Minggu, 08 April 2012

Tri Hari Suci


Memaknai Injil Kehidupan Melalui KebangkitanNya

Memasuki Paskah, Umat Katolik Keuskupan Surabaya mengawalinya dengan Minggu Palma. Seperti yang diamati oleh blogger di beberapa paroki. Blogger mengikuti Minggu Palma (1/4/12) di Gereja Paroki Ratu Pecinta Damai, Pogot. Di halaman gereja, ratusan umat Pogot mengikuti perarakkan Minggu Palma. Umat mengeluk-elukkan Yesus sebagai raja. Namun pada saat bacaan Injil, umat mulai berubah pendirian menjadi ikut-ikutan menolak Yesus sebagai raja.

Untuk merenungkan segala dosa-dosa yang telah diperbuatnya. Romo Emanuel Prasetyono, CM selaku Pastor Pembantu dalam memberikan peneguhan dalam homilinya. Romo Pras mengatakan, kisah sengsara Yesus yang baru telah kita dengarkan. Bukan hanya kisah yang mengandalkan kekuatan fisik, tetapi Yesus menjalaninya dengan kekuatan pribadinya. Sikap pribadiNya yang mengalir menguatkan kita sebagai umatNya dengan berdiam diri. Berdiam diri, bukan berarti kalah, kata Romo Pras.

“Berdiam diri di sini mengakui bahwa pengadilan jaman itu sesat. Prosedur hukum tidak dijalankan sebagaimana mestinya Melalui tuduhan-tuduhan yang tidak benar.”

Melalui inilah, Yesus mengajarkan kita untuk mensyukuri rahmat keagungan Bapa, yakni pemberian kekuatan yang dipimpin oleh kebenaran. Bukan kepalsuan yang mendasari kekuatan Yesus, jabar Romo Pras.

Sebelum memasuki pekan suci, hendaklah kita meneladan kekuatan pribadi Yesus dengan kebenaranNya. Hingga dalam merenungkan Tri Hari Suci semakin disucikan iman kita sebagai umatNya.

Tri Hari Suci, diawali dengan Kamis Putih. Blogger mengikuti Kamis Putih (5/4/12) di Gereja Paroki Santa Maria Tak Bercela, Ngagel. Sebelum Kamis Putih dimulai, Panitia mengawalinya nonton film sengsara Yesus melalui layar LCD dan televisi. Paroki Santa Maria Tak Bercela juga dipadati umat. Di Kamis Putih, Rd. Budi Hermanto menyampaikan pesan, melalui tahun 2012-Tahun Ekaristi dan Remaja ini diajak untuk semakin mengimani pribadi Yesus. Melalui pengorbanan Yesus yang dilambangkan Tubuh Darah Kristus dengan komuni kudus.

Sebelum menerima komuni kudus, hendaknya kita membersihkan diri. Untuk kesiapan diri menjalin relasi diri bersamaNya. Disimbolkan dalam upacara pembasuhan kaki kepada keduabelas rasul.

Kekhusukkan umat semakin mendalam dengan mengikuti Jumat Agung. Jumat Agung (6/7/12) yang dirayakan di Stasi Agustinus, tepatnya di SMA K Santo Hendrikus, Arief Rachman Hakim  ini terdapat dalam beberapa bagian, yakni ibadat sabda, penghormatan salib, dan penerimaan komuni. Romo yang bertugas di stasi tersebut menegaskan, Jumat Agung merupakan ibadat sabda dan penghormatan sengsara dan wafatNya. Tidak ada perayaan ekaristi dan kolekte, tegasnya.

“Kolekte diganti dengan uang duka cita atau istilah di Gereja Paroki Pogot, yakni uang silih dengan menyediakan kotak silih. Uang tersebut telah diberikan pada saat Kamis Putih atau sebelum Jumat Agung yang diletakkan pada titik-titik tertentu atau pintu masuk.”

Sehari kemudian, blogger mengikuti pekan suci di Gereja Paroki Hati Kudus  Yesus, Polisi Istimewa. Ratusan umat memadati gereja dalam mengikuti perayaan Sabtu suci. Sabtu suci (7/4/12) dirayakan  sebelum perayaan Paskah. Di Sabtu suci, Uskup merenungkan malam tirakatan ini dengan berani mati atas dosa-dosa kita. Bukan menghindari kematian. Kalau kematian dalam arti bahasa Suroboyoan, yakni Matek. Matek di sini berarti ketidakjujuran atas tindakkan kita, seperti para koruptor saat ini.

Untuk berani mati bersamaNya, Mgr. Vincentius Sutikno Wicaksono berpesan kepada umatnya. Hendaknya kita berani menerima kematian atas dosa-dosa kita. Hidup baru bersama kebangkitanNya dengan mengimani ajarannya melalui cinta kasih bersama BapaNya. Seperti Alm. Paus Yohannes Paulus II, yakni Injil Kehidupan. Injil Kehidupan lebih dikenal dengan sebutan dalam bahasa Latin yaitu Evangelium Vitæ atau dalam bahasa Inggris disebut "The Gospel of Life" adalah merupakan judul dari Ensiklik yang ditulis oleh Paus Yohannes Paulus II yang merupakan sikap Gereja Katolik terhadap nilai-nilai kehidupan manusia yang tidak dapat diganggu gugat, pesan Bapak Uskup Surabaya. (asep)

Foto kedua : antarajatim.com

Tidak ada komentar: