Selasa, 29 Desember 2009

Anjangsana



BUDAYA ANJANGSANA DI WAKTU NATAL


Hari Raya Natal merupakan hari yang dinanti-nantikan umat Katolik. Natal membawa kedamaian, kebersamaan, dan suka cita. Para pejabat gereja menetapkan bahwa tanggal 25 Desember merupakan hari raya Kelahiran Yesus Kristus.
”Lahirnya Yesus Kristus menjadi berkat bagi umatNya untuk berbagi damaiNya melalui budaya anjangsana (silaturahmi ), seperti yang dilakukan oleh umat Muslim pada saat hari raya Lebaran. “

Begitu pula yang dilakukan oleh umat katolik. Setiap tahun mereka merayakan natal dengan berkunjung ke rumah saudara, tetangga, dan rekan-rekannya. Untuk mengucapkan selamat Natal.

Seperti yang diungkapkan oleh Katarina W, guru ekonomi SMAK Seminari St. Vincentius a Paulo, hikmat dari budaya anjangsana ini bisa menambah umurnya bisa panjang. Dan, setiap umat selalu melakukan budaya ini tidak hanya pada saat natal ataupun paskah. Selain itu dengan berkunjung akan mendapatkan ilmu baru, wawasan, kenalan baru, teman atau bahkan saudara baru dan membawa sukacita. Bagi umat Katolik sendiri budaya ini juga merupakan implementasi dari makna kasih yang diajarkan Yesus Kristus dan Bunda Maria, ungkap guru ekonomi.
”Tetapi tidak semua daerah ada budaya anjangsana di waktu Natal. Kebetulan saya yang tinggal di daerah Blitar mengalami sendiri akan budaya anjangsana. ”

Sat hari raya Lebaran, Katarina memaparkan bahwa berkunjung ke umat Muslim, hari Waisak berkunjung ke umat Budha. Demikian juga ketika hari raya Natal, saya akan menerima tamu umat agama lain. Begitu pula yang pernah saya alami adalah bahwa mendapat kunjungan dari umat Katolik sendiri dari lingkungan lain.

Kunjungan ini dilakukan dengan cara dibagi per lingkungan di Paroki Santa Maria-Blitar. Biasanya dilakukan mulai tanggal 28 atau 29 Desember dan berlangsung selama 5 hari atau 6 hari tergantung dari jumlah lingkungan yang ada di daerah. Misalnya pada hari pertama Umat dari Lingkungan Matius akan menerima kunjungan dari umat lingkungan Markus, Lukas, Yohanes, Paulus. Pada hari kedua ganti umat Lingkungan Markus akan menerima kunjungan dari umat lingkungan lain. Demikian seterusnya kunjungan ini dilakukan mulai tanggal 28 atau 29 Desember dan berlangsung selama 5 hari atau 6 hari tergantung dari jumlah lingkungan yang ada, ungkapnya lewat message facebook.

Suasana ini sangat terasa setiap setelah selesai perayaan ekaristi. Umat tidak beranjak pulang, tetapi meluangkan waktu untuk tegur sapa melalui budaya anjangsana. Karena tujuan dari budaya ini membuat suasana guyup, relasi antara umat semakin rukun dan damai, terciptanya komunikasi yang sehat. Budaya Anjangsana waktu Natal juga sesuai dengan filsafat orang Jawa dengan istilah gupuh, lungguh, dan suguh. Ketika seseorang datang, tuan rumah senang menyambutnya dan mempersilakan untuk duduk. Baru kemudian suguhan (biasanya berupa kue-kue dan minuman). Dan merasa bahwa kedatangan tamu akan membawa berkah.

Budaya Anjangsana ini merupakan budaya yang klasik yang sedikitdemi sedikit terkikis oleh perkembangan globalisasi. Supaya tidak hilang dan terkikis, sebaiknya budaya seperti ini terus dikembangkan, dilestarikan, dan dapat dikembangkan pula di daerah lain.
Lebih dari itu yang terpenting dalam merayakan natal adalah menggunakan hati yang bersih dan suci. (asep)

Tidak ada komentar: