak-anakku”, sebagaimana pesan orang tua kepada anak-anaknya, pesannya.

Ketua terpilih pun memberikan sambutan singkat yang pada intinya mohon dukungan dari semua mudika Samaku dan ajakan untuk saling sharing demi kemajuan bersama serta bertanggungjawab keberadaan generasi Mudika Samaku.

Pemilihan Dewan Pastoral Paroki
Tak lama kemudian, selang dua bulan di Gereja Paroki Sakramen Mahakudus yang diresmikan Presiden ke-4, yakni Alm. Gus Dur. Menggelar pemilihan Dewan Pastoral Paroki di Balai Paroki, Minggu lalu (13/6).

Sebelum pemilihan digelar panitia mensosialisasikan pada saat misa kudus. Sosialisasi ini langsung disampaikan oleh romo Nano selama satu bulan lebih. Setelah sosialiasasi para bakal calon Ketua Dewan Pastoral Paroki (DPP), panitia mempersiapkan diri untuk mengkonsep pemilihannya.

”Bahkan secara khusus panitia dan romo paroki membuatkan doa menjelang pemilihan ketua DPP. Diantaranya Ibrahim Hadi Wijaya, R.B. Heru Kwartanto, Y. Samuel Kristianto P, Dominikus Misnunarso, F.J. Marbun Banjar Nahor, F.X. Susilo Adi, dan Josaphat Haryono.”

Berbagai banner dan poster terpampang di balai paroki. Tujuannya untuk mengingatkan kembali para bakal calon Ketua DPP dengan menyertakan motto, visi, dan misinya.

Andreas Simson Ginting (54), Ketua Panitia menjelaskan konsep pengajuan calon ketua DPP. Awal mulanya pemilihan DPP diajukan melalui lingkungan masing-masing. Kemudian, disaring oleh tim sukses dari setiap wilayah. Kali ini lain, romo Nano yang memutuskan para calonnya. Bahkan, para calon tersebut belum tentu mewakili wilayahnya, jelas Andreas.

Dan, pada saat penentuan calon harus memenuhi 2 syarat, yakni syarat khusus dan umum. Syarat khususnya merupakan umat sendiri, usia di atas 40 tahun, pasutri Katolik, telah menerimakan sakramen komuni,sakramen krisma, dan kehidupan keluarganya menjadi teladan umat setempat. Sedangkan, syarat umumnya, yakni sopan, rendah hati, jujur, terbuka, mau melayani umat sesuai dengan 1 Petrus 5:2-3, jabar Andreas.

Akhirnya, tepat pukul 10.00 WIB dari 210 umat yang membawah undangan pemilihan. Satu per satu menggunakan hak pilih untuk mencontreng bakal calonnya secara umum, terbuka, dan bertanggungjawab. Untuk kemajuan tubuh gereja yang berdiri di depan Masjid terbesar di Jawa Timur.

”Pencontrengan dilakukan dengan prosedur hampir sama dengan pencontrengan dalam pilkada dan pilpres yakni para pemilih menuju ke meja panitia untuk mengambil kartu suara yang berisi gambar dan nama calon dan kemudian menuju ke bilik pencontrengan. Panitia menyediakan empat bilik pencontrengan. Seusai mencontreng, pemilih memasukkan kartu suara yang sudah dicontreng ke dalam kotak suara yang disediakan.”

Namun perbedaannya berada pada Kartu Pemilih dan tidak ada tinta. Tinta sebagai tanda bahwa umat telah mencontreng. Dari 210 pemilih yang memilih 202 pemilih. Jadi, dapat dikatakan hampir 100% umat menggunakan hak pilihnya.

Sekitar pukul 11.30 WIB proses perhitungan dimulai dengan disaksi para pengamatan sejumlah 62. 62 pengamatan ini ditunjuk bertujuan untuk memastikan dan memantau jalannya pemilihan. Sekaligus menjadi saksi perhitungan suara yang tidak tergabung dari partai mana pun juga atau seringkali disebut pengamatan independen.

Nantinya, Ketua DPP terpilih akan mengemban tugas yang telah dirumuskan oleh Keuskupan Surabaya, yakni Arah Dasar Pastoral. Dalam 4 bidang pastoral, diantaranya bidang pembinaan (keluarga, anak, remaja, dan orang muda), Sumber Iman (katekese, liturgi, dan kitab suci), Kerasulan Khusus (karya misioner, pendidikan, dan komunikasi sosial), serta kerasulan umum (kerawam, pengembangan sosial, ekonomi/PSE, dan Hubugan Antar Agama dan Kepercayaan), jabar ketua panitia. (asep)

JARKOM KUDUS


Berawal dari Kerinduan dan Keeratan Komunikasi

Dua pekan menjelang Pentakosta, Minggu lalu (9/5),seperti para rasul yang berkumpul di ruang atas menantikan turunnya Roh Kudus, sekitar 20 orang berkumpul di salah satu ruangan di Restoran Kuningan Surabaya.

Ke-20 itu merupakan perwakilan-perwakilan dari beberapa komunitas doa yang ada di Keuskupan Surabaya, yakni PUKAT, Bunda Kudus, Puspita, KTM, BPK-PKK, PDKI, ME, PTRS, dan lain-lain. Berlatar belakang kerinduan mendalam akan jalinan persaudaraan yang lebih erat di antara komunitas-komunitas doa se-Keuskupan Surabaya. Mereka berbagi rasa, wawasan, dan pendapat tentang rencana pembentukan sebuah wadah komunikasi dan kerjasama semua komunitas doa yang ada di wilayah Keuskupan Surabaya.

Dan akhirnya, Roh Kudus – Roh Pemersatu – sungguh-sungguh berkarya dengan terbentuknya JARKOM KUDUS (Jaringan Komunikasi Komunitas Doa Keuskupan Surabaya).

Ide pertemuan ini atas insiatif EV. Heru Prasanta Wijaya, umat Paroki St. Yakobus Surabaya, yang sedikit banyak terlibat dalam beberapa komunitas doa yang ada.

“Berbekal restu lisan dari Bapak Uskup Surabaya yang telah mendengar ide tentang jaringan komunikasi. Heru mengirimkan undangan pertemuan yang ternyata mendapat tanggapan sangat menggembirakan dari komunitas-komunitas doa yang diundang.

Akhirnya, pertemuan berlangsung dalam suasana akrab penuh persaudaraan. Dalam pengantar yang disampaikan di awal pertemuan, Pak Heru menceritakan histori idenya tentang pembentukan jaringan yang melingkupi semua komunitas doa yang ada di Keuskupan Surabaya, ceritanya.

Ide embrional yang sangat genial dari Pak Heru dan beberapa koleganya adalah pembelian sekomplek ruko; komunitas-komunitas akan mendapat satu bagian ruko untuk kantor sekretariat dan tempat kegiatan. Kedekatan geografis diharapkan dapat menjadi awal komunikasi yang baik. Kesadaran selanjutnya diperkuat oleh pengalaman perjumpaan dengan Jairngan Kodok (Jaringan Komunikasi Antar Komunitas Doa KAS). Dalam sebuah pertemuan dengan Jaringan Kodok Kevikepan Surakarta di Solo, Pak Heru sebagai umat Keuskupan Surabaya ditantang untuk membentuk jaringan komunikasi yang serupa di Keuskupan Surabaya; bahkan secara berkelakar, diusulkan nama Jaringan Kodok Ngorek, jabarnya detail.

Selanjutnya, wakil dari masing-masing komunitas yang hadir turut memberikan pandangan dan pendapat tentang jaringan komunikasi tersebut. Semua perwakilan komunitas yang hadir menyampaikan bahwa pada dasarnya mereka menyambut baik rencana pembentukan jaringan komunikasi.

Begitu banyaknya komunitas doa yang ada di Keuskupan Surabaya menjadi alasan utama diperlukannya sebuah jaringan komunikasi yang diharapkan bisa menyinergikan program serta kegiatan komunitas-komunitas yang ada, tambahnya.

Sebagian hadirin juga melihat potensi ‘gesekan’ yang sangat mungkin terjadi antara komunitas yang satu dengan yang lain. Diharapkan, jaringan komunikasi yang terbentuk akan juga menjadi wadah komunikasi dan rekonsiliasi agar keakraban dan persaudaraan tetap dapat terjaga. Hal ini disepakati oleh Bp. Hanny Rumoei dari PUKAT dan Bp. Agustinus dari BPK-PKK.

Menyampaikan pesan dari Bp. Totok, Ketua PTRS yang tidak bisa hadir, Pak Heru juga mengusulkan agar jaringan komunikasi yang nantinya terbentuk tidak overlap. Sehingga semua komunitas tetap dapat secara independen melaksanakan program kegiatan rutin sesuai dengan kharisma dan spiritualitas masing-masing.

Bp. Henry Nangoy menambahkan bahwa dengan adanya jaringan komunikasi, program dan kegiatan masing-masing komunitas justru dapat dikomunikasikan satu sama lain sehingga sangat dimungkinkan terjadi saling bantu dalam aktivitas-aktivitas yang dilaksanakan, tambahnya.

Menanggapi usulan nama jaringan komunikasi tersebut yang mengandung kata ‘Kudus’, Ibu Magda Nangoy menegaskan bahwa kekudusan harus menjadi orientasi bersama. Salah satu tanda nyata dari kekudusan adalah sikap tidak ingin menonjolkan diri atau komunitasnya sendiri.

Setelah diskusi cukup panjang yang berlangsung dalam suasana penuh keakraban, pada akhirnya diambillah keputusan bersama yang menegaskan terbentuknya jaringan komunikasi yang diberi nama JARKOM KUDUS (Jaringan Komunikasi Komunitas Doa Keuskupan Surabaya). Kekeluargaan dan koordinatif menjadi sifatnya.

Tidak hanya memutuskan nama jaringan pada saat itu, mereka yang hadir juga berhasil merumuskan visi “Komunikasi kasih dalam kehidupan antar komunitas sekeuskupan surabaya”. Sedangkan Misinya "Menjalin hubungan dan komunikasi yang baik antar komunitas. Melaksanakan program Keuskupan serta mengadakan kegiatan bersama minimal setahun sekali.”

Dalam tugas pertamanya, para pengurus yang sudah dipilih adalah segera mencari data seluruh komunitas yang ada di wilayah Keuskupan Surabaya serta mengirimkan surat kepada mereka. Untuk meminta kesediaannya bergabung dan terlibat dalam Jarkom Kudus.

“Sebagai rencana ke depan, akan diadakan pertemuan yang lebih besar dengan melibatkan semakin banyak komunitas. Dan diharapkan dalam satu atau dua bulan ke depan, Jarkom Kudus sudah dapat dikukuhkan oleh Bapak Uskup.”

Tidak akan pernah ada paksaan atau keharusan bagi komunitas-komunitas untuk bergabung. Namun harapan terbesar yang terungkap dalam pertemuan tersebut bahwa semua komunitas mau turut bergabung dan bersatu hati dalam Jarkom Kudus. Untuk saling mengembangkan dan bersama-sama membangun Keuskupan Surabaya. (nawanto/asep)

Informasi Hubungi :
Sekretariat Jarkom Kudus
Sdr. Anselmus Budi Nawanta
HP. 085645771856
Email: jarkom.kudus@gmail.com