Kamis, 24 September 2009

Gereja Katolik Paroki Kelahiran St. Perawan Maria

Gereja tertua di Kota Surabaya

Bentuk bangunan gereja Katolik Kelahiran St. yang artistik dan bergaya geothic merupakan perpaduan arsitektur yang sangat menarik dan unik dikalangan arsitektur bangunan.

Gereja Katolik
yang tepat di jalan Kepanjen ini merupakan salah satu monumen arsitektural yang berusia lebih dari 1 abad. Gedung yang terbuat dari batu bata sebagai komponen strukturalnya itu kini mengalami kerusakan di beberapa bagian akibat usianya yang cukup tua dan cuaca.

Bentuk bangunannya yang artistik dan bergaya geothic merupakan perpaduan arsitektur yang sangat menarik dan unik dikalangan arsitektur bangunan. Gereja Katolik kelahiran Santa Perawan Maria merupakan gereja yang cukup tua di kota Surabaya. Dan, menjadi aset pemerintah kota Surabaya, karena termasuk dalam bangunan yang dilindungi oleh pemerintah kota Surbaya. Termasuk dalam cagar budaya yang wajib dan harus kita lestarikan.

Sebelum dibangunnya Gereja Katolik kelahiran Santa Perawan Maria ini, sudah dibangun sebuah Gereja Katolik pertama di Surabaya bergaya Eropa yang terletak dipojok jalan Kepanjen dan Kebonrojo.

Pada awalnya dua orang pastor pada tanggal 12 Juli 1810, Hendricus Waanders dan Phillipus Wedding datang dari Belanda dengan kapal ke Surabaya. Yang kemudian Pastor Wedding pergi ke Batavia. Dan Pastor Waanders menetap di Surabaya.

Pastor Waanders sering mengadakan misa untuk umat Katolik di Surabaya. Yang kemudian dari hari ke hari jumlah umat Katolik semakin bertambah yang kemudian membuat umat Katolik berencana membangun sebuah gereja Katolik.

Dan, baru pada tahun 1822, umat Katolik dapat merealisasikan membangun sebuah gereja pertama dipojok Roomsche Kerkstraat/ Komedie weg (Kepanjen/Kebonrojo). Namun belakangan gereja Katholik pertama ini dipindah ke gedung baru di sebelah utaranya, tepatnya di jalan Kepanjen 4-6 Kelurahan Krembangan Selatan di wilayah Surabaya Utara.

Gelar Hari Jadi Paroki Kelahiran St. Perawan Maria

Akhirnya, dari tahun ke tahun perkembangan gereja Katolik kelahiran Santa Perawan Maria semakin pesat. Kegiatan umat semakin bervariasi, tidak hanya berkutat di liturgi dan rohani saja. Seperti pelayanan kepada sesama yang membutuhkan dan dikoordinir oleh Serikat Santo Vincentius (SSV). SSV, salah satu bentuk karya kerasulan yang dicetuskan oleh pastor-pastor tarekat Vinsensian atau lebih dikenal dengan CM.

Tidak hanya itu, ada beberapa organisasi interen yang mendukung perkembangan gereja Katolik Kelahiran Santa Perawan Maria, yakni Bina Iman Anak Katolik, Remaja Katolik, Mudika, dan Wanita Katolik Republik Indonesia.

Organisasi ini mempunyai peranan penting di dalam pengembangan gereja Katolik Kelahiran St. Perawan Maria. Bahkan tak terasa usia sudah mencapai hampir dua abad, yakni 194 tahun. Berdiri kokoh dijalan Kepanjen 4-6.

Amadius Fredy Sidarta-staf sekretariat mengatakan Selasa lalu memperingati hari ulang tahun Paroki Kelahiran St. Perawan Maria. Hari jadi Paroki diambil dari nama pelindung pada Pesta Santa Maria, tanggal 8 September. Dan, tahunnya diambil dari berdirinya gereja Katolik di jalan Kepanjen, yakni tahun 1815.

Memperingati hari ulangan tahun itu, Panitia membuat serangkaian kegiatan untuk merayakan ulangan tahun. Diantaranya Bakti Sosial, Jalan Sehat, Bazar, Seminar Ajaran Sosial Gereja, dan check up murah, kata staf sekretariat Gereja Katolik Kelahiran St. Perawan Maria.

Bakti sosial ini secara langsung dibagi kepada para tukang angkut sampah di sekitar wilayah dan lingkungan Paroki Kelahiran St. Perawan Maria. Untuk jalan sehat, panitia mengadakannya pada hari Minggu (6/9). Rute dari jalan sehat mulai dari depan gereja melintasi masjid Kemayoran, Indrapura, Rajawali, dan menuju Kapolwil. Berbagai doorprize disediakan panitia untuk memeriahkan hari ulang tahun.

Tidak hanya kegiatan serimonial saja digelar dalam rangka menyambut HUT Paroki Kelahiran St. Perawan Maria. Panitia pun memberikan kegiatan yang sifatnya memberikan wawasan tentang ajaran Katolik. Pemberian wawasan ini dikemas dalam Seminar tentang Ajaran Sosial Gereja (ASG), jelas Fredy.

ASG adalah kumpulan dokumen-dokumen resmi Gereja Katolik, seputar perhatiannya kepada masalah-masalah sosial yang ada di sekitarnya. Gereja sedari dulu tidak ingin menjadi menara gading yang berdiri kokoh, namun lingkungan sekitarnya terabaikan dan tertindas.Baiklah kiranya jika kita lebih mengenal sedikit saja tentang ajaran-ajaran itu; sehingga dapat menjadi inspirasi dalam kehidupan nyata kita sekarang. Di dalam ASG terdapat 13 dokumen.

Diantaranya Rerum Novarum-tentang buruh, Mater et Magistra-"Kekristenan dan Kemajuan Sosial”, Gaudium et Spes-"Konstitusi Pastoral tentang Gereja di Dunia Modern", Dignitatis Humanae-"Deklarasi tentang Kebebasan Beragama", Populorum Progressio-"Tentang Kemajuan Bangsa", Laborem Excersens, "Tentang Kerja Manusia", dan Solicitudo rei socialis, "Tentang Keprihatinan Sosial".

Pria yang berusia 60 tahun ini menambahkan bahwa narasumber dalam seminar ASG ini, yakni Romo Agus Setyono CM. Seminar ini luar biasa, karena diikut oleh tiga ratus umat. Dan, walaupun dokumen-dokumen ini sudah lama, tetapi masih relevan untuk menjadi bahwa diskusi.

Lanjut, karena tanggal 8 September ini hari efektif. Jadi puncak dari kegiatan ini ditutup pada hari Minggu (13/9) melalui perayaan ekaristi. Perayan ekaristi dipersembahkan oleh selebran Romo Antonius Sapta W. CM dengan didampingi tiga konfraternya. Diantaranya Romo Kukuh CM, Romo Suparmono CM, dan Romo Rahmat CM.

Usai perayaan ekaristi, HUT ini semakin lengkap dengan adanya pemotongan tumpeng dan pentas seni di halaman gereja dengan menu jajan pasar. Dan, makanan yang telah disediakan oleh Ibu-ibu Wanita Katolik Republik Indonesia, jelas Fredy. (asep)


Ilustrasi diambil dari images.google.co.id

Tidak ada komentar: