Selasa, 16 September 2008

Hening

Mengenal Meditasi Kristiani

*Komunitas Meditasi Terbentuk di Stasi Krian

Untuk pertama kalinya Komunitas Mondial Meditasi Kristiani Indonesia hadir di Stasi Kebangkitan Kristus, Krian, Sidoarjo. Pada 18 Agustus, bertempat di Aula SMAK Untung Suropati, komunitas ini diresmikan oleh Pastor Paroki St. Yosef Mojokerto Romo Th Djoko Nugroho Pr.

Peresmian dihadiri oleh 40 orang dari Stasi Krian. Diawali dengan misa, Romo Siriakus Maria Ndolu, O.Carm kemudian memperkenalkan meditasi Kristiani serta melakukan praktek meditasi. Romo Djoko Nugroho melihat betapa pentingnya meditasi bagi umat Kristiani. Di tengah kesibukan kita, kita perlu ada waktu untuk hening, kontemplatif, untuk menghadirkan Tuhan dalam berbagai suasana.
Meditasi tidak perlu banyak kata-kata. Yang pertama yang perlu dilakukan oleh adalah mengenal meditasi. Harapannya, kita menyediakan waktu untuk mempraktekan meditasi ini. Paling tidak ada 20 orang yang melakukannya. Kalau sudah banyak, perlu dipecah lagi.
Menurut Romo Djoko, meditasi pusatnya adalah Kristus. Supaya bisa bersatu dengan Kristus melalui kesatuan adalah kasih. Kalau kesatuan tanpa kasih, maka tidak akan sesuai dengan misi Umat Kristiani. Selain itu, perlu ditekankan perbedaan meditasi Kristiani dengan meditasi-meditasi lainnya. Kita harus lepas dari segala kepentingan-kepentingan supaya komunitas ini jadi besar. "Saya melihat ini sebagai sesuatu yang positif," ujarnya.

Irenius Noertono TO Carm, (75) koordinator Meditasi Kristiani Stasi Krian, yang juga Kamelit awam, memandang meditasi ini sebagai salah satu jalan untuk mengalami hidup rohani. Saat bermeditasi tidak ada permohonan, kita hanya memusatkan diri akan kehadiran Allah. Dari situ Tuhan akan berkarya dalam diri kita. Manfaat meditasi ini agar kita bisa menyerahkan diri pada Allah. Hasilnya mampu menjembatani hidup rohani kita dengan hidup konkret sehari-hari tetap menjadi satu, karena keduanya bersumber pada Allah sendiri. Memang metodenya sangat sederhana, tapi kita perlu konsentrasi supaya gangguan-gangguan itu hilang.
Sebagai pendamping komunitas Meditasi Kristiani, Romo Siriakus menjelaskan, meditasi merupakan tradisi kuno yang dikenal dengan doa monologistos, yakni doa dengan satu kata. Tradisi doa ini ditemukan kembali oleh Jhon Main, seorang rahib Benediktin asal Irlandia. Dia menamakan doa kuno itu Meditasi Kristiani.
Meditasi Kristiani adalah sebuah metode meditasi dengan menggunakan mantra (kata doa) sebagai alat bantu untuk mengarahkan hati dan seluruh diri kita kepada Allah yang berdiam dalam diri kita. Mantra menyatukan keterpecahan yang ada di diri kita, menyatukan semua indra kita dan memfokuskannya pada kehadiran Allah yang berdiam dalam diri kita.
Meditasi dengan menggunakan mantra ini terkait secara langsung dengan Pater Jhon Main OSB, penemu dan pengembang meditasi ini. Ketika bertugas di Malaysia, dia bertemu dengan Swami Satyananda. Dan waktu kunjungan pertamanya ke pusat meditasi di pinggiran Kuala Lumpur, Swami berkata:
“Untuk melalakukan meditasi, engkau harus belajar tenang. Engkau harus duduk diam, tenang, dan berkonsentrasi. Dalam tradisi kami, kami hanya tahu sat jalan untuk mencapai ketenangan dan konsentrasi itu. Kami menggunakan satu kata yang disebut mantra. Untuk memulai, engkau harus relaks dan kemudian mengulangi mantra itu, dengan perasaan cinta dan terus-menerus. Hanya itu saja yang perlu dilakukan dalam bermeditasi.”
Kemudian, Jhon Main ditahbiskan dan menjadi kepala sekolah di Washington, Amerika Serikat. Dia bertemu dengan seorang anak muda yang menanyakan kepadanya soal doa kontemplatif. Ini mendorong dia untuk menggalinya. Dia belajar literatur rohani abad keempat. Lantas, ia berjumpa dengan mantra dalam ajaran Yohanes Kasianus yang termuat dalam bukunya The Conferences (bab 10).
Yohanes Kasianus adalah rahib abad keempat yang berguru pada Abba Isaak. Ia diperkenalkan dengan formula, “Ya Allah bersegeralah menolong aku” (Mzm 40:14). Mengembangkannya berdasarkan tradisi teologi dan biblis Katolik. Perintahnya sederhana saja: “Duduklah dengan tenang, duduklah dengan punggung tegak, tutuplah mata, dan ucapkan mantramu."
Mantra yang dianjurkan ialah Maranatha, berasal dari bahasa Arab yang artinya datanglah ya Tuhan. Kata Maranatha diucapkan secara datar dengan empat suku kata, atau kalau mau dua suku kata, diselaraskan dengan irama pernapasan. Mara (tarik napas) Natha (embuskan). Atau Ma (tarik) Ra (embus) Na (tarik) Tha (embus).
Mengapa memakai kata Maranatha? terdapat dalam St. Yohanes menutup Kitab Wahyu (22:20) dengan kata itu, atau St. Paulus menutup surat pertama Korintus (1 Kor 16: 22) dengan kata itu juga. Barangkali ini adalah doa Kristen yang tertua.
Menurut Jhon Main, yang membedakan meditasi Kristiani dengan meditasi lain adalah meditasi ini bukan untuk menyembuhkan, bukan untuk mendapatkan kesaktian, dan tidak mendapatkan apa-apa. Meditasi ini hanya untuk mendekatkan atau menghadirkan Allah pada diri kita agar kita menemukan buah-buah roh. Sebuah penelitian menyatakan, kalau kita bermeditasi, maka otak kita akan mengeluarkan saraf penenang. Anda akan mengalami ketenangan kalau melakukan meditasi ini dengan baik. (sil)

Tidak ada komentar: