Rabu, 27 Juni 2012

Ekowisata Mangrove Surabaya



Berkembang Pesat

Sudah satu tahun, blogger tidak berkunjung di ekowista Mangrove, Wonorejo-Rungkut Surabaya. Perkembangan ekowisata jauh lebih pesat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Awalnya ada tempat singgah para pengunjung untuk naik perahu dan melihat dari dekat keindahan ekowisata ini. Di tepi pantai ekowisata ini disediakan gaseboh.

Kurang lebih ada tiga gaseboh yang disediakan untuk tempat rekreasi sambil melihat keindahan tanaman bakau. Bahkan pengelola telah membuat denah lokasi ekowisata Mangrove dan dilengkapi petunjuk arah jalan.  Jalannya terbuat dari anyaman bambu dan papan.

Sabtu lalu (23/6/12) memasuki ekowisata Mangrove telah berubah wajah dilengkapi loket pembelian tiket. Tiketnya seharga  25.000 rupiah per orang. Di samping kanan loket, tampak ular sowo dan sejenis anaconda. Ular ini hasil tangkap staf ekowisata saat berkelana di sekitar lokasi.

Bahkan Sabtu sore itu, Anak Baru Gedhe berbondong singgah di Ekowisata. Untuk melepas lelah bersama pacar. Sambil melihat satwa Ekowisata.

Seperti yang dituturkan staf ekowisata bahwa ular ditangkap 6 bulan yang lalu. Untuk ular sowo semakin kurus karena tidak mau makan selama 2 bulan. Selain, satwa ular. Ekowisata ini mempunyai satwa kera yang bebas hidup di sekitar lokasi ekowisata, tuturnya.

Di samping kiri loket terdapat kios-kios penjual makanan yang menyediakan makanan khas Surabaya, seperti soto, rawon, rujak, bakso, dan gado-gado. Tidak ketinggalan pula, camilan dan gorengan disediakan di meja pembeli.

Kelompok Tani
Di ekowisata Mangrove ada Kelompok Tani Bintang Timur. Kelompok tani ini membuat krojong. Krojong dibuat dari bambu, kemudian anyaman berbentuk silinder. Satu per satu Krojong di dalam diberi serabut kelapa, pelepah pisang, dan karung goni. Kegunaan krojong ini untuk melindung tanaman tanjang dari benturan arus ombak. Tanaman tanjang diberi krojong mulai umur lima bulan sampai satu tahun.

Sesudah satu tahun, tanaman ini keluar akar. Fungsi dari akar menahan tanah dari gerusan arus ombak. Setelah keluar akarnya, di atasnya keluar batang akar yang bentuknya seperti benjolan, jelas Didik salah satu pegawai dari Watoni.

Watoni, ketua dari kelompok tani Bintang Timur. Kelompok Bintang Timur telah berdiri sekitar enam tahun yang lalu. Dan, telah diberi dana hibah dari Wakil Walikota Bambang DH. Untuk pengembangan usaha Bintang Timur.

Didik menambahkan untuk membuat Krojong. Per harinya menghasilkan 175 Krojong. Dan, ditempatkan di tanaman Tanjang, tambahnya. (asep)

Tidak ada komentar: