Minggu, 05 Oktober 2008

Cerpen

Menitih Bekas Telapak Sang Guru


Hans tak pernah kenal lelah mendorong gerobak jualannya, walaupun matahari telah kembali ke alamnya. Hari itu dia lagi apes. Jajan yang dijualnya masih banyak. Tinggal satu harapan yang tersisa. Biasanya di malam Minggu Taman Bungkul ramai dikunjungi orang. Dia pun mendorong gerobaknya ke sana. Bersyukur, harapannya terpenuhi. Jajannya habis terjual.
Hans selalu mengharapkan akan suatu perubahan hidup. Dia berusaha kerja lebih keras lagi. Tak sengaja terlintas dalam pikiran, berusaha menemukan orang-orang yang sudah sukses. Pada hari Minggu, sebagaimana biasanya, Hans setelah selesai misa dia duduk di serambi depan gereja, hanya melepas lelah dan kepenatan dari hati dan pikirannya.
Hans terus memperhatikan seseorang yang keluar terakhir dari dalam Gereja. Hans mengekang hati menggebu ingin menyapa. Ternyata orang itu lebih dulu menyapa. “Belum pulang pa”? tanya orang itu sembari melangkah. “Belum, pa”! Hans langsung berdiri dari tempat duduknya dan mengikuti orang itu. “Pa, sebenarnya saya ingin bicara dengan Bapak.” “Silahkan pa, mungkin ada yang saya bisa bantu” kata orang itu. “Aku ingin mencontohi, Bapak, “mengapa bapak bisa sukses”?
“Saya sendiri lagi memikirkan bagaimana supaya bisa sukses. Tapi kita coba bersama berjuang supaya mendapatkan kesuksesan itu.”
“Tunggu aja di sini pada jam yang sama, besok pagi kita ketemu.” ujar bapak sambil bergegas menuju mobil mewahnya.
“Terima kasih pa” kata Hans sambil menunduk. Kemudian orang itu melambaikan tangan mengucapkan selamat tinggal, Hans pun membalasnya.
Keesokan paginya, Hans bergegas ke gereja menepati janji menemui bapak itu.
“Sudah dari tadi pa”? “ Baru lima menit”. “Itu awal kesuksesan bapak, selalu tepat waktu.”
“Mari kita masuk ke kantin” lanjut orang itu mengajak Hans masuk ke kantin yang berada di samping Gereja. Kemudian orang itu memesan makan. “Hans mau makan apa”? “Terserah bapak mau pesan apa’! orang itu pun pesan dua porsi bakso dan kembali duduk berhadapan dengan Hans.
“Pa kerja Hans kerja di mana”? “saya jual jajan keliling pa”.
“Berapa keuntungan per hari”? “tak mesti. Kalau diambil rata-rata kurang lebih 30.000/hari”.
“Putranya berapa”? “tiga orang”.
“Pa Hans sebenarnya lebih sukses dari saya, dapat memanfaatkan uang itu dengan baik”.
“Itu dengan terpaksa saja, pa. makanya saya bertemu dengan bapa hari ini. Mungkin ada langkah-langkah apa saja yang saya bisa saya lakukan supaya sukses”.
“Yo! Kita makan dulu”, ajak orang itu, ketika dua mangkuk bakso disodorkan di depan mata mereka.
Di sela-sela makan tak ada pembicaraan khusus, sedangkan Hans sangat mengharapkan ada kiat-kiat sukses dari orang itu. Makan sudah selesai.
“Maaf pa Hans, saya tak ada waktu lagi”.
“Ini untuk bapak”! orang itu menyodorkan amplop tebal warna putih. Hans menyesal, “aku tidak butuh uang”. Gumamnya dalam hati. Kemudian Hans membuka amplop tersebut. Ternyata isinya ada surat-surat yang berisi tulisan, denga judul “Dia yang sukses bukan aku”. Hans mengambil posisi sepi. Di bacanya surat itu.
Pa Hans, saya sudah merencanakan pertemuan kita. Saya tak bisa mengatakan kiat-kiat sukses seperti ini atau seperti itu. Karena saya sendiri belum sukses. Yang sukses sesungguhnya adalah Yesus Kristus. Bila kita dengan jeli menarik isi kitab suci tentang kedatangan dan perjalan Yesus dalam karya keselamatan. Yesus menjalani perintah BapanNya. Tujuan akhirnya adalah bangkit dari orang mati. Ini mengandung arti bahwa dengan kebangkitan Kristus kita pun sadar dan bangkit serta harus berubah dari kebiasaan buruk, kebiasaan menjauhkan diri dari Allah. Yang paling penting kita harus balik atau kembali ke citra kita sesungguhnya yaitu sebagai manusia yang menyerupai Allah. Menyerupai Allah mengandung arti kita sebagai anak Allah. Kita harus bertindak berbuat sesuai dengan ajaranNya. Hal itu memang sulit sebab kita manusia yang lemah, manusia biasa. Namun dibutuhkan kesadaran akan berubah disetiap saat. Bilamana kita menyadari apa yang kita lakukan salah. Di sinilah pertobatan atau perubahan melalui proses yang terus menerus setiap saat.
Maaf, pa Hans bukannya saya mau mengulas kitab suci tetapi lebih menekankan bagaimana perjalanan Yesus sebagai orang sukses sejati, sang guru, sang teladan kita. Yesus menjalani karya keselamatan. Diawal tugasNya, datang ke dunia Yesus menemui kesulitan. Tak ada tempat yang layak bagiNya, lahir ke dunia melalui Maria. Lahir di kandang Domba, tempat yang paling hina menurut pandangan manusia. Dalam pewartaaNya Dia diolok, diejek, ditolak karena anak seorang tukang kayu. Yesus tidak pernah kendor atau putus asa. Dia tetap berkarya. Kita harus punya keyakinan seperti Yesus yang siap menerima resiko. Terutama terhadap para penguasa pada waktu itu. “Disinilah tantangan kita pada persaingan hidup saat ini”.
Yesus tidak pernah mengeluh ketika Dia disalibkan. Dia menerima semuanya itu sebagai tugas yang mulia yang harus Dia emban, demi keselamatan umat manusia. Tak ada rasa dengki, tak kenal lelah hingga sampai dipuncak Golgota. Jika Yesus melawan para serdadu atau algojo maka Dia tak akan capai ke puncak Golgota. Dia tidak akan mengalami kematian dan tidak ada kebangkitan dari orang mati. “Dia taka akan sukses”. Maka pesan untuk kita. Kita harus tetap tekun menjalani usaha kita demi tujuan kita. “Kita harus sukses”.
Singkat kata kita harus mengambil makna dari perjalanan hidup Yesus. Kita harus memiliki tujuan atau impian. Itu yang motivasi kita dalam usaha, memiliki rencana kerja, supaya kerja kita tidak acak-acakan, ada target waktu pencapaian agar kita punya semangat kerja yang tak asal-asalan, harus sadar akan kendala-kendala yang dihadapi atau resiko dan konsisten, berdoa. Kita yang merencanakan, Tuhan yang menentukan, kita harus luwes sehingga pekerjaan itu tidak menjadi beban serta mampu bekerja sama dengan orang lain. Serta yang paling penting kita harus punya pekerjaan pasti. Ya seperti “jualan jajan”.
Tentukan target keuntungan perbulan, misalnnya 3 juta, maka dalam sehari 100.000 selama 30 hari. Sekarang pendapatan, keuntungan 30.000 per hari maka yang harus ditambah adalah 70.000. Jika dikerjakan sendiri maka pa Hans harus kerja 24 jam. Tetapi untuk memudahkan pekerjaan, anda bisa menitipkan sebagian jajannya ke stan jualan atau warung. Keuntungan memang tak sebesar seperti jual sendiri. Tetapi kalau kita mengambil dari akumulasinya, hasilnya kan lumayan. “Untuk itu saya titip 200.000 sebagai tambah modal”. Uang itu untuk pa Hans. Bila perkembangan baik dalam sebulan, nanti temui saya di gereja setiap misa pertama hari Minggu. Selamat pa Hans. Semoga kesuksesan Kristus selalu memberkati kita.
by prihatin.
Terima kasih Bapa atas pertolonganmu lewat pa Prihatin. “Hans mengucap syukur sembari mencium surat itu sebagai ucapan terima kasih kepada pa Prihatin”. Komitmen dalam hati Hans, sepulang ke rumah dia akan memulai langkah-langkah seperti yang ditulis dalam sepotong kertas dari pa Prihatin. (Jhon A)

Tidak ada komentar: