Minggu, 20 Juni 2010

Pesta Demokrasi Paroki Sakramen Mahakudus

Tak Mau Kalah dengan Pilkada Kota Surabaya

Tidak mau kalah dengan pesta dekorasi kota Surabaya dengan pemilihan walikota dan wakilkota Surabaya. Orang Muda Katolik (OMK) biasanya mengadakan pemilihan ketua Mudika (Muda Mudi Katolik) secara voting atau dengan langsung ditunjuk melalui dewan paroki dan romo paroki.

”Kali pertama, OMK Paroki Sakramen Mahakudus menggelar pemilihan Ketua Wakil Ketua Mudika dengan Pemilu ala Kamusamaku Community (KC). KC merupakan bagian dari OMK yang populer dengan sebutan Kaum Muda Sakramen Mahakudus.”

Pemilihan ini diadakan di Balai Paroki, Minggu lalu (14/4) dengan cara mencontreng. Dan, pemilihan ini terdapat delapan bakal calon. Setiap calon diberi kesempatan untuk berkampanye dengan cara berorasi selama maksimal lima menit. Untuk memaparkan visi-misi dan pengalaman berorganisasi masing-masing.

Dari delapan calon, ada tujuh yang hadir dan menyampaikan orasinya. Suara gemuruh dan tepuk tangan dari para pendukung menyertai orasi masing-masing calon persis seperti kampanye dalam pilkada dan pilpres.

“Usai menyampaikan orasinya, masing-masing calon diminta untuk menjawab pertanyaan dengan mengambil nomer undian pertanyaan sebagaimana kalau ada pemilihan cak dan ning.”

Panitia Pesta Demokrasi ala Kamusamaku menyediakan 120 kartu suara dan 86 kartu suara digunakan oleh para pemilihnya, yang berarti ada 71,67 % yang menggunakan haknya untuk mencontreng.

Hasil perolehan suara adalah ketua terpilih, Louis Andilun Gatu, memperoleh 51 suara (59,30 % dari kartu suara yang dicontreng) dan wakil ketua terpilih, Veronika Sari Fuji, mendapatkan 9 suara (10,47 % dari kartu suara yang dicontreng).

Atas terpilihnya ketua dan wakil ketua yang baru, ketua mudika paroki Samaku 2007-2010 mengucapkan selamat kepada mereka dan menyampaikan pesan “Jangan cepat putus asa dalam mengemban tugas”.

Selanjutnya, pastor kepala paroki Sakramen Mahakudus, Pagesangan, romo J.A. Sri Nugroho yang akrab dengan sapaan romo Nano – memberikan salam proficiat untuk mereka dan berpesan: “Rukun-rukun lah selalu anak-anakku”, sebagaimana pesan orang tua kepada anak-anaknya, pesannya.

Ketua terpilih pun memberikan sambutan singkat yang pada intinya mohon dukungan dari semua mudika Samaku dan ajakan untuk saling sharing demi kemajuan bersama serta bertanggungjawab keberadaan generasi Mudika Samaku.

Pemilihan Dewan Pastoral Paroki
Tak lama kemudian, selang dua bulan di Gereja Paroki Sakramen Mahakudus yang diresmikan Presiden ke-4, yakni Alm. Gus Dur. Menggelar pemilihan Dewan Pastoral Paroki di Balai Paroki, Minggu lalu (13/6).

Sebelum pemilihan digelar panitia mensosialisasikan pada saat misa kudus. Sosialisasi ini langsung disampaikan oleh romo Nano selama satu bulan lebih. Setelah sosialiasasi para bakal calon Ketua Dewan Pastoral Paroki (DPP), panitia mempersiapkan diri untuk mengkonsep pemilihannya.

”Bahkan secara khusus panitia dan romo paroki membuatkan doa menjelang pemilihan ketua DPP. Diantaranya Ibrahim Hadi Wijaya, R.B. Heru Kwartanto, Y. Samuel Kristianto P, Dominikus Misnunarso, F.J. Marbun Banjar Nahor, F.X. Susilo Adi, dan Josaphat Haryono.”

Berbagai banner dan poster terpampang di balai paroki. Tujuannya untuk mengingatkan kembali para bakal calon Ketua DPP dengan menyertakan motto, visi, dan misinya.

Andreas Simson Ginting (54), Ketua Panitia menjelaskan konsep pengajuan calon ketua DPP. Awal mulanya pemilihan DPP diajukan melalui lingkungan masing-masing. Kemudian, disaring oleh tim sukses dari setiap wilayah. Kali ini lain, romo Nano yang memutuskan para calonnya. Bahkan, para calon tersebut belum tentu mewakili wilayahnya, jelas Andreas.

Dan, pada saat penentuan calon harus memenuhi 2 syarat, yakni syarat khusus dan umum. Syarat khususnya merupakan umat sendiri, usia di atas 40 tahun, pasutri Katolik, telah menerimakan sakramen komuni,sakramen krisma, dan kehidupan keluarganya menjadi teladan umat setempat. Sedangkan, syarat umumnya, yakni sopan, rendah hati, jujur, terbuka, mau melayani umat sesuai dengan 1 Petrus 5:2-3, jabar Andreas.

Akhirnya, tepat pukul 10.00 WIB dari 210 umat yang membawah undangan pemilihan. Satu per satu menggunakan hak pilih untuk mencontreng bakal calonnya secara umum, terbuka, dan bertanggungjawab. Untuk kemajuan tubuh gereja yang berdiri di depan Masjid terbesar di Jawa Timur.

”Pencontrengan dilakukan dengan prosedur hampir sama dengan pencontrengan dalam pilkada dan pilpres yakni para pemilih menuju ke meja panitia untuk mengambil kartu suara yang berisi gambar dan nama calon dan kemudian menuju ke bilik pencontrengan. Panitia menyediakan empat bilik pencontrengan. Seusai mencontreng, pemilih memasukkan kartu suara yang sudah dicontreng ke dalam kotak suara yang disediakan.”

Namun perbedaannya berada pada Kartu Pemilih dan tidak ada tinta. Tinta sebagai tanda bahwa umat telah mencontreng. Dari 210 pemilih yang memilih 202 pemilih. Jadi, dapat dikatakan hampir 100% umat menggunakan hak pilihnya.

Sekitar pukul 11.30 WIB proses perhitungan dimulai dengan disaksi para pengamatan sejumlah 62. 62 pengamatan ini ditunjuk bertujuan untuk memastikan dan memantau jalannya pemilihan. Sekaligus menjadi saksi perhitungan suara yang tidak tergabung dari partai mana pun juga atau seringkali disebut pengamatan independen.

Nantinya, Ketua DPP terpilih akan mengemban tugas yang telah dirumuskan oleh Keuskupan Surabaya, yakni Arah Dasar Pastoral. Dalam 4 bidang pastoral, diantaranya bidang pembinaan (keluarga, anak, remaja, dan orang muda), Sumber Iman (katekese, liturgi, dan kitab suci), Kerasulan Khusus (karya misioner, pendidikan, dan komunikasi sosial), serta kerasulan umum (kerawam, pengembangan sosial, ekonomi/PSE, dan Hubugan Antar Agama dan Kepercayaan), jabar ketua panitia. (asep)

Tidak ada komentar: